Opini

Membongkar Akar Polemik Bencana Negeri, Islam Kaffah Sebagai Solusi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Ummu Ahtar (Anggota Komunitas Setajam Pena)

wacana-edukasi.com– Negeri ini mulai dilanda bencana alam dari banjir,longsor hingga erupsi gunung merapi. Banyak rakyat kehilangan tempat tinggal dan banyak bangunan runtuh karena diterjang banjir dan tanah longsor. Pada 15 Juli kemarin, banjir dan tanah longsor mendera 14 kecamatan di kabupaten Garut,Jawa Barat. BPD kabupaten Garut mencatat sebanyak 4035 unit rumah terdampak dengan 11 unit lainnya rusak berat. Kemudian 13 kantor pemerintahan rusak sedang, 10 kantor pemerintahan rusak ringan.(m.republika.co.id, (18/7/22))

Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum menilai bahwa banjir yang terjadi di Garut tidak hanya akibat curah hujan yang tinggi. Lebih dari itu, banjir karena adanya pembabatan dan alih fungsi lahan di kawasan hulu sungai.Pemerintah propinsi Jawa Barat meminta masyarakat melakukan penggarapan secara rasional agar aktivitasnya tidak menyebabkan bencana. Pemerintah juga meminta warga yang selama ini tinggal di sempadan sungai untuk segera pindah agar tidak kembali menjadi korban saat banjir akibat uapan air sungai terjadi. Selain itu program untuk perbaikan sungai akan digalakan. (m.merdeka.com, (17/7/22))

Banjir juga rendam di Kecamatan Telukjambe Barat Desa Karangligar, Karawang, Jawa Barat pada Sabtu (16/7). Terdapat sekitar 200 KK atau 1192 jiwa terdampak. Dan 304 unit rumah, 2 unit fasilitas ibadah, dan 3 unit fasilitas umum tergenang banjir dengan ketinggian muka air antara 10 hingga 100 cm. (cnnindonesia.com, (17/7/22))

Sementara pada 17 Juli 2022 gunung anak Krakatau kembali mengalami erupsi. Dikabarkan melalui pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) bahwa erupsi terjadi sebanyak dua kali dengan ketinggian 1000 hingga 2000 meter di atas puncak. Meski dianggap sebagai aktivitas gunung merapi yang wajar akan tetapi masyarakat dihimbau tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari pusat erupsi. (kompas.com, (17/7/22))

Mencari Akar Masalah terjadi Bencana Alam

Terjadi bencana alam tentunya ada sebab hal itu terjadi. Karena sesungguhnya negeri bumi pertiwi yang indah ini diakui dunia akan keindahan keaneragaman hayati dan kekayaan alam yang berlimpah ruah. Bencana banjir dan tanah longsor hampir menjadi langganan tiap tahunnya negeri ini. Beralihnya fungsi hutan menjadi permukiman serta bangunan lain menjadi alasan utama para ahli serta pakar lainnya. Namun ironisnya pemerintah sebagai periayah atau pengatur tata kelola negeri belum memberikan solusi terbaik agar tradisi tahunan ini berakhir. Sebaliknya menyalahkan pihak lain misal penduduk yang bermukim di sekitar huku sungai. Padahal sebenarnya penduduk itu terpaksa bermukim karena berjuang susahnya hidup di ibu kota.

Adanya eksploitasi sumber daya alam (SDA) terus berjalan tanpa kendali. Kebebasan kepemilikan di sistem Kapitalisme membenarkan hal itu terjadi. Sementara negara hanya bertugas sebagai fasilitator, bukan periayah atau pengurus urusan rakyat. Konsep fasilitator hanya memfasilitasi berjalannya pembangunan ala Kapitalistik.Alhasil, ketika terjadi bencana, penguasa hanya melakukan imbauan pada masyarakat. Atau melakukan tindakan tidak menyentuh akar persoalan.

Islam Solusi Terbaik

Bencana alam yang terjadi di negeri ini seharusnya menuntut manusia menyadari ke-Maha kuasaan Allah. Mengevaluasi perilaku individu dan sistem kehidupan yang diberlakukan terhadap alam. Namun, faktanya pengelolaan alam dengan basis Kapitalisme justru menghasilkan kerusakan hingga bencana. Sistem ini hanya peduli dengan manfaat dan keuntungan ekonomi meski harus mengorbankan lingkungan.

Padahal, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Berbeda halnya dengan negara yang bertindak sebagai periayah atau pengurus rakyat. Negara ini tentu akan menempatkan keselamatan rakyat di atas kepentingan lain. Negara ini hanya ada pada sistem Islam, yang disebut Khilafah.

Penanganan bencana yang disebabkan faktor alam atau ulah tangan manusia harus berlangsung secara fundamental. Yaitu dengan tindakan preventif, kuratif, dan rehabilitative. Inilah yang akan dilakukan Khilafah yang merupakan perisai dan pelindung umat.

Dalam aspek preventif, Khilafah menetapkan kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan.Pemanfaatan SDA untuk kemaslahatan umat manusia, serta politik ekonomi yang berbasis syari’at Islam. Khilafah memprioritaskan pembangunan infrastruktur dalam mencegah bencana seperti bendungan, kanal, pemecah ombak, tanggul, reboisasi atau penanaman kembali. Penanaman daerah aliran sungai dari pendangkalan. Relokasi, tata kota yang berbasis amdal. Serta pengaturan memelihara kebersihan lingkungan.

Khilafah akan menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai cagar alam, hitan lindung, dan kawasan buffer. Hal itu tidak boleh ada yang memanfaatkannya kecuali atas izin negara. Menyosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan dan memelihara lingkungan dari kerusakan. Serta mendorong kaum Muslimin untuk menghidupkan tanah mati. Sehingga bisa jadi buffer lingkungan yang kokoh.

Khilafah juga akan memberlakukan sistem sanksi tegas pada siapapun yang mencemari dan berupaya merusak lingkungan. Dalam aspek kuratif jika terjadi bencana, Khilafah akan melakukan langkah berikut:

Pertama, melakukan evakuasi korban secepatnya. Kedua, membuka akses jalan dan komunikasi dengan para korban. Ketiga, memblokade atau mengalihkan material bencana(seperti banjir,lahar, dan lain-lain) ke tempat yang mana tidak dihuni manusia atau menyalurkan kepada saluran-saluran yang sudah siap sebelumnya. Keempat, mempersiapkan lokasi pengungsian, pembentukan dapur umum, dan posko kesehatan. Serta pembukaan akses jalan maupun komunikasi untuk memudahkan tim SAR berkomunikasi dan mengevakuasi korban yang terjebak bencana.

Adapun dari aspek rehabilitative, Khilafah melakukan recovery yaitu manajemen pasca bencana. Seperti memberikan pelayanan terbaik pada korban selama di pengungsian. Memulihkan spikis mereka agar senantiasa bersabar, tidak stres atau depresi atas cobaan yang menghampiri. Memenuhi kebutuhan vital mereka yaitu pakaian,makanan, obat-obatan, tempat istrirahat yang layak, dan layanan kesehatan lainnya. Serta memberi nasehat dan tausiah untuk menguatkan akidah dan nafsiyah para korban.

Dalam mengatasi krisis iklim dan lingkungan yang menimpa negeri ini tidak akan pernah tercapai solusi tepat selama akar masalahnya belum terselesaikan. Yakni penerapan ideologi Kapitalisme. Oleh karena itu hari ini umat membutuhkan penerapan ideologi Islam di bawah institusi Khilafah Islam. Lalu, “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?(Q.S. Al-Ma’idah : 50)

Wallahu’alam bisshawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 40

Comment here