Oleh: Dyah Rini
(Aktivis Muslimah &Founder Rumah Qur’an Al-Ummah)
wacana-edukasi.com– Siapa remaja itu? Dilansir dari laman Kemkes.go.id dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah seseorang dalam rentang usia 10-18 tahun. Sedangkan WHO mendefinisikan remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedikit berbeda dengan kriteria dari Badan Kependudukan dan keluarga Berencana(BKKBN), menyatakan rentang usia mereka yakni antara 10- 24 tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa itu manusia tidak dapat disebut sudah dewasa, tetapi juga tidak bisa disebut anak-anak. Jadi merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Menurut Psikolog, remaja adalah suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga dewasa. Pada saat itu terjadi perubahan fisik dengan cepat yakni; pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan bentuk tubuh,serta perkembangan karakteristik seksual.
Fakta Remaja Hari Ini
Tidak dimungkiri kehadiran remaja membawa banyak perubahan juga segudang persoalan. Sudah jamak diketahui bagaimana berita kenakalan remaja memenuhi beranda media. Berita maraknya tawuran antar pelajar, balap liar, narkoba, seks bebas, pornografi, aborsi, wara wiri di dunia maya. Ditambah lagi perkembangan gadget yang membius mereka, hingga kegemaran mengunggah konten-konten unfaedah. Memang,Jika dilihat dari potensi mereka yang mempunyai kekuatan fisik dan semangat baja akan sayang jika disia siakan. Energinya dihabiskan untuk kegiatan yang tidak membawa kebaikan bagi dirinya juga bagi masyarakat.
Kondisi remaja yang ada pada saat ini tidak terlepas dari sistem yang melingkupi mereka. Sistem kapitalis dengan landasan sekulernya telah memisahkan agama dari pengaturan kehidupan manusia, termasuk dalam urusan remaja. Dalam sistem kapitalis yang menjunjung kebebasan telah menjadikan remaja menjadi pribadi yang bebas berbuat tanpa kendali, bahkan menyalahi norma agama.
Sebagaimana berita kasus pembuangan bayi oleh remaja (mahasiswa) diduga karena pergaulan bebas terjadi lagi. Dilansir dari Serambinews, terjadi pembuangan bayi di sungai Ciliwung Jatinegara Jakarta Timur Rabu (1/6/2022) sementara itu media sosial ramai gegara ada remaja putri berkerudung membuat YouTube yang menampakkan aurat di dadanya. Parahnya, pendapat para netizen banyak yang mendukung konten pornografi tersebut. Problem lain, kenakalan remaja klitih di Yogyakarta masih juga sering melakukan aksinya. Kesannya sulit untuk diberantas. Itulah rentetan potret remaja hari ini. Butuh penyelesaian problem mereka.
Bagaimana Islam Memperlakukan Remaja?
Islam mendefinisikan remaja dengan praktis tanpa berbelit. Mereka diperlakukan sebagai manusia yang memasuki usia aqil baligh dan termasuk kategori mukallaf. Yaitu orang yang sudah mendapat kewajiban menjalankan syariat (taklif hukum). Konsekuensinya, jika mereka melanggar syariat maka akan berdosa dan menerima sanksi hukum. Sebaliknya saat mereka menaati syariat maka akan mendapat pahala.
Sejatinya potensi remaja jika diarahkan akan menjadi aset yang sangat berharga bagi negara. Karena ditangannya tongkat estafet peradaban dunia akan dipegang. Maka harus menjadi prioritas mendidik dan mempersiapkan mereka menerima amanah tersebut. Hal pertama yang perlu dibenahi adalah menciptakan kurikulum pendidikan yang berlandaskan akidah Islam. Tujuan pendidikan sejatinya ada dua. Yaitu yang pertama: adalah mencetak generasi yang memiliki syakhsiyah Islamiah (kepribadian islam) dan ketakwaan yang tinggi.
Kedua: mencetak ilmuwan, ulama, pakar yang mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan.
Pendidikan dalam Islam menjadi tanggung jawab penuh negara. Dalam hal ini Daulah Khilafah secara totalitas membiayainya dan dananya diambilkan dari Baitulmal. Yakni dari pos Fai, kharaj, dan harta kepemilikan umum.
Dalam peradaban Islam yang masyhur, kiprah remaja (pemuda) telah menorehkan tinta emas. Sebut saja Muhammad al Fatih menaklukkan Konstatinopel pada usia 21 tahun. Pada jamannya Rasulullah, Usamah bin Zaid, usia17 tahun menjadi panglima perang dan berhasil mengalahkan tentara Romawi dengan membawa pulang pasukan ke Madinah tanpa kehilangan seorang pun. Sayyidina Ali R.a. pada usia 17 tahun ikut perang Ahzab yang melawan tiga bani sekaligus. Dan berhasil melumpuhkan musrikin Arab Amru bin Wadd yang berhasil melewati parit sedalam 4,5 meter dan lebar 6,5 meter.
Para pemuda cemerlang itu adalah hasil didikan Islam yang menjasad dalam dirinya. Mereka memahami makna hidup di dunia untuk apa? dan kemana arah hidup sejatinya setelah di dunia? Sehingga dipersembahkan aktivitas terbaik untuk izzul islam wal muslimin. Maka untuk dapat melahirkan pemuda sekelas Muhammad al Fatih harus mencampakkan sistem kapitalisme yang membawa kesesatan dengan ide-idenya. Berganti dengan penerapan Islam kaffah yang akan menggali potensi remaja dan mengelolanya sehingga menjadi aset berharga bagi negara menuju kegemilangan Islam kembali
Wallahu’alam bi showab
Views: 14
Comment here