Oleh: Ulfah Sari Sakti, S,Pi (Jurnalis Muslimah Kendari)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Harga bahan pangan, tidak terkecuali beras yang notabenenya sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia terus mengalami kenaikan. Bahkan menurut bank dunia, harganya termahal di Asia Tenggara (ASEAN). Padahal Indonesia merupakan negeri agraris dan pernah menjadi swasembada pangan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum serius mengurusi kebutuhan pangan masyarakat.
Dilansir dari tempo.co (25/12/2022), laporan bank dunia menyebut harga beras Indoensia termasuk paling tinggi di Asia Tenggara. Disisi lain, Indonesia punya ketentuan tentang standar kualitas beras. Acuan mutu beras melalui SNI 6128:2020. SNI ini bersifat sukarela atau tidak wajib.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No 31 tentang kelas mutu beras menjadi dasar perubahan SNI beras sebagai upaya pemutakhiran standar beras nasional. Perubahan ini kemudian melahirkan klarifikasi beras hanya dua kelas yakni premium dan medium. Secara garis beras, beras premium adalah beras dengan mutu paling baik. Sedangkan beras medium adalah beras dengan mutu baik 1, 2 dan mutu baik 3.
Mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan No 57 Tahun 2017 tentang penetapan harga eceran tertinggi (HET) beras, untuk beras medium ditetapkan HET berkisar Rp 9.450-10.250 per kg. Sedangkan HET beras premium per kg sekitar Rp 12.800-Rp 13.600.
Atas rilis bank dunia tersebut, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional kompak membantahnya. Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menegaskan beras Indonesia bukan yang termahal dan telah sesuai dengan daya beli masyarakat. “Kami (pemerintah) sudah konfirmasi, tidak yang tertinggi di ASEAN. Kemudian dibandingkan aja dengan negara-negara lain,” ujar Arief.
Menurut Arief, beras tidak bisa dinilai semata-mata dari harganya. Faktor yang lebih penting, kata dia, adalah daya beli masyarakatnya. Sepanjang harga beras itu bisa terjangkau, kata dia, tidak ada masalah. “Toh inflasinya kita jaga,” tuturnya.
Sebelumnya Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo juga tak sepakat dengan data yang disodorkan Bank Dunia. Menurut dia, laporan bank dunia itu harus dicermati lebih lanjut, khususnya soal kapan data beras diambil.
“Saya pastikan, harga beras kita tidak pernah diatas HET. Bahkan harga beras kita kedua terendah se-ASEAN,” ujarnya.
/ Sistem Islam Penuhi Pangan Halal, Thoyyib dan Terjangkau /
Pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat merupakan tugas dari pemerintah. Apalagi jika negara memiliki potensi sumberdaya alam dan manusia (SDA dan SDM) yang memadai. Hal ini pula yang terjadi di Indonesia, pemerintah tampaknya belum serius mengurusi pangan pasca dirilisnya harga beras Indonesia termasuk termahal di ASEAN.
Berbeda dengan sistem Islam, pemerintah melakukan periayahan (pengurusan urusan umat) dengan serius, guna terpenuhinya pangan yang halal, thoyyib dan terjangkau. Yang mana pemerintah pada sistem Islam akan melakukan pengawasan pasar antara lain dengan hadirnya Qadhi Hisbah. Dengan begitu tidak akan terjadi kecurangan dalam jual beli di pasar, dan pangan akan terdistribusi sampai ke konsumen dengan kualitas baik dan harga terjangkau.
Allah swt berfirman dalam QS Al Maidah ayat 88,”Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya”.
Jika terjadi penyimpangan, pemerintah akan memberikan sanksi ta’zir sesuai syariat, yang tentu saja akan berefek jera. Mengingat ketaatan individu dalam sistem Islam telah terbentuk, karena kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum syariat.
Pemerintah Islam melakukan periayahan yang menyeluruh tersebut, semata-mata karena mengharap ridha Allah swt. Bandingkan dengan sistem Kapitalis-Sekuler saat ini. Pemerintah hanya menjadi regulator bagi korporasi. Tidak heran praktik monopoli perdagangan terus terjadi. Yang tentunya akan berdampak pada kesejahteraan hanya pada sekelompok pihak, dan tidak pada masyarakat.
Semoga saja kerinduan umat akan tegaknya kembali sistem Islam, segera terwujud. Sehingga umat akan kembali merasakan masa kegemilang seperti 13 Abad yang pernah terjadi. Wallahu’alam bishowab.
Views: 26
Comment here