Opini

100 Tahun tanpa Khilafah dan Bisyarah Kembalinya Khilafah

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Salma Rufaidah, S.Sos.

Sejak 28 Rajab 1342 Hijriyah (3 Maret 1924) negara Islam dalam bentuk khilafah berpusat di Turki runtuh dan dihapuskan oleh agen Inggris Kamal Attaturk dan penjajah Inggris saat itu. Turki menjadi sekuler dan negara–negara Islam dipecah belah menjadi negara–negara bangsa nation state, baik bentuk kerajaan, republik, dan sebagainya. Keadaan ini semakin membuat lemah tak berdaya, diadu domba, bahkan diperebutkan oleh negara-negara besar. Khilafah pada hakikatnya adalah sistem pemerintahan Islam dan merupakan kepemimpinan umum bagi umat Islam di seluruh dunia. Khilafah ini akan mempersatukan umat, penegakan syariat dan dakwah Islam. Bila hal itu tidak terwujud maka keadaan umat Islam akan tercabik-cabik seperti saat ini, tidak ada yang mengurus dan melindunginya. Di berbagai daerah negeri Islam, umat terus di zalimi, dibunuh, disiksa, para wanita diperkosa, difitnah. Kekayaan alam dirampok, kemaksiyatan merajalela serta kemiskinan meluas di dunia.

Dakwah Islam yang seharusnya dilakukan negara pun terhenti. Akhirnya pemahaman terhadap Islam semakin mandul. Umat semakin tidak mengenal ajarannya bahkan terasa asing. Keadaan ini sudah berlangsung lama 100 tahun. Umat lebih mengenal kapitalisme dan turunannya yang mengajarkan sekularisme, menghunjamkan bahwa agama hanya pada tataran di tempat ibadah saja, tidak diterapkan dalam kehidupan keseharian.

Kapitalisme yang mengajarkan ukuran perbuatan hanya dilihat asas manfaat atau untung rugi, mengajarkan keserakahan, tidak melihat halal haram. Pertemanan akan hilang dan berganti menjadi permusuhan. Tidak ada kawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Itulah watak kapitalisme yang sangat bertentangan dengan Islam, tetapi banyak yang mengadopsi.

Kerusakan yang sudah sangat parah ini, bukanlah akhir dari segalanya. 100 tahun tanpa khilafah hendaklah menjadi renungan dan sekaligus pematik bahwa kebangkitan Islam akan terwujud bila umat mau berubah, mau bergerak dan berjuang secara pasti dan terarah. Momen inilah umat diuji keimanan terhadap keyakinan pada Allah dalil akan tegaknya kemenangan bagi umat Islam dan kebenaran semua janjinya. Ini bukanlah mimpi atau ilusi.

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya tentang surah an-Nur ayat 55 bahwa umat Muhammad yang beriman dan beramal saleh akan akan memimpin umat manusia, mengurusi urusannya dan tunduk pada umatnya Rasulullah saw. Dalil ini mnguatkan langkah umat untuk bergerak mau menyebarkan Islam ke muka bumi. Islam di syiarkan dengan penyampaian seutuhnya. Bahwa Islam tidak hanya ibadah ritual.

Hal berdosa bila mengerdilkan ajaran Islam yang sempurna. Umat justru harus dibukakan matanya, dibukakan telinganya bahwa Islam ajaran syamil dan kamil. Mampu menyelesaikan semua permasalahan dari A sampai Z. Dari akar sampai daun. Tiada satu dalil pun yang pantas diragukan. Apalagi dipilah-pilah mana yang menguntungkan atau tidak, mana yang berat atau ringan.

Saatnya untuk berubah dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Tiada keunggulan dan kesempurnaan selain Islam. Dimana setiap masalah kehidupan Islam punya solusi.

Lalu siapa yang memiliki tanggung jawab untuk bergerak? Tiada lain kita. Peran semua bagian atau elemen umat dari berbagai latar belakang atau kelompok. Umat Islam yang memiliki kesadaran untuk mengembalikan tegaknya Islam. Umat Islam yang belum paham ini sesungguhnya sedang menunggu kita, menunggu perannya kita. Sebagai penerang yang memberikan cahaya di tengah kondisi gelap gulita.

Langkah ini tentu tidak asal bergerak, tetapi melangkah sesuai dengan apa yang telah diatur sesuai panduan yang dilakukan rosulullah saw. dalam berdakwah. Berdakwah untuk mengganti pemahaman kaum muslimin yang sudah rusak dan jauh dari Islam.

Menyebarkan pemahaman Islam kafah baik melalui lisan atau tulisan, memanfaatkan media sosial untuk beropini, melakukan diskusi individu atau kelompok, dan sebagainya.
Masihkan kita menunggu? Melihat saja atau bahkan terdiam sebatas penonton saja? Wahai kaum muslim tidak ada kata nanti. Akan tetapi, secara bersama-sama kita bergerak untuk meraih kemenangan. Jangan tercampur oleh pemikiran yang bukan berasal dari Islam sekalipun secara hawa nafsu itu mengandung manfaat. Terlebih lagi terdapat bisyarah yang menguatkan langkah kita untuk istikamah dan lurus berada di jalan rel yang telah Allah tetapkan. Bisyarah adalah kabar gembira baik melalui Al-Qur’an maupun ucapan rasulullah yang Allah turunkan kepada manusia.

Bisyarah ini merupakan janji Allah. Bagi kaum muslim merupakan penyemangat karena terpatri kuat dalam keyakinannya. Harapan di tengah keputusasaan dan merupakan energi yang besar sampai kapan pun. Bisyarah ini mampu mendorong kaum muslim untuk mengukir tinta emas dalam sejarah peradaban dunia.

Berikut ini bisyarah dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “Bahwa ketika kami duduk di sekeliling rasulullah saw. untuk menulis, tiba-tiba beliau saw. ditanya tentang kota manakah yang akan dilakukan futuhat terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah saw. menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel). (HR Ahmad)

“Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak mengakhirinya. Kemudian akan ada fase khilafah berdasarkan metode Kenabian. Dengan kehendak Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak mengakhirinya. Kemudian akan ada fase kepemimpinan yang zalim. Dengan kehendak Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak mengakhirinya. Kemudian akan ada penguasa diktator. Dengan kehendak Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengakhirinya jika Dia berkehendak mengakhirinya. Selanjutnya akan datang kembali khilafah berdasarkan metode kenabian. Kemudian Nabi saw. diam.” (HR. Ahmad)

Wallahua’lam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 567

Comment here