Oleh: Ummu Haneem (Pegiat Literasi)
Hudzaifah berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
…ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ» ثُمَّ سَكَتَ.
…Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”, kemudian Beliau diam. (H.R. Ahmad)
Hadis di atas memberikan kabar gembira bahwa kembalinya payung umat, yakni khilafah adalah perkara yang haq. Tentunya, umat yang paham pasti sudah tak sabar lagi untuk menunggu kehadirannya. Bagaimana tidak? Selama 13 abad saat Khilafah memimpin dunia, maka selama itu pula kemuliaan dan kehormatan kaum Muslim terjaga. Selain itu, khilafah menjadi sebuah negara yang disegani oleh para penduduk dunia. Bahkan, powernya berhasil menggentarkan musuh-musuh Islam. MasyaAllah.
Bisyarah Rasulullah adalah perkara yang
pasti yang wajib diyakini oleh umat Islam. Meyakini berarti membenarkan. Selanjutnya, jika sudah yakin, maka hal berikutnya yang patut dilakukan adalah menyebarkan. Menyampaikan kepada seluruh elemen masyarakat mengenai kebenaran bisyarah tersebut agar umat mengetahui serta turut memperjuangkan sekaligus menyebarkan kabar gembira tersebut kepada umat yang lainnya.
Adalah suatu hal yang wajar jika ada kelompok-kelompok Islam yang kemudian menyebarkan “akan tegaknya kembali khilafah” dengan cara penyebaran buletin, menyebarkannya di blog pribadi maupun media sosial, mendakwahkan dalam berbagai forum, dan melakukan konvoi sebagaimana yang dilakukan oleh Jamaah Khilafatul Muslimin.
Dilansir dari CNN Indonesia pada hari Kamis, 2 Juni 2022 bahwa MUI Jawa Barat mendapat ajakan untuk melakukan konvoi rombongan motor “Kebangkitan Khilafah”. Namun sayangnya, sekretaris MUI Jawa Barat, Rafani Achyar justru malah mempertanyakan keberadaan aksi serentak tersebut di beberapa titik di Jawa Barat, seperti Cimahi, Sukabumi, dan Cianjur.
Begitulah. Ada yang pro dan ada pula yang kontra. Ada yang bersemangat menyambut kedatangannya, tapi ada pula yang justru menghadang kebangkitannya. Ada yang rindu, tapi ada pula yang benci.
Bagi para pembenci Islam dan ajarannya, mereka tidak segan-segan melakukan beragam cara untuk menghadang kebangkitan khilafah. Lihat saja, bagaimana mereka melakukan tuduhan keji kepada para pengemban dakwah khilafah. Melabeli orang-orang mulia itu dengan sebutan teroris, radikal, perongrong negara, dan sejumlah stigma keji lainnya. Bahkan, mereka pun melakukan monsterisasi terhadap khilafah. Na’uzubillaah tsumma na’uzubillaah.
Menghadapi kenyataan tersebut, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh para hamlud dakwah.
Pertama, Para hamlud dakwah harus mengisi energi dengan keimanan yang kokoh dan ketakwaan kepada Allah. Dengan bekal iman dan takwa inilah mereka mengemban misi ideologis dengan berharap pertolongan dari Allah.
Kedua, tidak mudah patah arang. Para pengemban dakwah adalah mutiara umat. Mereka adalah orang-orang pilihan yang dipilih Allah untuk mengemban amanah yang mulia, sehingga harus selalu memiliki keyakinan yang teguh dan terus bergerak di tengah-tengah masyarakat. Jika dakwah yang dilakukan belum menuai hasil, maka terus bergerilya di tengah-tengah masyarakat harus tetap dilakukan.
Ketiga, menjadi pribadi yang tangguh. Para pengemban dakwah harus selalu siap dengan beragam ujian yang mendera, termasuk di dalamnya adalah cercaan atau hinaan terhadap pribadi dan penolakan terhadap dakwah yang dilakukan.
Keempat, para pengemban dakwah harus memiliki pemahaman yang kuat terhadap materi apa saja yang didakwahkah. Jika tidak punya, bagaimana bisa berdakwah?
Kelima, ahli berstrategi. Para pengemban dakwah adalah orang-orang yang cerdas dan mampu menangkap peluang. Selain itu, mereka harus mampu berfikir strategi jitu bagaimana caranya dakwahnya dapat diterima. Jika strategi satu gagal, lakukan strategi berikutnya dan begitu seterusnya.
Keenam, ikhlas dalam berjuang. Para pengemban dakwah hendaknya senantiasa menancapkan kuat-kuat di setiap amalnya bahwa apa yang dia perjuangkan adalah semata-mata karena Allah.
Sebagai akhir, wahai para pengemban dakwah, meyakini adalah sebuah keharusan karena keyakinan itulah yang akan menjadi faktor pendorong untuk terus bergerak. Begitu pula dengan keberadaan ayat-ayat Allah: “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…(surat at-Taubah ayat 111) dan ” Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (surat Muhammad ayat 7). Semoga kedua ayat tersebut dapat menjadi pemantik bagi para pengemban dakwah dalam menggelorakan api perjuangan di tengah-tengah umat.
Wallaahu’alam bish-showab.
Views: 16
Comment here