Oleh: Meitya Rahma, S. Pd.
Wacana-edukasi.com— Satu lagi karya anak bangsa yang bisa memberikan kemaslahatan bagi negeri ini bahkan bisa untuk seluruh dunia. Tak bisa disepelekan keahlian para generasi negeri ini. Karya anak bangsa ini merupakan salah satu tekonologi untuk mengatasi pandemi. Karya para ahli riset Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah alat pendeteksi covid-19 yang diberi nama GeNose. Alat pendeteksi ini berbasis embusan napas. Kemudian, hasil tes dapat langsung diketahui hanya dalam waktu 3 menit, sangat praktis dan efisien. Alat ini rencananya akan digunakan secara massal di berbagai fasilitas umum dan transportasi umum.
GeNose buatan tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI dan siap dipasarkan. Izin edar GeNose dengan nomor Kemenkes RI AKD 20401022883 telah terbit pada Kamis (merdeka.com,24/12/20). Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kementerian Kesehatan berharap sudah bisa diproduksi pada bulan Januari tahun ini (merdeka.com,14/1/21). Namun, untuk produksi secara massal masih terkendala kapasitas. Budi menyampaikan kepada PT Bio Farma untuk mencarikan jalan keluar dengan meminta bantuan sejumlah perusahaan seperti PT Len Industry dan PT Pindad yang bisa membantu produksi GeNose (merdeka.com,14/1/21). Setelah izin edar diperoleh, tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal tahap pertama yang didanai Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan. Produksi ini diharapkan dapat melakukan 120 tes per alat atau totalnya 12 ribu orang sehari. Alat ini efektif bekerja selama 6 jam (merdeka.com,14/1/21).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatskan, tarif yang akan dipatok untuk menggunakan alat ini hanya berkisar Rp.20.000. Harga ini jauh lebih murah ketimbang alat pendeteksi covid-19 lainnya. GeNose diklaim memiliki tingkat akurasi mencapai 90 persen (kompas.com, 24/1/21).
Ini merupakan sebuah kemajuan bagi negeri ini. Jika memang benar bahwa tingkat akurasi GeNose ini lebih baik dari pada alat repid test maka ini suatu kemudahan bagi masyarakat untuk mendeteksi lebih dini paparan covid-19 pada manusia. Dari segi harga pun lebih murah dibandingkan menggunakan rapid tes. Namun, yang perlu digaris bawahi bukan karena murah atau tidaknya, tetapi bagaimana seharusnya pemerintah memberikan fasilitas kepada masyarakat. Produk anak bangsa ini diharapkan membawa kemaslahatan bagi masyarakat Indonesia pada kususnya dan masyarakat internasional jika memang menghendaki produk ini. Untuk itu, sudah seharusnya pemerintah memberikan alat deteksi ini secara gratis kepada masyarakat, tidak perlu berbayar. Karena pembuatan alat tersebut memerlukan biaya, lalu rakyat disuruh membayar kompensasi atas pembuatannya maka hal ini bukan mencerminkan bahwa negara sebagai pelindung rakyat. Pembuatan fasilitas kesehatan adalah tugas dan tanggung jawab negara untuk menjamin kesehatan masyarakat. Penguasa/ pemerintah merupakan pelayan umat, sudah seharusnyalah rakyat diberikan fasilitas kesehatan yang memadai serta gratis bukan sebagai bisnis pemerintah.
Apa yang dirasakan oleh masyarakat tentang pengelolaan kesehatan di negara kita ini memang belum optimal. Dari awal pandemi hingga sekarang hampir 1 tahun belum ada perkembangan yang signifikan. Zona merah semakin mendominasi di setiap wilayah.
Mencoba mengulik pengelolaan kesehatan pada masa pemerintahan Islam (khilafah), maka sangat kontras sekali dengan sekarang. Pada masa, itu para ilmuwan (ahli riset) dan para tabib/dokter bisa mengembangkan ilmunya untuk kemaslahatan umat. Penelitian yang bisa menghasilkan temuan temuan teknologi yang digunakan untuk kemajuan negara. Produk temuan ini pun kemudian digunakan untuk kemaslahatan rakyat sehingga rakyat tidak diminta membayar untuk menikmati hasil produk para ilmuwan tersebut. Beberapa diantara para ilmuwan yang telah mengukir sejarah di bidang kesehatan dan kedokteran adalah Al-Kindi dengan hasil karyanya berupa alat pengukur derajat penyakit dan pengukur kekuatan obat. Ammar ibn Ali al-Mawsili menemukan jarum hypodermik, untuk melakukan operasi bedah katarak. Abu al-Qasim az-Zahrawi yang dikenal sebagai bapak ilmu bedah modern karena menemukan 200 alat bedah. Temuan Abu Qasim ini digunakan untuk mengobati para pasukan Islam pada saat perang. Selain negara memberikan fasilitas kesehatan, negara juga memberikan fasilitas infrastruktur kesehatan. Negara membangun rumah sakit di hampir semua kota, membangun sanitasi yang tertata apik.
Inilah gambaran tentang kesehatan negara Islam pada masa kejayaannya. Kesehatan masyarakat pada masa ini terwujud adanya sinergi antara negara dan para ilmuwan yang mengembangkan teknologi kedokteran. Hasil temuan digunakan untuk masyarakat tanpa berbayar.
GeNose ini adalah suatu bentuk kemajuan di bidang kedokteran untuk dimanfaatkan bersama. Harusnya pemerintah memberikan kebijakan penggunaan Gnose ini secara gratis. Pemerintah lah yang membiayai produksi Gnose. Pemerintah tinggal memberi perintah pada perusahaan yang bisa memproduksi Gnose ini misalkan PT Pindad. Alat ini kemudian dibuat masal dan didistribusikan ke semua wilayah, dan berikan di semua fasilitas umum.
Adanya sinergi yang apik antara para ilmuwan, ahli riset, kedokteran, dan pemerintah mengatasi wabah maka pandemi ini akan segera teratasi, setidaknya meminimalisir zona merah. Pemerintah/para stake holder harus mengikuti saran para dokter, ahli riset yang lebih tahu akan kondisi pandemi ini. Jika para ahli meminta untuk lock down maka pemerintah harus mengambil kebijakan lock down. Untuk itu, sebagai seorang pengambil kebijakan haruslah bijak, kesehatan rakyat menjadi prioritas, bukan malah ekonomi yang diprioritaskan.
Kehadiran GeNose ini semoga bisa meminimalisir angka kenaikan covid-19. Sudah seharusnya penggunaan alat ini diberlakukan secara gratis untuk seluruh rakyat, karena ini merupakan tanggung jawab dan amanah pemerintah dalam upaya kemaslahatan rakyat.
Wallohualam bishowab
Views: 1
Comment here