Oleh : Riana Wahyuni (Pegiat Literasi Islam Selatpanjang, Riau)
wacana-edukasi.com– Euphoria adalah perasaan gembira yang muncul saat ada peristiwa atau aktivitas yang membahagiakan. Kondisi ini bisa terjadi saat kita mendapatkan, mendengarkan, maupun menyaksikan sesuatu yang menyenangkan. Begitupun dengan permainan sepak bola, yang menjadi salah satu cabang olahraga yang paling banyak penggemarnya.
Para supporter tentu saja menjadi pendukung team paling setia menemani idolanya, paling tidak turut merasakan kebahagiaan ketika teamnya menang dan turut merasakan kekecewaan ketika teamnya kalah. Itulah yang dirasakan oleh para supporter Aremania saat pertandingan sepak bola yang diadakan di stadion Kanjuruhan, Malang.
Penyebab fanatisme supporter Aremania yang tak terima kekalahan 2-3 melawan Persebaya Surabaya mengakibatkan mereka turun ke lapangan. Awalnya hanya beberapa orang saja, namun lama kelamaan semakin banyak. Kemudian kerusuhan tidak bisa lagi dihindarkan, sampai para pengawas pun tak mampu menghentikan. Dan akhirnya, gas air mata langsung diluncurkan oleh petugas kepolisian sebagai opsi darurat.
Fatalnya, akibat gas air mata, ratusan lebih mayat bergelimpangan di lapangan sepak bola Kanjuruhan. Lalu, Siapa yang akan salah dalam hal ini? Siapa yang akan bertanggung jawab?
Tragis! Satu kata yang terucap saat mendengar berita di Stadion sepak bola Kanjuruhan, Malang. Sebuah berita hangat yang beredar yakni pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam bagi dunia pesepakbolaan Indonesia. Mengakibatkan ratusan Aremania dinyatakan meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian ini. (republika.co.id, 02/10/2022)
Suporter Arema FC menyerbu lapangan Stadion Kanjuruhan di Malang menyusul kekalahan 3-2 dan polisi menembakkan gas air mata, memicu penyerbuan dan kasus mati lemas. (kompas.com, 02/10/2022)
Polisi Indonesia mengatakan 129 orang tewas dan 180 luka-luka setelah terjadi kerusuhan Malang sehabis digelar pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.
TRAGEDI KANJURUHAN AKIBAT KAPITALISASI LAHWUN MUNADHAMUN.
Miris, yang seharusnya nonton bola jadi hiburan tapi malah jadi berguguran korban. Begitulah jika kita hidup pada sistem kapitalisasi Lahwun Munadhamun.
Lahwun Munadhamun ialah berupa pertandingan olahraga, meskipun kebanyakan orang berpikiran bahwa olahraga itu menyehatkan tapi pada kenyataannya ini hanya bersifat materi saja, dalam artian ingin mendapatkan keuntungan. Bahkan dalam permainan sepak bola saat ini hanya dijadikan ladang bisnis dan pencitraan politik. Semua itu tergabung dalam satu “mesin raksasa” yang bernama INDUSTRI SEPAK BOLA.
Di Indonesia sendiri terbukti terlihat dari pernyataan Menpora RI Zainudin Amali yang mendorong agar klub-klub sepak bola bisa masuk ke dalam pasar modal dan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Makin banyak klub yang masuk IPO di pasar modal, kelanjutan dari kehidupan klub makin terjamin dan kualitasnya tentu tetap terjaga. Dan ini cerminan dari paparan pengaruh asing dengan ideologi kapitalismenya.
Sepak bola sebagai industri telah digerakkan oleh tiga kekuatan besar, yakni “Gold, Glory dan Gospel”. Maksud dari Gold adalah mempresentasikan kekuatan dalam industri sepak bola. Kemudian Glory ialah mempresentasikan kemuliaan atau kebanggaan terhadap klub sepak bola. Dan Goal adalah mempresentasikan kesenangan dan kegembiraan dalam diri penggemar atau supporternya. Ketiganya bertautan menjadikan sepak bola sebagai medan bisnis sekaligus fanatisme.
Dan hal ini membuktikan bahwa pertandingan sepak bola yang terjadi di Kanjuruhan adalah lahwun munadhamun yang membawa bencana. Bukan hanya kerugian materi saja, namun juga hilangnya nyawa ratusan jiwa.
Bagaimana Pandangan Islam Dalam Hal Ini?
Hukum dari sebuah permainan adalah mubah, namun kerusuhan, pertumpahan darah disebabkan permainan maka bisa menjadi haram.
Dalam agama Islam sangat dianjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya.
Di antara ayat yang secara tegas menyatakan bahwa sesama orang mukmin adalah bersaudara seperti dalam Surah al- Hujurat/49: 10.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”. (QS.al-Hujurat,49 : 10).
Kemudian Rasulullah pernah bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (Hadits Muslim No. 4685)
Dari dalil di atas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa Islam mengajarkan umatnya saling mencintai, mengasihi, menyayangi satu sama lain. Ibarat satu tubuh, jika yang satu sakit maka anggota tubuh yang lain merasakannya. Begitulah gambaran persaudaraan Islam yang sebenarnya. Mereka melindungi satu sama lain bukan memerangi atau menumpahkan darah saudaranya.
Alangkah indah persaudaraan di atas akidah Islam. Cahaya kebaikan senantiasa menjadi landasan. Inilah yang Islam ajarkan. Bahkan, baginda Rasulullah saw. dan para Sahabatnya radhiyallaahu ‘anhum menjadi teladan terbaik persaudaraan di jalan Islam. (Mnews.com, 21/06/2022)
Kita do’akan semoga saudara/i kita yang menjadi korban amal ibadahnya bisa diterima disisi Allah. Dan untuk kita semua terkhusus masyarakat Indonesia bisa mengambil hikmah dari kejadian yang telah terlanjur terjadi.
Semoga adanya sebab-sebab kejadian semisal ini, membuat kita semakin sadar bahwa kematian tidak mengenal tempat, usia, dan derajat seseorang. Dan menyadari betapa bahayanya sistem kapitalisme yang dianut penguasa negeri ini yang jelas kian menampakkan kesemerawutan di negeri ruwetnasia ini.
Andai Sistem Islam dengan Hukum Syara’nya kembali diterapkan di tengah masyarakat luas. Yakinlah, bahwa kesejahteraan, keamanan serta kebaikan itu nyata terasa seantero negeri. Mari kita turut berjuang, mengembalikan tegaknya kembali perisai umat, dengan Pemerintahan yang sesuai dengan aturan Allah Subhanahu Wata’alaa. Wallahu a’lam bish-showaf.
Views: 14
Comment here