Kebingungan Vaksinasi
Wacana-edukasi.com — Wabah pandemi belum juga berakhir, dampaknya masih semakin terasa baik oleh semua warga dunia, maupun Indonesia. Berbagai solusi dan pencegahan untuk masalah ini bermunculan, salah satunya dengan adanya vaksin. Setelah ada vaksin, bagi Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, maka sisi penilaian itu muncul dari aspek agama, apakah boleh atau tidak, apakah halal atau haram dalam agama Islam. Selain itu, timbul juga masalah tentang keamanannya, apakah layak, apakah berisiko atau tidak untuk digunakan masyarakat pribumi.
Padahal saat ini sudah ada masyarakat yang telah menjadi uji coba salah satu vaksin yaitu vaksin Nusantara. Dikutip dari Kompas.com (15/04/21) Mantan Menteri Kesehatan di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Siti Fadilah Supari, ikut menjadi relawan untuk vaksin Nusantara yang diprakarsai oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Siti mengikuti pengambilan sampel darah untuk uji klinik vaksin Nusantara di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (15/4/2021).
Anehnya Vaksin Nusantara menurut Badan Pengawas Obat dalam Kompas.com (15/04/21) yang diwakili oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan proses pembuatan Vaksin Nusantara melompati proses yang telah disepakati. Menurut Penny, seharusnya Vaksin Nusantara harus melalui tahapan preclinic terlebih dahulu sebelum masuk tahap uji klinik tahap I. Namun, tim yang memproses vaksin tersebut menolak.
Wajar jika masyarakat takut dan enggan dalam melakukan vaksinasi terhadap dirinya, jika keragu-raguan tentang status vaksin masih ada. Padahal dalam Islam, kesehatan merupakan kebutuhan primer yang wajib diberikan kepada semua warganya. Selain itu, ketersedian obat sekaligus distribusinya harus menyentuh seluruh kalangan. Apalagi di masa pandemi seperti ini yang belum ada tanda-tanda berakhirnya, maka vaksin adalah hal yang dibutuhkan. Di sinilah tugas negara yang harus memastikan keamanan pada setiap obat yang digunakan oleh rakyat, salah satunya adalah vaksin. Sehingga masyarakat yang akan melakukan vaksinasi tentunya tidak akan bimbang untuk memutuskannya. Sebab, jika penguasanya tidak satu suara, apalagi rakyatnya. Walhasil, bukannya sembuh tetapi sebaliknya.
Dalam Islam, kepemimpinan terpusat merupakan ciri khasnya. di mana pemimpin atau khalifah akan mengatasi pandemi secara tepat dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki sebuah negara dalam rangka meraih tujuan negara. Islam mempunyai
syariat sebagai problem solving, termasuk penyelesaian pandemi. Keamanan dan keselamatan warga negara untuk segera lepas dari pandemi menjadi prioritas utama, sehingga koordinasi terpusat menjadi hal yang tepat yang akan diputuskan oleh khalifah ketika perbedaan itu muncul, salah satunya mengenai vaksin. Sehingga masyarakat dapat meggunakannya tanpa ada kekhawatiran apa pun.
Supriyani, S.T.P — Cikarang Jabar
Views: 3
Comment here