wacana-edukasi.com–, SURAT PEMBACA Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer, saat mengikuti kunjungan kerja (kunker) Reses di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (27/10/2022) mengatakan bahwa pemerintah perlu untuk melakukan antisipasi dini terhadap ancaman adanya krisis pangan di Indonesia ( kompas.com 31/10/2022).
Kondisi ketahanan pangan nasional saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan. Kondisi ini tidak bisa dianggap remeh, terlebih dengan adanya potensi resesi global 2023. Apalagi Indonesia banyak mengimpor sejumlah komoditas pangan strategis, seperti garam, daging, dan gula. Maka Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pangan agar bekerja sama. Apalagi ditambah ada Badan Ketahanan Pangan yang akan turut mengatur persoalan pangan. Kalau lengah, maka Indonesia bukan tidak mungkin terjerat dalam kondisi krisis pangan seperti halnya yang terjadi di sejumlah negara. Seperti Perancis, Belanda, Inggris, dan negara lainnya juga mengalami kondisi krisis pangan.
Kekhawatiran ini amatlah wajar. 77 Tahun RI merdeka, masih impor pangan dengan alasan klasik, produksi lokal masih lebih rendah dari total kebutuhan nasional. Bukannya membantu petani dalam negeri bisa berhasil produksi dengan biaya yang murah dan ditopang teknologi yang maju, malah dengan malasnya mengeluarkan kebijakan impor saja. Sementara terus terjadi pelemahan rupiah yang berpotensi menaikkan harga berbagai produk impor atau yang memiliki bahan baku mayoritas dari impor.
Pengaruh harga pangan yang naik adalah inflasi yang makin panas. Per Juli, laju inflasi Indonesia mencapai 4,94% year-on-year/yoy. Makanan pokok Indonesia seperti beras, jagung, gandum, kedelai, cabai, hingga bawang diimpor. Hal ini juga akan membuat harga bahan baku untuk makanan olahan pun makin mahal dan membuat harga jual ke konsumen semakin naik.
Di Kalbar sendiri, hingga Oktober 2022 masih mengalami inflasi yang tidak boleh dikatakan aman hanya karena telah di back up dengan bansos pangan dan pasar murah. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga adalah bensin, beras, bayam, sampo, jeruk, bahan bakar rumah tangga, pasta gigi, rokok kretek filter, baju muslim wanita, dan ikan bakar. Diantaranya adalah kebutuhan pokok (primer) sehari-hari, jelas masih akan terus menyulitkan rakyat untuk bertahan hidup dijaman yang serba susah.
Maka dari itu, resesi ini semestinya menyadarkan pemimpin negeri ini akan ‘lubang biawak’ kapitalisme yang perlahan menjerumuskan negeri ini kian dalam, kian ketergantungan dengan kebijakan impor, pinjaman atau hutang luar negeri dan candu dengan sistem demokrasi yang melahirkan penguasa tanpa hati, mempertajam yang kaya makin kaya, yang miskin tambah miskin. Belum lagi pergaulan internasional yang mengintervensi kebijakan ekonomi negara agar dapat dihisap sumber dayanya untuk memperkaya negara adidaya dan negara maju semata.
Yeni
Pontianak-Kalbar
Views: 19
Comment here