Opini

Akankah Krisis Kazakhstan Terurai dengan Sistem Kapitalisme?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Hasni Surahman S. Tr. Pi

wacana-edukasi.com— Awal tahun 2022 dunia kembali diguncangkan dengan isu tidak baik. Kazakhstan salah satu negeri muslim di Asia Tengah mengalami krisis protes besar-besaran dari masyarakatnya terkait lonjakan harga LPG, protes ini telah menelan korban sebanyak 164
(CNN Indonesia, 9/1/2022).

Kazakhstan dikenal dengan negeri yang sebagian besar penduduknya menganut Islam dengan presentasi 70%, untuk memajukan Kazakhstan mengandalkan sumber daya alam. Kazakhstan bergerak pada beberapa sektor di antaranya:

Pertanian

Tekstur tanah yang sebagian besar rata dan terbuka serta didominasi dengan padang rumput, menjadi poin tambahan guna dapat memajukan sektor pertanian terutama gandum.

Pertambangan

Kazakhstan memiliki cadangan besi yang sangat besar dan beragam (tungsten, timah, tembaga, mangan, biji besi) emas, cadangan minyak dan gas alam yang cukup besar.

Kazakhstan merupakan produsen uranium global teratas dan pengekspor minyak terbesar kesembilan di dunia, yang memproduksi sekitar 85,7 juta ton pada tahun 2021, juga produsen batu bara terbesar ke-10, penambang bitcoin terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Kekayaan alam yang melimpah ruah berhasil menarik ratusan miliar dolar AS dalam investasi asing sejak 1991.

Krisis yang melanda negeri Kazakhstan tidak lepas dari praktik kapitalisme oligarkis, ketika sumber daya alam negara yang luas telah membuat elit kecil menjadi sangat kaya, banyak orang kazakh biasa merasa tertinggal. Satu juta dari total 19 juta penduduk diperkirakan hidup di bawah garis kemiskinan. Serangan pandemi corona yang belum usai semakin memperparah penderitaan masyarakat Kazakhstan, lonjakan LPG, korupsi, pemerintah yang otoriter, ketimpangan pendapatan, dan ke-sulitan ekonomi, menjadi rentetan alasan yang memicu unjuk rasa di negeri tersebut.

Jutaan masyarakat turun mewaranai kota-kota besar di negeri tersebut guna menyuarakan aspirasinya,tetapi sayang justru mendapatkan perlakuan tidak baik oleh pemerintah negeri tersebut. Sikap represif dengan memerintahkan pasukan keamanan menembak ‘teroris’. Label teroris disematkan bagi para pengunjuk rasa yang dianggap melakukan kerusuhan dan pemberontakan.

Gaung sistem politik demokrasi dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, hanya isapan jempol semata. Pasalnya potret rezim yang dilahirkan oleh demokrasi tidak bisa mengakomodir aspirasi-aspirasi dari rakyatnya dan justru malah semakin seweng-wenang (otoriter), fakta inilah yang terjadi di negeri kazakhstan.

Ditengah situasi panas ada pemandangan yang tak biasa negara-negara besar berduyun-duyun menawarkan diri untuk mengatasi krisis di Kazakhstan bak pahlawan kesiangan, atas permintaan presiden kazakhstan (Kassym-Jomart Tokayev).

Rusia sudah lebih awal menerjunkan pasukannya dalam menuntaskan krisis di negeri tersebut,bahkan seolah tidak mau kalah China pun menawarkan diri sebagai juru selamat Kazakhstan dengan bantuan keamanan, Menlu China Wang Yi mengatakan alasan bantuan ini semata-mata menjaga ketertiban di wilayah Xinjiang dan menjaga arus perdagangan. Selain Rusia dan China Amerika Serikat (AS) tidak ketinggalan untuk menerjunkan bantuan di Kazakhstan. China dan juga Rusia menduga bahwa pengaruh AS dapat membuat pergolakan politik dengan terjadinya transisi kekuasaan dan perluasan pengaruh AS di Kazakhstan dan Asia Tengah.

Kazakhstan yang menjadi rebutan negeri-negeri raksasa tersebut bukan tanpa sebab, pasalnya Kazakhstan memiliki SDA dan SDM yang melimpah. Faktor inilah yang mendorong intervensi besar-besaran dari tiga negara tersebut. Ada kesamaan situasi dari negeri-negeri muslim ketika di intervensi asing misalnya timur tengah (Suriah, Afganistan, Yaman), ketika adanya campur tangan asing negeri tersebut bukan malah membaik keadanya dan justru semakin parah dengan ditandai konflik berkepanjangan yang tidak tahu kapan berakhirnya.

Fakta inilah yang harusnya dipahami betul oleh Kazakhstan sebelum meminta bantuan dari asing. Solusi permasalahan negeri-negeri muslim sampai kapanpun tidak ada habisnya selama topeng demokrasi masih mereka bangga-banggakan. Kazakhstan harusnya mengambil konsep Islam dan menerapkan syariat Islam secara sempurna dalam bingkai negara Khilafah Islamiah. Sebab jika konsep Islam yang ditawarkan Insya Allah mampu mengatasi krisis yang dialami negeri tersebut dengan :

Pertama, mengatur masalah kepemilikan: yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Kepemilikan individu, bebas memiliki barang yang memang sudah menjadi haknya sesuai syariat islam agar individu termotivasi untuk berusaha lebih giat lagi. Kepemilikan umum yang sudah ditetapkan oleh syara’ yaitu rakyat berserikat atas padang (hutan), api dan air, sama sekali tidak dimiliki individu atau swasta. Negara yang berhak mengelolanya dan keuntungannya dikembalikan lagi kepada rakyat. Seperti biaya sekolah, kesehatan, dan kebutuhan rakyat lainnya.

Kedua, pendistribusian kekayaan kepada rakyat secara merata. Islam memastikan masyarakat tidak ada yang kekurangan harta atau sampai kelaparan, sampai dipelosok daerah sekalipun.

Ketiga, penjaminan kebutuhan pokok rakyat oleh negara. Rakyat berhak mendapatkan jaminan sandang, papan dan pangan. Berupa pendidikan, rumah dan makanan pokok sehari-hari.

Karena dalam Islam pemimpin itu adalah perisai yang bertugas melindungi rakyatnya dari bahaya. Sebagaimana teladan terbaik dari para pemimpin Islam. Salah satunya adalah Umar Bin Khattab yang tidak bisa tidur nyenyak di siang ataupun malam hari karena memikirkan nasib rakyat perkataan Umar yang fenomenal: “Kalau aku tidur di siang hari, maka itu berarti aku menelantarkan rakyatku.

Wallaahu a’lam bishshawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here