Opini

Kekeringan Meluas, di Mana Peran Negara?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Juwita Rasnur, S.T.

wacana-edukasi.com– Beberapa hari belakangan ini cuaca cukup terik. Di beberapa wilayah bahkan mengalami kekeringan. Salah satunya adalah wilayah masyarakat nelayan di Dusun Toroh, Kecamatan Keruak, Lombok Timur. Polres Lombok Timur turut prihatin dengan kondisi ini. Terkait dengan hal ini maka pihak Polres Lombok Timur memberi bantuan kepada masyarakat berupah bantuan air bersih dan paket sembako. Hal ini dimaksudkan pula sebagai bantuan dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (Lombok.Tribunnews.com, 10/09/2022)

Kondisi kekeringan juga melanda Jawa Timur yang berdampak krisis air dan penurunan produksi beras. Ketua DPKP Jatim Hadi Sulistyo mengatakan telah mengajukan usulan kepada gubernur untuk mempercepat masa taman terutama pada DAS, sehingga produksi padi di Jawa timur tetap terjaga. Mengingat Jawa timur adalah salah satu wilaya lumbung padi nasional. (Surabaya.suara.com, 03/09/2022)

Masalah kekeringan adalah hal urgen yang harus segera diselesaikan. Mengingat air merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus terpenuhi untuk bisa bertahan hidup. Permasalahan terkait kekeringan ini bukanlah permasalahan baru yang menimpah negeri kita.

Padahal kita tentu sama-sama mengetahui bahwa negara ini kaya akan potensi sumber daya alam termasuk sumber air. Namun mengapa kekeringan selalu terjadi?

Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya kekeringan. Selain karena faktor cuaca, faktor lainnya adalah kurang maksimalnya penggunaan potensi sumber daya air. Saat ini tentu kita banyak melihat bahwa potensi sumber daya air kita banyak yang tidak dikelolah oleh pemerintah tapi dikelolah oleh pihak swasta. Saat ini sebanyak 246 perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan penyedia air minum kemasan pada kementerian perindustrian RI.

Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan air minum dalam kemasan yang diperjual belikan di tengah-tengah masyarakat, yang ada hakikatnya hanya menguntungkan segelintir orang saja. Terlihat pula banyaknya alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan sawit, tambang, perumahan, pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya yang mempengaruhi kemampuan daya serap air tanah. Menurut data dari BPS lahan pertanian produktif di Jawa Timur menyusut sekitar 153 hektare pada tahun 2021 akibat dari alih fungsi lahan untuk keperluan infrastruktur. (m.liputan6.com, 16/03/2022)

Hal ini tentu tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Namun tampaknya kebijakan yang ada belum memperlihatkan dan menyentuh kesejahteraaan serta ketentraman seluruh rakyat. Padahal menjadi kewajiban negara untuk mengurusi rakyat, memastikan hak-hak mereka terjamin sehingga terwujud kesejahteraan dalam kehidupan mereka.

Tapi selama pemerintah bertumpuh pada hitungan untung rugi dalam mengurusi urusan rakyat maka hal tersebut akan mustahil untuk terjadi. Karena kebijakan yang lahir akan selalu sarat kepentingan yang akan menguntungkan segelintir pihak.

Akan berbeda jika urusan rakyat bertumpuh pada iman, halal dan haram menjadi standar kebijakan, dosa dan pahala selalu menjadi pengingat. Maka melahirkan kebijakan yang menentramkan jiwa karen bersumber dari dzat yang maha baik yakni Allah SWT sebagai pencipta dan sebagai pengatur.

Ketika terjadi bencana maka Khalifah sebagai kepala negara akan hadir ditengah-tengah masyarakat. memimpin umat Islam untuk memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepada Allah, meninggalkan maksiat, baik melalui shalat istisqa’, anjuran berdoa, mendoakan dan minta didoakan di hari, waktu, dan tempat mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat.

Ini pernah terjadi di masa Nabi shallallahu’alaihi wasallam ketika Madinah mengalami kekeringan. Masyarakat datang menghadap Nabi sebagai kepala negara untuk berdoa agar Allah menurunkan hujan. Nabi SAW pun mengajak penduduk Madinah untuk melakukan shalat istisqa’ di lapangan, yang kini dibangun Masjid Ghamamah. Setelah itu, hujan pun turun tak henti-henti sepanjang hari, sampai mereka pun datang kembali kepada Nabi SAW untuk berdoa, agar hujan berhenti. Nabi SAW pun berdoa, “Allahumma hawalaina wa la ‘alaina.” Hujan pun berhenti.

Perna juga di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab sungai Nil meluap hingga menyebabkan terjadinya banjir di daerah sekitarnya. Umar pun menulis surat kepada sungai Nil, agar berhenti meluap. Sungai itu pun berhenti. Masih banyak kisah lainnya.

Selain langkah-langkah seperti di atas, Khalifah akan memanfaatkan segala rekayasa ilmu pengetahuan dan menyusun langkah-langkah teknis yang bisa meringankan dan menyelesaikan berbagai permasalahan dan antisipasinya, sehingga tercurah keberkahan sebagaimana dalam Surah Al-A’raf ayat 6 yang artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Wallahu a’lam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here