Surat Pembaca

Prihatin, Kepedulian Penguasa Lebih Besar ke Negara Lain

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Tragedi halloween jelas memprihatinkan. Lebih dari 100 nyawa hilang disana. Euforia halloween yang baru dilaksanakan kembali setelah pandemi ini telah membutakan insan muda pada hal kesenangan semata. Namun di sisi lain, penguasa yang rasanya lebih peduli rakyat negara lain daripada rakyatnya sendiri ini jauh lebih memprihatinkan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan belasungkawa atas tragedi maut di Distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan atau Korsel. Jokowi mengatakan Indonesia bersama rakyat Korea Selatan (Korsel). Pernyataan itu disampaikan Jokowi di akun Twitter-nya (detik.com 30/10/22).

Nasib rakyat di negara sendiri kurang di pedulikan seperti tragedi kanjuruhan yang memakan korban besar. Tidak ada pernyataan “pemerintah bersama korban kanjuruhan” seperti yang dikatakan pada Korsel. Padahal nyawa yang tiada juga memakan korban lebih dari 100 orang.

Keprihatinan berikutnya pembiaran perayaan serupa di Indonesia, padahal perayaan tersebut adalah budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Bahkan bisa dikatakan tidak memberi manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan. Yang ada hanya kesenangan duniawi saja.

Selain dari tidak sesuainya dengan budaya Indonesia, halloween juga bersebrangan dengan syariat Islam. Penduduk muslim terbesar di dunia ini banyak yang terperosok pada jurang pelanggaran agamanya sendiri salah satunya dengan ikut merayakan perayaan agama lain.

Hal ini Menunjukkan potret buram penguasa yang abai akan proses pembinaan karakter pemuda yang akan membangun peradaban bangsa pada masa yang akan datang. Padahal pemuda adalah penentu masa depan. Di tangan mereka negara kedepannya akan bagaimana.

Penyebabnya tak lain adalah sistem kapitalisme yang bertentangan dengan Islam. Sistem ini telah melahirkan sebuah pandangan yang menyesatkan umat dari pandangan hidup yang benar. Materi menjadi tujuan yang hendak di raih. Kepuasan syahwat menjadi tolak ukur kebahagiaan.

Hidup hanya diorientasikan untuk kesenangan karena ide yang di usung adalah kebebasan. Bebas se bebas-bebasnya, bahkan saking bebasnya negara angkat tangan dari kewajibannya mengurus kebutuhan rakyat. Rakyat bebas memenuhi kebutuhannya sendiri.

Salah satu kebebasan yang melatarbelakangi ini adalah kebebasan bertingkah laku. Kebebasan ini menimbulkan efek yang begitu dahsyat. Pergaulan bebas, fornografi, sex bebas, L98T, dan keburukan lainnya. Alhasil menimbulkan pemuda yang hanya ingin hura-hura.

Sistem seperti inikah yang bisa membawa pemuda menuju kegemilangan?

Islam Memandang

Islam adalah agama yang kamil dan syamil. Di dalamnya mencakup seluruh aspek kehidupan. Tak ada agama selain Islam yang memiliki aturan-aturan lengkap yang memancar darinya. Islam bukan hanya sekedar agama, namun sekaligus ideologi karena dia sudah memenuhi karakteristik ideologi.

Dalam Islam, penguasa adalah yang mengurusi urusan umat. Tak terkecuali pembentukan kepribadian generasi melalui berbagai mekanisme, baik dalam dunia pendidikan maupun luar pendidikan.

Dengan penerapan Islam sebagai ideologi negara akan tercipta generasi yang memiliki pandangan hidup yang benar hingga lenyaplah pandangan hidup yang bathil yang hanya meng orientasikan hidupnya hanya untuk kesenangan.

Akan lahir generasi emas dari penerapan sistem Islam yang memancarkan keimanan yang kuat darinya. Tidak adanya tindak penyimpangan karena ide kebebasan telah musnah. Mari kembali terapkan Islam dalam kehidupan bernegara.

LENI SETIANI

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 1

Comment here