Oleh : D.Leni Ernita
wacana-edukasi.com, OPINI– Presiden Joko Widodo mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju. Panggalan kalimat ini ditulis Jokowi sebagai ucapan selamat tahun baru di akun Twitter resminya @jokowi.
Dalam cicitan itu, Presiden Jokowi menanyakan masyarakat Indonesia terkait kejadian dan masalah yang dihadapi bangsa ini selama tahun 2022. “Apa yang patut kita kenang dari 2022 yang segera kita tinggalkan? Banyak. Ada yang menggembirakan, tidak sedikit pula yang kurang menyenangkan,” tulis Jokowi, dikutip Minggu (1/1).Mediaindonesia.com
Tahun 2022 telah berlalu, namun pergantian tahun demi tahun tampaknya menyisakan berbagai problematika yang tak kunjung dapat teratasi. Alih-alih mendapatkan solusi, namun yang ada justru menambah berbagai permasalahan baru, kehidupan begitu terasa sempit dan menyesakkan dada. Hari ini kita dapat menyaksikan dan merasakan beratnya kehidupan diberbagai aspek baik pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, politik, keamanan, dan hukum.
Harapan menuju Indonesia yang lebih baik pada 2023 sangatlah mustahil.Tahun yang baru ini bahkan akan cenderung populer sebagai tahun politik karena agenda Pemilu 2024 sudah di depan mata. Lihat saja, para politisi maupun pemangku kebijakan malah tampak lebih sibuk bersiap dan bersolek demi mengamankan posisinya masing-masing pada pertarungan akbar mendulang suara nanti, alih-alih memikirkan urusan umat yang berpotensi kian terbengkalai.
Awal 2022 lalu negeri ini menyambut puncak Omicron, tetapi selanjutnya isu perihal Covid-19 melandai. Isu yang lebih deras dan berbahaya justru seputar pemikiran. Kita bisa melihat karut-marut dunia pendidikan berdasarkan rekam jejak sekularisasi dan liberalisasi pendidikan, serta moderasi beragama.
Kita juga sadar bahwa inflasi sangat menghantui ekonomi masyarakat. Belum lagi inflasi energi berwujud kenaikan harga BBM. Kita juga menyaksikan beragam kebijakan zalim yang di antaranya berupa penerbitan segala jenis pajak. Semua kebijakan itu diproduksi penguasa sebagai wujud keberpihakannya pada pengusaha dan oligarki.
Di bidang politik, kita merasakan peliknya kehidupan yang penuh islamofobia dan tudingan radikal. Di sisi lain, sejumlah politisi dan parpol hanya sibuk cari muka dengan menggadang-gadang capres-cawapres yang konon “harapan rakyat”.
Sementara itu, pada saat yang sama, di bidang hukum, muncul borok krisis jati diri dan korupsi para penegak hukum. Kasus Sambo cs dan korupsi berjemaah sejumlah hakim agung di Mahkamah Agung, adalah realitas gelap akibat puja-puji pada sekularisme yang difasilitasi oleh sistem demokrasi dan kapitalisme.
Inilah secuil wajah busuk demokrasi yang bisanya hanya menumpuk masalah dan memupuk krisis akibat penerapan aturan buatan manusia yang menyingkirkan aturan dari Sang Pencipta.
Masalah yang tidak kalah pelik terpelihara di negeri ini adalah persoalan generasi. Generasi apatis, apolitis, loyo, melambai, dan malas berjuang, justru lebih diberi panggung daripada generasi beriman, tangguh, dan berprestasi. Mereka terombang-ambing, bahkan salah arah. Ditambah derasnya islamofobia, makin membuat generasi muda kehilangan jati diri hakiki.
Liberalisasi seksual meracuni kalangan terpelajar dan intelektual. Ide sesat L687Q juga terjejal paksa di tengah masyarakat dengan hak asasi sebagai alibi. Masih banyak lagi permasalahan negeri ini yg tidak terselesaikan dengan tuntas Krisis demi krisis rasanya tidak terselesaikan
Sebagaimana kita ketahui bahwasannya sistem yg diterapkan saat ini di dunia bahkan di negeri kita adalah sebuah sistem yg rusak dan merusak yaitu sistem kapitalisme sekularisme
untuk adanya perubahan maka harus terwujud kesadaran dalam diri umat. Umat sadar bahwa di tengah tengah mereka telah terjadi kerusakan diberbagai aspek kehidupan.
Tentu saja tidak cukup adanya kesadaran saja tapi harus ada kesadaran terhadap realitas pengganti untuk menggantikan sistem yg rusak yaitu dari kesadaran emosional mnuju ksadaran ideologis, dari perubahan rezim ke arah perubahan sistem. Dari perubahan lokal atau regional ke arah perubahan global. Dari perubahan parsial ke perubahan total. Dari ketergantungan kepada Barat menjadi independen
Solusi atas semua krisis ini hanya pada satu hal, yakni merevolusi keyakinan akan pertolongan Allah dengan cara memperjuangkan penerapan dan penegakan syariat-Nya. Dengan keyakinan itu pula, hendaklah kita melayakkan diri untuk golongan yang dimenangkan-Nya.
Allah Taala berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS Al-Maidah [5]: 3).
Ayat ini adalah salah satu bukti bahwa harapan menuju kehidupan yang lebih baik hanyalah dengan aturan yang bersumber dari Allah, yakni aturan Islam.
Umat Islam bisa mewujudkan perubahan yg terbaik yang bisa memberikan keadilan dan kesejahteraan serta menjadikan umatnya mulia tidak ada cara lain yaitu dengan mencampakkan sistem kufur dengan menerapkan sistem Islam rahmatanlil’alamiin.
Dengan sistem kekhilafahan Islam akan mewujudkan ukhuwah umat Islam menegakkan syariat secara kaffah serta mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
wallahu’alam bi ashowab
Views: 12
Comment here