Opini

Derita Palestina, Bukan Sekadar Konflik Kemanusiaan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Galuh Metharia

(Aktivis Muslimah DIY)

wacana-edukasi.com– Puluhan warga sipil di Gaza kembali menjadi korban serangan Zionis Israel. Setidaknya ada 24 orang tewas, termasuk 6 anak-anak, imbas dari serangan keji Zionis Israel yang membombardir Jalur Gaza, Palestina, dalam dua hari hingga Sabtu (6/8). Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengonfirmasi, tercatat 203 orang terluka akibat gempuran Israel (cnn.indonesia.com, 07/08/2022).

Dilansir dari Republika.co.id, Aqsa Working Group (AWG) mengutuk keras langkah agresi yang dilakukan Zionis Israel. Menurutnya klaim Israel yang membombardir Gaza sebagai upaya pencegahan adalah hal yang mengada-ada. AWG juga menyerukan kepada pemimpin dunia dan seluruh komunitas internasional untuk merespons kezaliman ini dengan sikap nyata. Bukan sekadar gimmick diplomatik atau standar ganda, yakni dengan mengecam tetapi juga terus menjalin hubungan mesra dengan Zionis Israel.

Tragedi yang terjadi di Jalur Gaza hanyalah pengulangan dari ratusan bahkan ribuan peristiwa yang menimpa umat Islam di dunia. Suriah, Kashmir (India), Xinjiang (China), Myanmar (Burma) yang sampai sekarang pun masih terjadi pembantaian dan diskriminasi. Namun, dunia seakan memilih membutakan mata dan menjadi tuli, mengeraskan hati untuk tidak peduli atau menganggap peristiwa berdarah ini hanya sebatas konflik kemanusiaan.

Dampak Buruk Nation State

Sejak institusi besar, Khilafah Islamiyah dalam sejarah umat Islam diruntuhkan, tetes darah umat Islam terus tumpah tanpa perlindungan dan pembelaan. Sejak saat itu umat Islam terpecah menjadi beberapa negara-bangsa. Akibat nasionalisme dan nasion state, ukhuwah umat Islam mulai disekat-sekat dan hilang entah ke mana. Umat Islam tak lagi punya perisai, tak lagi memiliki pelindung. Di tengah darah umat Islam di Gaza Palestina, tak ada penguasa negeri Muslim pun yang peduli. Mereka mengecam sebatas lisan, nyatanya hubungan mesra dan normalisasi dengan Zionis Israel tetap mereka lakukan.

Di sisi lain, penderitaan umat Islam di Palestina dan belahan bumi lainnya saat ini mencerminkan kualitas iman dan ukhuwah umat Muslim di dunia. Betapa kita masih jauh seperti apa yang diminta dan disampaikan oleh Rasulullah saw..

Rasulullah saw. bersabda:
“Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lain dalam hal saling mencintai, saling menyayangi, dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.”[HR Bukhari-Muslim]

Konsep kesatuan negara-bangsa, nasionalisme, nasion state inilah yang menjadi penghalang ukhuwah sejati. Para pemimpin disibukkan dengan urusan masing-masing. Para pemuda di negeri Muslim pun buta akan kesadaran politik.

Khilafah Mengembalikan Kemuliaan Umat

Dari sejarah kita bisa belajar, betapa kepemimpinan politik Islam telah mencetak seorang Khalifah sebagai pelindung umat. Dalam catatan sejarah, Khalifah Abdul Hamid II dengan tegas menolak permintaan dari seorang propagandis zionisme, Thepdor Herzl yang meminta ijin mendirikan gedung di Al-Quds. Bahkan, dengan iming-iming sejumlah uang dan fasilitas lainnya. Hal itu karena Khalifah paham betul, bahwa melepaskan sejengkal tanah suci Palestina kepada Yahudi bukan lah sekadar persoalan pemindahan kepemilikan saja, namum sebuah pengkhianatan terhadap umat Islam. Palestina adalah tanah milik umat Muslimin. Khalifah Abdul Hamid II juga berjanji, selama beliau hidup tidak akan membiarkan tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari wilayah Daulah Islamiyah.

Sungguh sangat berlawanan, hari ini kita menyaksikan Zionis Israel menginjak-injak umat Islam di Palestina. Dengan bantuan negara adidaya, Amerika, mereka merampas Al-Quds secara paksa dan dilegitimasi sebagai wilayah Israel. Teriakan warga Palestina begitu memekakkan telinga atas kezaliman Zionis yang merampas tanah mereka. Seluruh dunia melihat situasi mencekam yang dialami penduduk tanah suci Palestina saat ini. Tak banyak yang bisa dilakukan. Hanya wujud aksi bantuan berupa obat-obatan dan sembako sambil menengadah tangan, berharap Allah swt. kirimkan pertolongan untuk mengembalikan kemuliaan tanah suci Palestina.

Segala upaya yang dilakukan kaum Muslimin saat ini untuk membantu rakyat Palestina sejatinya tak mampu membebaskan mereka dari penjajah Zionis Israel, melainkan hanya mengurangi penderitaannya saja. Mengapa demikian? Karena umat Islam saat ini telah kehilangan kekuatan dan kepemimpinan politik Islam yakni Khilafah. Sistem yang lahir dari akidah yang lurus. Khilafah mampu mewujudkan ukhuwah sebenarnya. Di bawah naungan Daulah Islamiyah, umat Islam akan menyatukan potensi kekuatan di bawah satu komando seorang Khalifah sebagai pemimpin, pelindung, dan pengurus umat.

Sungguh, kita merindukan sosok Khalifah seperti Sultan Abdul Hamid II dan khalifah-khalifah sebelumnya yang mencintai, membela agama dan kehormatan rakyatnya. Yang siap mengembalikan kemuliaan umat di bawah syariat Islam, salah satunya membebaskan Palestina dari penjajah Israel dan menyelesaikan penderitaan umat Islam di dunia.

Tegaknya kembali sistem Khilafah yang mengikuti metode kenabian adalah sebuah keniscayaan sebagaimana janji Allah swt. dan kabar gembira (bisyara) Rasulullah saw.. Hanya saja, tak cukup bagi umat Islam dengan sekadar menunggu dan berdoa. Diperlukan juga upaya dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Semoga Allah swt. segera datangkan kemenangan yang dijanjikan, sehingga umat Islam di Palestina dan belahan bumi lainnya pun akan kembali dibebaskan.

Wallahu A’lam Bish Shawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 36

Comment here