Surat Pembaca

G20 Intervensi Budaya Wisata Kita

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com– Kekayaan seni, budaya, dan adat istiadat bangsa Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Keberagamannya telah menakjubkan dunia. Ada lebih dari 600 bahasa lokal, lebih dari 17 ribu pulau, multi-etnisnya suku, serta alamnya yang memesona, menjadi warna kekhasan Indonesia. Maka tidak berlebihan jika dikatakan Indonesia memiliki potensi sebagai tujuan wisata kelas dunia (www.kalbarnews.com 20/09/2022).

Namun pandemi COVID-19 sejak dua tahun lalu telah memorakporandakan industri pariwisata Tanah Air. Akibatnya, hampir semua objek wisata ditutup. Padahal industri ini merupakan sektor ekonomi yang menyertakan sektor-sektor usaha lain, seperti transportasi, kuliner, akomodasi, budaya lokal, pertunjukan seni, aktivitas penduduk, suvenir dan keramahan penduduk, yang semuanya adalah sertaan dalam industri kepariwisataan.

Candi Borobudur, Danau Toba, Raja Ampat, Pulau Komodo, dan masih terlalu banyak disebutkan, terkait tempat dan lanskap pemandangan alam yang memesona lainnya. Belum dari fesyen, kuliner, seni, musik, cara khas hidup penduduknya, kerukunan dan indeks kebahagiaannya.

Sebagai Presidency G20 Tahun 2022, Indonesia dituntut mampu sebagai aktor utama yang sukses dalam membangun narasi. Aktor yang memainkan semua lini panggung teatrikalnya untuk menciptakan impresi kepada dunia. Pertama, Indonesia mampu mengambil peran penting bagi upaya menciptakan perdamaian dunia dan memberi andil bagi tatanan dunia baru yang lebih adil dan bersahabat.
Kedua, mengambil peran penting bagi kesepakatan-kesepakatan dan kerja sama-kerja sama ekonomi yang menyejahterakan, kepedulian terhadap green policy, dan kemanusiaan. Serangkaian peristiwa G20 dengan berbagai keindahan lokasi kegiatannya merupakan momentum yang sangat penting untuk mendefinisikan dan mempresentasikan ke-Indonesia-an bagi bangsa ini.

Sektor Pariwisata diproyeksikan menjadi sumber devisa negara terbesar. Tak heran banyak sekali even pariwisata di Kalbar saat covid-19 melandai. Pariwisata konon katanya terkait terciptanya lapangan kerja. Memang benar akan tercipta, tetapi lapangan kerja yang tersedia hanyalah pekerjaan-pekerjaan beupah di bawah UMR, seperti satpam, penjaga karcis, petugas kebersihan, pelayan restoran, dll.

Keterbatasan skill dan pendidikan membuat mereka diposisikan seperti yang demikian. Sungguh menyedihkan bila tuan rumah sekadar dijadikan pegawai berupah rendah. Akhirnya, harapan untuk mewujudkan kesejahteraan negeri dan rakyat lewat pembangunan pariwisata hanya harapan kosong. Karena keuntungannya hanya lari ke para pemilik modal. Tak hanya itu, pengelolaan pariwisata di sistem kapitalisme juga menghasilkan kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan. Seperti itulah pengelolaan pariwisata di sistem kapitalisme hanya akan merusak dan memiskinkan, jauh dari kesejahteraan yang di harapkan.

Berbeda dengan sistem Islam yang menjadikan tempat pariwisata sebagai sarana dakwah dan da’ayah (propaganda). Tapi untuk mewujudkan hal tersebut khilafah haruslah menegakkan seluruh aturan Islam secara kaffah. Melenyapkan kedaulatan asing, baik dalam bentuk investasi dan utang.

Mia Purnama
Pontianak-Kalbar

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 4

Comment here