Opini

Rupiah Mengkhawatirkan, Adakah Solusi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Naufatti Aufa

Mahasiswi

wacana-edukasi.com, OPINI– Naik turun nilai rupiah selalu menjadi topik hangat untuk dibahas, sering kita jumpai berita mengenai rupiah bertengger di koran maupun media daring, terlebih apabila dikabarkan rupiah sedang turun, kekhawatiran akan perekonomian pun muncul, bagaimana tidak permasalahan ekonomi suatu negara merupakan masalah vital yang dapat mengancam jika dibiarkan.

Dilansir dari laman CNNIndonesia.com. perkiraan dari seorang analis DCFX Lukman Leong mengatakan bahwa rupiah melemah pada perdagangan merupakan imbas dari kenaikan imbal hasil obligasi AS dan penguatan dolar AS. Hal ini menyusul terbit serangkaian data ekonomi AS yang lebih kuat dan pernyataan hawkish dari pejabat bank sentral Amerika (The Fed).(20/2/2023)

Pada perjanjian Bretton woods hasil dari kesepakatan 44 negara sekutu yang berunding pada tahun 1944 di Bretton Woods, New Hampshire memutuskan bahwa dolar ditetapkan sebagai mata uang global sehingga bank sentral masing masing negara akan mempertahankan nilai tukar mata uang mereka yang dapat melemah atau menguat terhadap dolar AS.

Upaya Menstabilkan Nilai Rupiah

Sebagai negara berkembang yang juga nilai tukar mata uangnya bergantung kepada dolar AS, pemerintah Indonesia berusaha melakukan berbagai terobosan agar rupiah tetap stabil. Pemerintah pusat bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI) dan lembaga lain yang berkaitan untuk membuat berbagai macam kebijakan.

Langkah yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya menaikan PPh pajak penghasilan barang impor, tercatat ada 1.147 barang yang terdapat dalam kebijakan pasal 22. Selanjutnya pemerintah juga membuat peraturan dan pasal terkait Tingkat Komponen Dasar Negara (TKDN) guna meningkatkan seluruh sektor dan industri dalam negeri. Kemudian diciptakanya One Single Submission (OSS) untuk mempermudah perizinan usaha terintegrasi secara elektronik dengan harapan dapat meningkatkan ekspor. Selain itu, mengembangkan setor pariwisata juga digalakan oleh pemerintah, agar cadangan devisa valas terus bertambah seiring dengan bertambahnya wisatawan asing yang berlibur ke Indonesia.

Namun miris data nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 10 tahun terakhir menunjukkan perbandingan terbalik dari harapan, tahun berganti tahun nilai rupiah semakin ambruk. Awal tahun 2013 nilai tukar rupiah berada pada 9.698,00 per dolarnya dan sekarang hingga tulisan ini dibuat rupiah sudah menembus di angka 15.200,00. Gerakan-gerakan yang di gaungkan pemerintah bersama instrument lainnya tersebut bagaikan hayalan yang sulit untuk diwujudkan. Lalu bagaimana sebenarnya solusi yang tepat?

Sistem Mata Uang Islam Sebagai Solusi

Islam hadir dengan berbagai macam solusi untuk memecahkan semua permasalahan, seluruh problematika kehidupan ada jalan keluarnya. Termasuk persoalan ekonomi terkait nilai tukar, bahkan 1400 tahun yang lalu Islam sudah memiliki sistem mata uang yang luar biasa.

Nabi saw bersabda dalam suatu hadis:
اَلْوَزَنُ وَزْنُ أَهْلِ مَكَّةَ وَالْمِكْيَالُ مِكْيَالُ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ
Timbangan yang berlaku adalah timbangan penduduk Makkah dan takaran yang berlaku adalah takaran penduduk Madinah (HR Abu Dawud).

Mata uang yang digunakan Islam dalam bertransaksi sebagai alat tukar ialah dirham dan dinar. Satu dirham sama dengan 4,25 gram emas sedangkan satu dinar sama seperti 2,975 gram perak. Dirham dan dinar mutlak dijadikan standar dalam Islam. Mengapa demikian?

Pertama, Islam secara tegas melarang penimbunan harta, di dalam Al-Quran telah disebutkan secara jelas bahwa yang dimaksud harta ialah perak dan emas.
وَٱلَّذِينَ يَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ
Orang yang menimbun emas dan perak, yang tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahulah mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksaan yang pedih (TQS at-Taubah [9]: 34).
Kedua, Rasulullah Saw menetapkan secara resmi bahwa mata uang yang berlaku dalam Islam adalah dirham dan dinar.
Ketiga, Islam juga menetapkan perbandingan dirham dan dinar sebagai denda atau tebusan terhadap hukum-hukum yang telah ditetapkan.

Hal tersebut dikarenakan dirham dan dinar yang terbuat dari emas maupun perak memiliki nilai instrinsik yang berbanding lurus dengan nominal yang tertera, tidak seperti uang kertas yang kita gunakkan saat ini, nilai instrinsiknya hanyalah selembar kertas berbeda dengan nominal yang tertulis, jelas sudah perihal demikian menimbulkan ketidak adilan.
Kemudian emas dan perak juga lebih stabil terhadap inflasi, sedangkan uang kertas atau dikenal dengan istilah fiat money rentan terhadap inflasi, sekuat apa pun perekonomian negara yang menopangnya, tetap saja fiat money akan terkena dampaknya.

Kembali ke 10 tahun yang lalu harga emas per gramnya 585.200, dan sekarang sudah di angka 950.000. Itu artinya emas dapat dijadikan safe heaven karena tidak tergores terhadap inflasi. Tak kalah penting emas juga memiliki penerimaan yang tinggi, baik dalam pertukaran uang ataupun perdagangan internasional, emas akan diterima secara baik disebabkan nilai instrinsik yang sudah terjamin. Dari fakta-fakta yang terlihat dapat disimpulkan betapa kokohnya mata uang yang digunakan Islam pada zaman Rasulullah saw, sayangnya kapitalisme global tidak mudah dilawan.

Menilik lajunya inflasi dari tahun ke tahun hingga saat ini tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti mata uang kertas akan tergelincir tak terkecuali dolar AS sekalipun dan bisa jadi akan digantikan kembali oleh emas dan perak.

Wallahu alam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here