Oleh Fitria Sari (Praktisi Pendidikan)
wacana-edukasi.com– Demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Ya, begitu jargon yang selalu dihembuskan ke tengah-tengah masyarakat untuk memperindah sistem yang diterapkan hari ini. Namun sepertinya, semua itu hanyalah slogan-slogan yang diadopsi oleh penguasa demi kepentingan pribadi, yang mana, isinya hannyalah sekadar kata-kata, tetapi tidak ada tindakan nyata. Lantas, masihkah kita percaya?
Seperti yang terjadi baru-baru ini, ratusan mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas di Medan telah menggelar aksi demo demi menolak perpanjangan masa jabatan presiden dan juga penundaan Pemilu. Aksi demo tersebut pun berpusat di depan kantor DPRD Sumatera Utara yang berlokasi di Medan. Tak hanya itu, para mahasiswa ini juga meminta pemerintah lekas menstabilkan harga bahan pokok. Sebab, jika bahan pokok terus melonjak naik, maka masyarakat juga harus menanggung derita lebih lama. (cnnindonesia.com, 13/04/2022).
Bukan tanpa sebab aksi demo yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa ini. Sebab, aksi demo yang dilakukan para mahasiswa ini merupakan bentuk dari penolakan perpanjangan masa jabatan presiden serta menunda pemilu 2024. Aksi yang dilakukan para mahasiswa ini diselenggarakan karena mereka sadar dengan melihat fakta yang ada, bahwa keadaan hari ini memang tidak baik-baik saja.
Pasalnya, banyak sekali kerusakan yang terjadi dan tiada henti, bahkan satu-persatu masalah bermunculan setiap harinya. Mulai dari harga bahan pokok yang terus meningkat, BBM naik drastis, harga minyak goreng masih belum dapat terselesaikan hingga saat ini, bahkan, masih banyak permasalahan rakyat di negeri ini yang belum mendapat penanganan serius dari penguasa, termasuk juga permasalahan Covid-19 yang tak kunjung usai hingga detik ini.
Aksi yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa ini pun patut diapresiasi. Sebab, aksi mereka ini menandakan bahwa mereka telah sadar dan peka tentang maraknya kezaliman yang terjadi dan merajalela hingga membuat seluruh rakyat Indonesia sengsara. Namun, hal ini sangat disayangkan karena mahasiswa saat ini dalam pergerakan aksi yang dilakukannya masih belum mampu menuju perubahan yang hakiki.
Para mahasiswa ini kebanyakan melihat masalah yang tengah dihadapi hanya sampai pada fakta yang terindra saja, tanpa melihat apa sebenarnya akar dari permasalahan yang terjadi. Sehingga hal ini pun menyebabkan para mahasiswa terjebak menjadi mahasiswa yang pragmatis dalam segala hal, termasuk juga dalam memberikan solusi atas permasalahan ini, yang mana, dari sini para mahasiswa ini pun tidak berhasil menemukan solusi yang solutif untuk kemudian membawa sebuah perubahan yang hakiki. Tak hanya itu, sebenarnya penyebab ini semua adalah pendidikan sekuler yang masih saja diterapkan hingga detik ini. Sehingga, banyak sekali mahasiswa terjebak dan menjadi pragmatis.
Ini pun dirasa wajar terjadi pada mahasiswa hari ini. Sebab, potret pendidikan hari ini, memang tidak dapat menyaring lagi mana pemahaman yang seharusnya dan mana pemahaman yang berbahaya, karena hal ini dinaungi oleh kebebasan sebab sistem yang diterapkan. Bukan hanya itu saja, sistem pendidikan dalam kapitalisme hari ini hannyalah bersifat teoritis semata, hanya sekadar ilmu dan informasi tetapi, tanpa dibarengi dengan pengamalan yang juga penting dalam kehidupannya. Sehingga, hal ini mengakibatkan banyaknya mahasiswa yang memang tidak maksimal dalam perannya sebagai generasi yang harusnya membawa perubahan hakiki ke tengah-tengah umat.
Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam yang diterapkan secara sempurna, generasi muda dididik dengan menancapkan akidah yang kokoh dalam dirinya, yang menjadikannya dapat membedakan baik dan buruk. Belum lagi standar perbuatan dalam Islam adalah halal haram bukan hawa nafsu semata. Tak hanya itu, sistem Islam juga memberikan fasilitas yang mumpuni pada sistem pendidikannya, negara benar-benar memberikan perhatian yang lebih agar dapat membentuk generasi bertakwa yang nantinya dapat menjadi agen perubahan di tengah-tengah umat.
Kita lihat saja, begitu banyak sosok heroik yang memberikan sumbangsih besar bagi peradaban Islam. Sebut saja Muhammad Al-Fatih, laki-laki muda berusia 21 tahun ini nyatanya mampu menaklukkan suatu negeri karena sistem pendidikan yang baik pada saat itu. Tidaklah mudah menaklukkan suatu negeri, butuh strategi yang mumpuni dan ketakwaan hakiki. Bukan hanya itu saja, jika dilihat secara akademik, beliau tak hanya ahli dalam satu bidang saja, tetapi juga bidang yang lain pun ikut dikuasainya, seperti menguasai lebih dari 3 bahasa, berhitung, ilmu falak, sejarah, kemiliteran, dan tentunya ilmu agama.
Dari sini tampaklah perbedaan yang begitu nyata dari penerapan sistem buatan manusia (demokrasi-kapitalisme) dengan sistem yang berasal dari Penciptanya manusia (Islam) dalam membentuk generasinya. Maka dari itu, sudah seharusnya tuntutan penolakan dari penundaan pemilu harus juga diikuti dengan pemberian solusi tuntas, bahwa sistem demokrasi-kapitalisme yang sedang diterapkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, bukanlah sistem terbaik.
Mahasiswa harusnya sadar, bahwa pemilu yang rutin dilakukan pun nyatanya tidak dapat menjamin lahirnya penguasa yang bersih dan benar-benar mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Jadi, sudah seharusnya tuntutan ratusan mahasiswa ini tidak hanya berhenti untuk tolak penundaan Pemilu, tetapi juga tolak pemilu, serta tolak juga sistem yang diterapkan hari ini yaitu demokrasi-kapitalisme, dan tegakkan kembali sistem warisan Nabi.
Untuk itu, sudah selayaknya kita ganti sistem hari ini dengan sistem Islam secara sempurna, sebagai upaya untuk menyelesaikan problematika yang ada. Sebab, Islam merupakan satu-satunya solusi tunggal yang terbukti mampu untuk menyelesaikan seluruh problamatika kehidupan, karena Islam sendiri merupakan aturan yang langsung diturunkan oleh Allah Swt. Sang Pencinta langit, bumi, dan juga manusia.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَ نْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَآءِ بِمَا كَا نُوْا يَفْسُقُوْنَ
“Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka (selalu) berbuat fasik.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 59).
Wallahualam bissawab.
Views: 8
Comment here