Oleh Meitya Rahma
wacana-edukasi.co.– Anak sehat akan menjadi generasi yang sehat pula. Mereka adalah aset bangsa yang akan melanjugkan eatafet pembangunan. Maka agar memiliki generasi yang unggul kesehatan, kesejahteraan harus menjadi perhatian bagi setiap negara. Permasalahan generasi terkait dengan kesehatan adalah angka stunting yang masih tinggi. pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 terkait percepatan penurunan angka stunting, berupaya menyelesaikan masalah tersebut melalui intervensi sensitif yang berkaitan dengan lingkungan layak huni dan sanitasi atau air bersih, serta intervensi spesifik yang berhubungan dengan nutrisi anak dan ibu hamil. (Republika.com,24/8/22).
Menurut Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo masalah yang dihadapi saat ini adalah negeri ini menghadapi bonus demografi, tapi di satu sisi punya angka stunting yang masih 24,4 persen. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggandeng sejumlah mitra swasta dan asing untuk memperkuat penanganan penurunan prevalensi stunting. Kerja sama tersebut dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh BKKBN bersama Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk serta Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development (USAID). Hasto menuturkan kolaborasi berupa peningkatan edukasi masyarakat dan sebuah implementasi berupa program gizi yang terintegrasi untuk mengatasi stunting. (Antaranews.com, 25/9/2022).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga menggalang kerja sama dengan Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) untuk upaya pencegahan stunting. Kerja sama itu diwujudkan dengan kegiatan bertajuk “Gerakan Makan Telur Bersama” yang diadakan di Lapangan Desa Kebumen, Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, (Republika.com, 24/9/2022). Kolaborasi yang terjalin dengan semua pihak tersebut diharapkan dapat mempercepat perbaikan kesehatan masyarakat dan mencegah perburukan terhadap aspek pendidikan akibat dampak jangka panjang yang ditimbulkan oleh stunting. Hasto berharap kolaborasi dapat mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menargetkan pengurangan prevalensi stunting secara nasional berada pada angka 14 persen di tahun 2024. Menurut Hasto USAID gembira bisa memperkuat kemitraan dengan mitra sektor swasta untuk mendukung pencapaian sasaran Pemerintah Indonesia dalam menurunkan prevalensi stunting nasional pada tahun 2024 (Republika.com, 24/9/2022).
Peliknya permasalahan kesehatan generasi di negeri ini. Kondisi perekonomian yang tak kunjung membaik berakibat pada kesehatan generasi kita. Patut diapresiasi bagaimana pemerintah melalui BKKBN memiliki program untuk menangani stunting. Karena memang sudah seharusnya permasalahan stunting ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemerintah atau penguasa melalui BKKBN yang memiliki kewenangan untuk mengatasi masalah kesesehatan, seperti stunting. Namun sangat disayangkan jika BKKBN menggandeng mitra dari swasta dan lembaga asing untuk penanganan stunting. Kerjasama ini melalui Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh BKKBN bersama swasta seperti Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk serta Amerika Serikat, melalui United States Agency for International Development (USAID).
Ironis memang, negeri yang berlimpah kekayaan alamnya, sumber pangan dan energi masih terjadi kasus stunting. Lalu bagaimana pemerintah mengurusi rakyatnya? Sudahkah maksimal atau belum sama sekali dalam mengurusi rakyat? Kerjasama dengan pihak swasta baik asing maupun non asing memberi sinyal bahwa pemerintah berlepas tangan dari kewajiban mensejahterakan rakyat. Kerjasama dengan fihak asing berpotensi menjadi pintu masuk program-program asing yang bisa mengeksploitasi potensi generasi dan mengarahkan pembangunan SDM sesuai kepentingan asing. Maka sungguh program kerjasama ini tidak memberi manfaatsedikitpun bagi negeri kita. Alih-alih memberi manfaat, tapi dibalik semua bantuan swasta asing terdapat konsekuensi yang ditanggung negeri ini. Konsekuensi bahwa ada deal-deal politik yang tentunya memberi keuntungan bagi pihak asing. Mereka ( asing) akan mengarahkan kebijakan pembangunan negara sesuai arahan mereka. Yang kesemuanya ini bertujuan mengeksploitasi potensi generasi. Lebih parahnya lagi membuat negara ini semakin tidak independen. Maka sebenarnya jika penguasa bisa memanfaatkan SDA negeri ini dengan bijak dan benar maka tidak akan terjadi problem stunting, kemiskinan dan problem kesejahteraan lainnya.
Sudah saatnya negeri ini bangkit dari keterpurukan akibat sistim kapitalis. Sistim yang tidak bisa memberikan kesejahteraan bagi negara ini. Mencari sistim yang dapat memberi kemaslahatan bagi rakyat? Sistim Islam adalah jawabannya. Sistim aturan yang berasal dari dzat yang menciptakan manusia, Allah SWT. Sistim Islam yang memandang generasi adalah aset, dimana mereka harus dijaga, dirawat, agar memiliki ketaqwaan, menjadi generasi sehat, menjadi faqih fiddin. Maka negara harus bisa memfasilitasi semua yang berhubungan dengan penjagaan terhadap generasi ini. Mulai dari akses kesehatan sampai pendidikan. Ini semua agar tercipta generasi cemerlang. Maka tak heran, jika dahulu lahir para cendekiawan muslim yang bukan hanya ahli di bidang ilmu tertentu namun juga mereka faqih fiddin. Sebut saja Al Biruni, Al Khawarizmi, Ibnu Sina, dll. Maka jika menginginkan generasi sehat, generasi cemerlang, faqih fiddin sistim Islam sebagai jawaban untuk problematika negeri ini, terutama problem generasi. Semoga segera tegak sistim Islam ini atas ijin Allah SWT . Generasi akan kuat ketika sistim ini diterapkan.
Views: 10
Comment here