Surat Pembaca

Naiknya Harga Cabai

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengampanyekan kepada masyarakat di daerah itu menanam cabai di pekarangan rumah masing-masing. Dia mengatakan harga cabai di pasaran lumayan tinggi, yakni kisaran Rp60 ribu sampai Rp72 ribu per kilogram (data harga komoditas pada Aplikasi Jepin per 31 Maret 2022), bahkan pernah tembus pada harga Rp120 ribu per kilogram (kalbar.antaranews.com, 01/04/2022).

Komoditas cabai juga kerap menjadi penyumbang inflasi di Kota Pontianak. Adanya kenaikan barang barang kebutuhan termasuk kenaikan cabai, adalah lagu lama, kemudian masyarakat diminta untuk ramai ramai menanam cabai di pekarangan untuk menekan inflasi dan ketahanan pangan bukan kebijakan yang tepat. Persoalan yang terus berulang ini seharusnya bisa diantisipasi dan bukan persoalan pokok. Masalah distribusi yang buruk karena persediaan cabai di daerah lain cukup banyak. disatu sisi cabai melimpah, di sisi lain kekurangan cabai. Atau adanya kelangkaan tersebut mungkin ada arah besar besaran untuk melakukan impor cabai?.

Dalam sistem kapitalisme untuk mengatasi kelangkaan diarahkan untuk meningkatkan produksi dan distribusi bisa terjadi dengan sendirinya. Lemahnya dalam distribusi, mengakibatkan kebutuhan pokok termasuk cabai menghilang atau melonjak. Persoalan yang terjadi ini dalam sistem kapitalisme memberikan kesempatan pada spekulan untuk bermain atau import besar besaran. Yang berpeluang mendatangkan materi atau cuan yang besar bagi kapitalis. Dengan adanya kelangkaan ini dapat menjadi anugerah untuk mengeruk keuntungan.

Para pemimpin dalam demokrasi selalu menjajakan kata-kata manis dihadapan publik. Namun, fakta integritas pemimpin (kejujuran/kesesuaian antara kata dan perbuatan) menjadi barang mahal bahkan musykil. Baik cara pandang kesalahan dalam melihat persoalan ataupun Pemimpin yang belum memiliki krisis integritas sejatinya akan melahirkan berbagai dampak buruk.

Di antaranya ialah pertama, tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Pada akhirnya tidak memiliki target dan tujuan yang jelas sehingga mudah dikendalikan oleh pihak lain. Kedua, tidak memiliki pendirian dan mudah untuk ingkar janji. Ketiga, tindak-tanduknya penuh dengan dusta dan mengedepankan pencitraan belaka. Keempat, ada atau tidaknya pemimpin tersebut tidak memberikan pengaruh bagi kebaikan rakyatnya. Contohnya rakyat kecil tetap hidup sengsara, pendidikan dan moral terbelakang, angka kriminalitas kian melambung, dsb. Kelima, umat terus menerus hidup di bawah kezaliman dan penderitaan. Keenam, negara dalam kondisi berbahaya. Munculnya disintegrasi atau dikuasai dan menjadi santapan lezat bagi negara lain. Serta integrasi kepemimpinan dalam sistem kapitalis berbeda dengan integritas dalam islam, Islam dengan tegas menuntut integritas seorang pemimpin. Bahkan, pemimpin akan bertanggung jawab terhadap kepengurusan rakyatnya, senantiasa bersungguh-sungguh menjadi pelayan bagi umatnya.

Pemimpin tersebut akan merealisasikan terwujudnya peradaban gemilang, mengembalikan kondisi umat yang terbelakang. Menjadi pemimpin yang merdeka dan tidak sudi menjadi boneka bagi antek-antek asing. Mencampakkan sistem demokrasi. Melepaskan cengkeraman penjajahan sistem kapitalisme sekularisme yang mengakar kuat di tubuh umat.

S. Karimah
Pontianak-Kalbar

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 9

Comment here