wacana-edukasi.com— Ditengah lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara akibat penyebaran varian baru yakni virus corona varian B.1.1.529 atau Omicron. Beberapa negara termasuk negara kita Indonesia mulai memberikan dosis tambahan Vaksin COVID-19 atau bisa disebut sebagai Vaksin Booster. Di Indonesia sendiri rencana pemberian Vaksin Booster akan mulai berjalan pada 12 Januari 2021.
Mengenai apakah vaksin booster ini berbayar atau tidaknya, seperti dikutip dari Kompas.com Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, bahwa pemerintah akan mengumumkan Vaksin Booster diberikan secara gratis atau berbayar diputuskan oleh presiden Joko Widodo.
Sebenarnya masalah di garis utama bukanlah pada perkara vaksinasi, namun terbukanya jalan utama virus varian baru dari luar negeri. Dibukanya jalur perjalanan luar negeri menjadi jalan penyebaran virus varian baru. Hal ini sangat berbahaya karena virus bisa terbawa ke negeri ini dan menjangkiti masyarakat luas.
Meskipun pemerintah menyiapkan vaksinasi Booster, namun itu bukanlah satu satunya solusi yang paling kompatibel, sebab jalur utama penyebaran virus varian baru dari berbagai negara masih terbuka lebar. Akibat masih diberlakukannya perjalanan luar negeri ataupun masuknya wisatawan mancanegara ke dalam negeri, maka pencegahan masuknya varian kasus impor menjadi tak terkendali.
Seharusnya ada kebijakan penghentian perjalanan ke luar negeri untuk sementara waktu sampai situasi benar benar kondusif. Demikian juga dunia pariwisata tidak mengundang wisatawan mancanegara ke dalam negeri. Sayangnya paradigma kapitalisme telah mengakar kuat di tubuh bangsa ini. Demi meraup keuntungan dari sektor pariwisata, maka negara mengorbankan keselamatan rakyat.
Negeri ini tidak belajar dari pengalaman pahit merebaknya infeksi virus Covid-19 (Corona). Datangnya virus tersebut tak lain adalah karena tidak ditutupnya jalur penyebaran penyakit lewat luar. Artinya, Indonesia mengundang wabah penyakit dengan dalih meningkatkan perekonomian negara lewat jalur pariwisata.
Kini, Indonesia siap mengulang pengalaman pahit yang menyebabkan badai wabah di dunia kesehatan. Masih segar di ingatan kita, bagaimana kesehatan berada di titik nadir, dikarenakan tidak adanya kesiapan fasilitas dan tenaga kesehatan di Negeri Pertiwi ini. Angka kematian meroket tajam. Rumah sakit kolaps. Pasien membludak tidak tertangani. Gerbang sekolah akhirnya ditutup selama beberapa tahun. Perekonomian hancur dengan banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pabrik-pabrik yang merugi lalu gulung tikar. Apakah kejadian pahit tersebut tak membuat bangsa dan penguasa negara berpikir bahwa badai pandemi itu adalah kesalahan kebijakan penguasa dari awal?
Sungguh, rakyat tengah berada dalam kegoncangan. Paradigma kapitalisme membuat naluri pembuat kebijakan mati hingga yang tampak hanya keuntungan semata. Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Di dalam sistem Islam ketika wabah mulai tak terkendali maka solusi utama yang diberlakukan yakni lockdown bukan hanya wilayah yang tejangkiti saja namun wilayah wilayah yang diperkirakan akan terjangkiti juga akan ditutup, apalagi bandara, pelabuhan, dan segala gerbang transportasi yang memungkinkan membawa kasus impor akan ditutup guna mengkondusifkan situasi yang ada di dalam negeri. Baru kemudian diberlakukan vaksinasi secara merata tanpa memandang kaya miskin sebab tugas utama negara adalah meriayah serta melindungi umat dari berbagai ancaman luarnegri maupun wabah pandemi. Wallahu’alam bi shawab
Asmawati – Pasuruan
Views: 7
Comment here