Oleh Suryani (Aktivis Dakwah)
wacana-edukasi.com–Di era modern ini gawai atau ponsel dan sejenisnya bukanlah hal yang asing. Hampir semua orang memilikinya, termasuk anak-anak sudah diperkenalkan dan memiliki gawai sejak dini. Namun tanpa di sadari telpon pintar ini bisa membahayakan mereka, di samping manfaat yang begitu besar ada pula keburukan yang ditimbulkannya.
Untuk meminimalisir dampak buruk dari gawai tersebut, Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Emma Dety mengingatkan kepada orang tua agar lebih ketat dalam mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan gawainya. Karena banyak oknum yang menjadikan teknologi tersebut sebagai alat untuk tindak kejahatan dan kekerasan seksual. (inisumedang.com, 12/4/2022)
Kemajuan teknologi merupakan hal yang pasti seiring perubahan zaman, termasuk keberadaan gawai sudah menjadi kebutuhan bagi segenap manusia. Selain untuk berkomunikasi ponsel pintar ini bisa menjadi alat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Maka tak heran banyak sekali peminatnya.
Selain manfaatnya yang luar biasa gawai ini bisa juga menjadi sumber keburukan jika dipergunakan secara serampangan tanpa kontrol agama. Hal itu bisa menimpa anak, dewasa hingga orang tua. Maka dari itu diperlukan kemampuan untuk memilah dan memanfaatkannya berdasarkan aturan yang benar, mana yang bisa mendatangkan manfaat dan mana yang justru mengundang kemadaratan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan kejahatan semakin marak, bukan semata karena kecanggihan teknologi tapi sistem yang diterapkan di tengah masyarakat. Di antaranya adalah kapitalisme sekuler. Yakni sebuah sistem ketika diadopsi suatu negara/bangsa akan menjadikan aktivitas individu, masyarakat, atau kelompok bermotif kapital. Asasnya yang mengedepankan keuntungan yang bersifat materi dan tanpa ada kontrol agama di dalamnya, membuat kecanggihan teknologi berbuah kerusakan moral di segala aspek.
Semua itu dikarenakan sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini tidak mengenal halal dan haram, yang ada justru bagaimana bisa mendapatkan materi sebanyak-banyaknya, semisal konten-konten dan aplikasi unfaedah demi sejumlah follower, materi dan kesenangan semu. Hal ini tentu sangat berbahaya terutama buat anak-anak yang akalnya belum sempurna untuk memfilternya.
Peran negara dalam sistem kapitalisme ini pun seolah tak memiliki kepentingan dan tanggung jawab atas keburukan yang menimpa warganya selama mereka melakukannya secara suka rela dan sebagai ekspresi dari kebebasan berperilaku yang dilindungi negara. Negara hanya membebankan tanggung jawab sepenuhnya kepada orang tua tanpa diiringi aturan tegas atau sanksi bagi pelaku kejahatan akibat gadget. Padahal sejatinya negara berperan penting untuk menjaga dan mengawasi penggunaan teknologi ini bagi semua warga yang menjadi riayahnya. Selain itu, negara mempunyai pengaruh dan kewenangan yang besar dalam mengendalikan kemajuan teknologi ini agar bisa membawa pada perubahan dan peradaban gemilang.
Anak-anak merupakan aset yang paling berharga bagi keberlangsungan sebuah peradaban. Sepatutnya meski dijaga dan dididik agar kelak ketika dewasa mampu menjadi generasi yang memiliki kemampuan sebagai agent of changes yang memilki kepribadian Islam, baik akliah atau nafsiahnya. Hal itu pula yang dilakukan oleh pemimpin yang menerapkan Islam secara keseluruhan, melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islamiyah.
Pemimpin dalam Islam senantiasa memberikan kemudahan dalam mengakses pendidikan gratis serta mendorong untuk melakukan berbagai riset sehingga lahirlah ilmuwan-ilmuwan yang menguasai ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Ilmuwan tersebut di antaranya Al-Khawarizmi penemu angka 0, Al-Farizi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Muslim menyusun hadis sahih yang menjadi panduan umat Islam hingga kini.
Teknologi yang berkembang semata-mata untuk kemaslahatan dan kemudahan bagi keberlangsungan hidup manusia. Itulah yang dikehendaki oleh Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya: “Dan kami akan memudahkan bagimu ke jalan kemudahan.” (TQS al-A’la ayat 8)
Negara senantiasa memastikan bahwa media difungsikan sebagai penyedia informasi yang aktual dan faktual bagi masyarakat, alat untuk berkomunikasi demi menjalin ukhuwah Islamiyah, juga akan dijadikan sarana pendidikan, dakwah, dan jihad. Sehingga media dan sarana pendukungnya mampu jadi wasilah untuk mengenalkan Islam keseluruh penjuru dunia sehingga Islam dengan kemuliaannya menyebar luas.
Maka sudah tentu ketika penggunaannya benar akan menjadi pendukung kemajuan peradaban gemilang.
Pemimpin dalam Islam akan senantiasa mengawasi dan memastikan teknologi yang berkembang tetap ada pada tujuannya. Sehingga ketika ada yang menyalahgunakan tentu akan ditindak tegas dan diberi sanksi. Masyarakatnya akan dipastikan aman dan nyaman ketika menggunakannya karena peran negara benar-benar berwujud nyata dalam riayahnya, yakni menjadikan Islam sebagi ideolagi dan syariat sebagai pengontrolnya.
Itulah fungsi pemimpin dalam Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:
Kemajuan Teknologi Perlu Peran Negara dan Kontrol Syariat
Oleh Suryani
Aktivis Dakwah
Di era modern ini gawai atau ponsel dan sejenisnya bukanlah hal yang asing. Hampir semua orang memilikinya, termasuk anak-anak sudah diperkenalkan dan memiliki gawai sejak dini. Namun tanpa di sadari telpon pintar ini bisa membahayakan mereka, di samping manfaat yang begitu besar ada pula keburukan yang ditimbulkannya.
Untuk meminimalisir dampak buruk dari gawai tersebut, Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Emma Dety mengingatkan kepada orang tua agar lebih ketat dalam mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan gawainya. Karena banyak oknum yang menjadikan teknologi tersebut sebagai alat untuk tindak kejahatan dan kekerasan seksual. (inisumedang.com, 12/4/2022)
Kemajuan teknologi merupakan hal yang pasti seiring perubahan zaman, termasuk keberadaan gawai sudah menjadi kebutuhan bagi segenap manusia. Selain untuk berkomunikasi ponsel pintar ini bisa menjadi alat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Maka tak heran banyak sekali peminatnya.
Selain manfaatnya yang luar biasa gawai ini bisa juga menjadi sumber keburukan jika dipergunakan secara serampangan tanpa kontrol agama. Hal itu bisa menimpa anak, dewasa hingga orang tua. Maka dari itu diperlukan kemampuan untuk memilah dan memanfaatkannya berdasarkan aturan yang benar, mana yang bisa mendatangkan manfaat dan mana yang justru mengundang kemadaratan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan kejahatan semakin marak, bukan semata karena kecanggihan teknologi tapi sistem yang diterapkan di tengah masyarakat. Di antaranya adalah kapitalisme sekuler. Yakni sebuah sistem ketika diadopsi suatu negara/bangsa akan menjadikan aktivitas individu, masyarakat, atau kelompok bermotif kapital. Asasnya yang mengedepankan keuntungan yang bersifat materi dan tanpa ada kontrol agama di dalamnya, membuat kecanggihan teknologi berbuah kerusakan moral di segala aspek.
Semua itu dikarenakan sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini tidak mengenal halal dan haram, yang ada justru bagaimana bisa mendapatkan materi sebanyak-banyaknya, semisal konten-konten dan aplikasi unfaedah demi sejumlah follower, materi dan kesenangan semu. Hal ini tentu sangat berbahaya terutama buat anak-anak yang akalnya belum sempurna untuk memfilternya.
Peran negara dalam sistem kapitalisme ini pun seolah tak memiliki kepentingan dan tanggung jawab atas keburukan yang menimpa warganya selama mereka melakukannya secara suka rela dan sebagai ekspresi dari kebebasan berperilaku yang dilindungi negara. Negara hanya membebankan tanggung jawab sepenuhnya kepada orang tua tanpa diiringi aturan tegas atau sanksi bagi pelaku kejahatan akibat gadget. Padahal sejatinya negara berperan penting untuk menjaga dan mengawasi penggunaan teknologi ini bagi semua warga yang menjadi riayahnya. Selain itu, negara mempunyai pengaruh dan kewenangan yang besar dalam mengendalikan kemajuan teknologi ini agar bisa membawa pada perubahan dan peradaban gemilang.
Anak-anak merupakan aset yang paling berharga bagi keberlangsungan sebuah peradaban. Sepatutnya meski dijaga dan dididik agar kelak ketika dewasa mampu menjadi generasi yang memiliki kemampuan sebagai agent of changes yang memilki kepribadian Islam, baik akliah atau nafsiahnya. Hal itu pula yang dilakukan oleh pemimpin yang menerapkan Islam secara keseluruhan, melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islamiyah.
Pemimpin dalam Islam senantiasa memberikan kemudahan dalam mengakses pendidikan gratis serta mendorong untuk melakukan berbagai riset sehingga lahirlah ilmuwan-ilmuwan yang menguasai ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Ilmuwan tersebut di antaranya Al-Khawarizmi penemu angka 0, Al-Farizi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Muslim menyusun hadis sahih yang menjadi panduan umat Islam hingga kini.
Teknologi yang berkembang semata-mata untuk kemaslahatan dan kemudahan bagi keberlangsungan hidup manusia. Itulah yang dikehendaki oleh Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya: “Dan kami akan memudahkan bagimu ke jalan kemudahan.” (TQS al-A’la ayat 8)
Negara senantiasa memastikan bahwa media difungsikan sebagai penyedia informasi yang aktual dan faktual bagi masyarakat, alat untuk berkomunikasi demi menjalin ukhuwah Islamiyah, juga akan dijadikan sarana pendidikan, dakwah, dan jihad. Sehingga media dan sarana pendukungnya mampu jadi wasilah untuk mengenalkan Islam keseluruh penjuru dunia sehingga Islam dengan kemuliaannya menyebar luas.
Maka sudah tentu ketika penggunaannya benar akan menjadi pendukung kemajuan peradaban gemilang.
Pemimpin dalam Islam akan senantiasa mengawasi dan memastikan teknologi yang berkembang tetap ada pada tujuannya. Sehingga ketika ada yang menyalahgunakan tentu akan ditindak tegas dan diberi sanksi. Masyarakatnya akan dipastikan aman dan nyaman ketika menggunakannya karena peran negara benar-benar berwujud nyata dalam riayahnya, yakni menjadikan Islam sebagi ideolagi dan syariat sebagai pengontrolnya.
Itulah fungsi pemimpin dalam Islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:
“Imam (pemimpin) adalah ra’in (pengurus rakyatnya) dan bertanggung jawab atas kepengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Namun tentu hal tersebut sangat sulit dirasakan pada saat ini. Diperlukan kesadaran akan adanya perubahan sistem kehidupan kepada Islam. Karena sudah terbukti bahwa hanya Islam yang mampu melahirkan ilmuwan sekaligus hasil karya berupa ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Wallahu a’lam bi-ash sawwab.
Views: 2
Comment here