Opini

Menyingkap Tabir di Balik Layangan Putus

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Rifka Syamsiatul Hasanah (Penulis, Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com– Demam film layangan putus yang terinspirasi dari novel based on true story kini tengah menjangkiti warga +62 khususnya para perempuan. Pasalnya film tersebut menggambarkan permasalahan rumahtangga karena adanya orang ketiga yang pada realitasnya banyak terjadi di tengah masyarakat. Bagi yang setia menontonnya, film tersebut benar-benar berhasil menguras emosi. Tidak sedikit yang merasa bahwa film tersebut begitu mewakili perasaannya yang juga mengalami hal yang serupa. Dampak buruknya banyak diantara para perempuan single yang justru takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan karena takut mendapatkan pasangan yang tukang selingkuh. Dan bagi perempuan yang sudah menikah justru khawatir jika suaminya melakukan hal yang serupa, hingga akhirnya timbul perasaan – perasaan curiga dan hilang kepercayaan kepada suaminya efek dari menonton tayangan tersebut.

Tayangan semacam layangan putus yang menyuguhkan prahara rumah tangga karena orang ketiga ini, ataupun tayangan – tayangan yang menggambarkan pergaulan bebas di tengah-tengah masyarakat akan terus bermunculan. Karena memang tayangan – tayangan tersebut begitu banyak diminati oleh masyarakat hari ini sebagai hiburan bagi mereka, tapi justru hiburan tersebut berdampak buruk dalam kehidupannya. Karena pada hakikatnya apa-apa yang ditonton akan dicerna dalam otak, menjadi informasi bagi mereka hingga akhirnya membentuk pemahaman dalam benaknya. Jika telah terbentuk pemahaman dalam benaknya, maka pemahamannya itulah yang akan mendorong seseorang berperilaku sesuai dengan pemahamannya. Maka lihatlah saat ini pergaulan bebas seakan menjadi hal biasa. Lebih parahnya lagi bergaul bebas dengan lelaki sudah beristri ataupun sebaliknya. Hal ini pun diperparah dengan kondisi masyarakat yang jauh dari pemahaman Islam yang membuat masyarakat semakin rusak.

Dibalik rusaknya masyarakat, ada para kapitalis industri perfilman yang justru meraup banyak keuntungan. Tingginya minat dan antusiasme masyarakat dengan tayangan seperti layangan putus sengaja dimanfaatkan oleh mereka. Dimana mereka mendapatkan keuntungan yang begitu besar dari rating film yang begitu tinggi. Tanpa disadari masyarakat menjadi sumber pundi-pundi materi untuk mereka lewat tayangan yang menguras emosi. Lagi-lagi masyarakat menjadi korban pengrusakan moral oleh para kapital.

Beginilah realitas kehidupan dalam sistem kapitalisme yang berasaskan sekulerisme. Negara justru membiarkan tersebar luasnya tayangan-tayangan yang tidak mendidik dan tidak layak untuk dijadikan tontonan oleh masyarakat. Negara memberi peluang yang besar kepada para kapitalis untuk meraup banyak keuntungan. Tapi di sisi lain negara justru membiarkan terjadinya pengrusakan moral masyarakat lewat tayangan tak bermutu yang akan berdampak pada rusaknya tatanan kehidupan sosial. Hal ini tidak lepas dari akar masalah utamanya yakni ketika nilai-nilaiIslam dipisahkan dari seluruh aspek kehidupan dalam hal ini kehidupan pergaulan di tengah-tengah masyarakat yang harusnya terjaga.

Tayangan-tayangan berbau pergaulan bebas menjadi biasa di tengah masyarakat. Hanya saja terkait perselingkuhan masih tabu bagi mereka. Akan tetapi siapa yang bisa menjamin nanti di masa yang akan datang hal itu tetap tabu di tengah – tengah masyarakat dan tidak akan dianggap lumrah? Sebagaimana tabunya pergaulan bebas yang kini sudah dianggap lumrah oleh masyarakat.

Berbeda halnya ketika Islam dijadikan sebagai sistem kehidupan yang mengatur seluruh aspek kehidupan bukan hanya dalam ranah ibadah ritual tapi juga dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan juga bernegara. Lewat penerapan Islam di tataran negara, maka negara dengan penerapan Islam secara menyeluruh akan membina dan membentuk masyarakat yang bertaqwa dengan kepribadian yang Islami yakni pola pikir dan pola sikapnya yang Islami. Menjadikan hukum syara’ sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Maka laki-laki dan perempuan akan menjaga diri mereka masing-masing dari pergaulan bebas yang dilarang oleh hukum syara’. Mereka hanya berinteraksi dalam keperluan yang diperbolehkan oleh hukum syara’. Sehingga adanya rumahtangga yang hancur karena perselingkuhan tidak akan ditemukan.
Negara pun tidak akan pernah membiarkan tayangan-tayangan yang mempertontonkan kemaksiatan dan akan merusak pemahaman masyarakat tersebar luas di tengah-tengah mereka. Negara benar-benar bertanggung jawab dalam menjaga pemahaman Islam umatnya dan mengokohkan pemahaman mereka salah satunya dengan tayangan-tayangan yang mengedukasi umat.

Begitulah indahnya penerapan Islam secara menyeluruh yang akan menjauhkan umat dari terbentuknya pemahaman-pemahaman keliru dan membentuk kepribadian yang rusak hingga merusak tatanan kehidupan sosial.

Selama kapitalisme diterapkan, selama itulah masyarakat akan terjebak oleh tayangan – tayangan yang mempermainkan emosi mereka dan membenak dalam otaknya yang akan merusak kepribadian mereka. Maka dari itu sudah selayaknya kita menjadikan Islam sebagai satu-satunya pedoman yang harus diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sehingga terwujud kehidupan yang tenang. Wallahu’alam bishshawab []

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here