Tabligul Islam

Ibu, Ada Surga di Bawah Telapak Kakimu

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Umi Hanif (Muslimah Peduli Generasi).

wacana-edukasi.com– Tak salah jika dikatakan kalau anak yang baik lahir dari keluarga yang baik, terutama ada peran besar seorang ibu. Karena dari ibu anak belajar dan mengenal apa saja yang ada disekitarnya.

Dalam lslam dikatakan, ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Maka ibu harus disadarkan kembali bahwa perannya penting dan strategis, Jangan sampai ibu abai bahkan meninggalkannya.

Ketika ibu menjalankan amanah besar tersebut dengan baik tumbuhlah generasi tangguh. Namun dalam sistem Kapitalisme yang mementingkan materi seperti saat ini hal tersebut tidak mudah, harus punya tekad yang kuat dan fokus untuk bisa mewujudkannya. Sistem ini membuat banyak orang banting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidup, tak terkecuali para ibu yang seharusnya mendampingi tumbuh kembang anak namun waktunya habis untuk membantu mencari nafkah buat keluarga.

Harus ada dakwah untuk menyadarkan para ibu akan perannya yang mulia. Bisa kita lihat sosok ibunda Mujtahid lmam Syafi’i, dengan keterbatasan ekonomi namun tetap gigih memotivasi buah hati untuk meraih ilmu seluas mungkin. Terbukti lmam Syafi’i bisa menjelajah berbagai negara guna menuntut ilmu dari banyak ulama mahsyur dan jadilah ia lmam besar karena ketajaman dan keluasan ilmunya.

Ada lagi ibunda shahabat Anas bin Malik yaitu Rumaisha, menyerahkan buah hatinya yang masih kecil untuk melayani dan membantu Nabi Saw dalam berbagai hal. Dengan menyertai Nabi saw tentu kepribadian luhur Nabi saw akan membekas serta berpengaruh terhadap akhlaq Anas, shahabat Anas terbukti menjadi guru banyak para ulama besar setelahnya.

Begitulah sosok ibu yang punya keimanan kokoh, visioner dan cerdas hingga melahirkan generasi pemimpin yang kuat dan siap dalam menebarkan manfaat. Perjuangan seorang ibu berbanding lurus dengan keberhasilan yang dicapai.

Sebaliknya jika hari ini kita lihat banyak anak muda yang lebih suka nongkrong, jalan-jalan dan pemalas karena mereka tidak punya visi hidup. Mereka melihat orang tua terutama ibu yang sibuk bekerja demi memenuhi dunianya saja, tanpa ada bimbingan apalagi teladan yang baik dari orang terdekatnya bagaimana harusnya bersikap. Akibatnya mereka mencari sosok idola diluar rumah yang justru menjauhkan mereka dari nilai ruhiyah. Hingga kita lihat kasus tawuran, narkoba, seks bebas, pencurian dan sebagainya yang banyak dilakukan oleh anak-anak muda.

Sekali lagi, para ibu harus segera kembali pada fitrahnya yaitu menyiapkan putra putrinya menjadi pemimpin umat dimasa mendatang. Tak kenal lelah mendidik dan mengarahkannya agar mereka tidak terjerumus dalam pergulan yang salah.

Semua itu bisa didapat dengan beberapa langkah. Pertama, seorang ibu harus punya iman yang kokoh karena dengan iman kewajiban yang berat dan besar dalam mendidik anak akan terasa ringan dilakukannya.

Kedua, ada ilmu tentang cara yang tepat dan baik dalam melejitkan potensi anak. Menjadi seorang ibu bukan karena sudah melahirkan namun harus disertai ilmu agar tepat dalam mendidiknya. Mendidik anak pun harus melalui beberapa tahap sesuai perkembangan usianya. Ditambah dijaman digital ini kecakapan para ibu harus terus diasah agar bisa menyesuaikan dunia anak.

Ketiga, harus ada kerjasama dan komunikasi dengan suami agar bisa satu langkah yang memudahkan kerja ibu dalam mengarahkan potensi yang dimiliki anak.

Keempat, doa. Doa ibu adalah makbul. Sebagai seorang hamba yang lemah tidak akan mampu menjaga anak sehari semalam dari bahaya yang tampak atau tidak. Maka harus menyandarkan semuanya pada Allah agar menjaga buah hati dari kerusakan.

Begitulah gambaran ibu yang dikakinya ada surga. ‘Abbas berkata: Rasullah saw. bersabda:”Surga di bawah telapak kaki Ibu, barangsiapa yang Ibu kehendaki dapat masuk surga dan jika Ibu berkehendak dapat mengeluarkannya dari surga.”
Allahu a’lam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 193

Comment here