wacana-edukasi.com– Gambaran pemuda muslim hari ini makin jauh dari harapan. Mereka terjebak gemerlap dunia. Bahagia mereka jika mendapat harta dunia, dan sedih mereka adalah karena putus cinta. Pelariannya adalah lagu galau dan tontonan drama korea kesukaan.
Lihatlah, mereka begitu mengagumi sosok artis yang menyajikan hiburan. Ketampanan, kecantikan, bahkan ketenarannya mampu membius nafas potensi generasi muda. Seperti berubah arah dan visi serta tujuan hidup.
Dari mereka banyak yang rela berjam-jam berdiri menyaksikan artis idola di atas panggung, ketimbang duduk sejenak mendengar nasihat penyejuk jiwa. Mereka pun rela berkorban waktu dan tenaga demi sang idola. Jika diajak kajian, ah, tak ada waktu katanya.
Lihatlah fanatisme mereka, seperti yang terjadi saat konser NCT 127 pada Jumat (4/11). Konser bertajuk 2nd Tour Neo City : Jakarta itu harus dibubarkan lebih cepat usai kondisi yang tidak lagi kondusif. Konser yang diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang, Banten, ini terpaksa dibubarkan karena lebih dari 30 penonton pingsan, usai barisan penonton yang berdiri mencoba untuk mendekati sang idola (detikcom, 5/11).
Sungguh, masa muda adalah masa yang berharga. Tidakkah kita gunakan untuk semakin taat pada-Nya. Idol Korea yang dipuja bukanlah sosok muslim yang bisa dijadikan panutan. Ketampanan dan perjuangan mereka belum ada apa-apanya untuk kehidupan ini.
Hedonisme telah merusak karakteristik masyarakat. Menjadikan kesibukan dan pikiran mereka pada sang idola. Tidakkah kita menghabiskan usia ini dengan bersungguh-sungguh taat pada-Nya? Bersungguh-sungguh meneladan Rasulullah Saw. sebagai sebenar-benarnya panutan?
Ismawati
Palembang, Sumatera Selatan
Views: 5
Comment here