Oleh: Umi Hanifah (Aktivis Muslimah Peduli Generasi).
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Mulut sumber penyakit baik fisik maupun non fisik. Sudah seharusnya berhati-hati menjaganya agar terhindar dari bahaya. Kasus penganiayaan yang dilakuan anak pejabat Ditjen Pajak kepada anak petinggi GP Ansor berawal dari mulut yang tidak terjaga. Bisa dikatakan pengaduan berujung petaka bagi pelaku dan korban, ini semua bermula dari cinta sepasang anak muda.
Ada wanita pertama yang mengadu dengan inisialnya APA. Dari pengaduan APA, MDS/pelaku penganiayaan lalu menanyakan ke kekasihnya, AG. AG membenarkan, sejak itulah MDS sangat marah sampai terjadi penganiayaan hingga korban mengalami koma. Cirebonraya.com (25/2/2023).
Sangat memprihatinkan melihat polah anak muda hari ini yang kehilangan jatidiri. Masalah remeh temeh cinta menjadi hal utama dalam pikirannya, siapapun paham cinta zaman now adalah nafsu. Ketika masalah cinta merasa diusik terjadilah penganiayaan, hingga mengancam keselamatan jiwa.
Urusan belajar, menyiapkan masa depan, apalagi berkarya yang bermanfaat bagi umat tidak ada dalam kamus pemuda ala kapitalisme. Sistem yang mendewakan kesenangan materi, telah membius pemuda hingga terjerumus dalam kesengsaraan. Hal ini tidak bisa dibiarkan, harus ada solusi untuk menyelamatkan calon pemimpin, jika tidak bangsa ini akan hancur.
Lain halnya dengan sistem lslam ketika diterapkan. Suasana kehidupan diliputi keimanan, muda ataupun tua saling menjaga lisan serta tingkah lakunya agar tidak menganggu satu sama lain. Mereka ingin mendapatkan predikat muslim sejati dengan balasan surga.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40).
Sistem ini membuat para pemimpin selalu hadir agar jiwa, agama, kehormatan, harta, akal, keamanan, dan negara terjaga. Hal itu dilakukan karena sikap amanah yang dimiliki pemimpin, sehingga masyarakat percaya pada setiap kebijakannya. Mereka juga paham bahwa kepemimpinanya kelak ada pertanggung jawabannya, amanah yang berat namun mulia bagi yang mampu melaksanakannya.
Pemimpin memastikan bahwa masyarakat bisa hidup tenang tanpa ada gangguan serta ancaman apapun. Untuk mencegahnya, aqidah umat dikuatkan dengan mendidik mereka agar takut adzab atas perbuatan yang menentang perintah-Nya. Serta ada sanksi tegas diberlakukan terhadap pelaku yang terbukti membuat keonaran, gangguan atau kejahatan ditengah-tengah masyarakat.
Qishas adalah sanksi bagi penganiayaan terhadap hidung, wajah, kaki, tulang rusuk, gigi, menghilangkan nyawa dan yang lainnya akan ditetapkan sanksi/balasan yang sama. Dengan begitu, sanksi yang diberlakukan akan memberikan efek jera/jawazir bagi pelaku dan yang lain, serta jawabir atau penebus dosa diakhirat karena sanksi sudah diberlakukan di dunia.
Terbukti sistem kapitalisme telah gagal menjamin keamanan dan jiwa manusia, hidup senantiasa diliputi kecemasan karena siapa saja dan dimana saja tidak luput dari ancaman dan gangguan. Kasus diatas hanyalah secuil gambaran dari banyaknya kasus serupa yang belum terungkap.
Bisa dipastikan, jaminan masyarakat bisa hidup tenang tanpa takut ada ancaman serta gangguan ketika lslam diterapkan menyeluruh dalam setiap aspeknya. Hal tersebut bisa dibuktikan selama 13 abad, siapa saja yang mau hidup dengan aturan lslam, baik muslim maupun bukan, dari berbagai suku, bahasa, dan warna kulit bisa hidup berdampingan. Kalaupun ada gangguan namun prosentasinya sangat sedikit, karena sekecil apapun celahnya telah ditutup oleh negara.
Allahu a’lam
Views: 11
Comment here