Oleh Sutiani, A. Md. (Aktivis Dakwah Muslimah)
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Beberapa waktu lalu Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberikan pernyataan bahwa setiap 2 menit ada 1 perempuan yang meninggal dunia selama mengandung atau melahirkan hal itu tercantum dalam laporan berjudul Trends in Material Mortality yang dirilis pada kamis 23 Februari 2023 lalu. Maka, pada tahun 2000 hingga 2020 laporan tersebut sudah dilacak kematian ibu secara nasional, regional, dan global, alhasil laporan tersebut menunjukkan pada tahun 2020 ada sekitar 287 ribu kematian ibu di seluruh dunia. Angka tersebut hanya mengalami sedikit penurunan dari 309 ribu kematian ibu pada 2016 ketika program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) muncul (kompas.tv, 26/02/2023).
Secara total kasus kematian ibu tetap terkonsentrasi terutama di bagian dunia termiskin dan negara-negara yang terkena dampak konflik. Pada tahun 2020 sekitar 70 persen dari semua kematian ibu terjadi di sub-Sahara Afrika maka sudah dipastikan kasus kematian ibu meningkat salah satu kemunduran yang mengkhawatirkan. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kehamilan harusnya menjadi masa penuh harapan dan pengalaman positif bagi semua perempuan, tetapi saat ini kehamilan dan melahirkan masih merupakan pengalaman yang sangat berbahaya bagi jutaan orang di seluruh dunia karena tidak memiliki akses keperawatan kesehatan berkualitas sehingga telah jelas yang dikatakan oleh pakar krisis kesehatan ibu dikhawatirkan akan makin memburuk. PBB pun menegaskan para pemimpin negara untuk bertindak mengakhiri kematian ibu dengan memberi sistem perawatan kesehatan dan menutup kesenjangan sosial dan ekonomi yang melebar yang berdampak pada kematian (republika.co.id, 24/02/2023).
Sesungguhnya solusi yang ditawarkan PBB ialah solusi utopis karena dalam sistem kapitalisme kesehatan rakyat di kapitalisasi dan kemiskinan makin merebak maka sangat nihil untuk dituntaskan. Hakikatnya data angka kematian ibu ini telah membuka bobroknya kegagalan kapitalisme dalam menyelesaikan permasalahan angka kematian ibu (AKI) tanpa adanya kehidupan yang sejahtera dan layanan yang diberikan negara tidak murah sehingga AKI akan terus terjadi.
Dalam kehidupan kapitalisme tidak ada jaminan kesehatan bagi setiap rakyat dan tidak ada jaminan bahan pemenuhan pokok sehari-hari yang tercukupi bagi mereka sebab ekonomi kapitalisme hari ini sejatinya minim lapangan pekerjaan, bahan pokok yang serba naik dan pelayanan kesehatan yang mahal. Padahal, ini salah satu penunjang untuk menekan AKI. Masyarakat harus menyadari betul bahwa kapitalisme lahir tidak sesuai dengan fitrah manusia terkhusus pada kebutuhan dan kesehatan perempuan yang mengalami pada ibu hamil dan kehamilannya.
Jauh berbeda dengan Islam, Islam memandang pelayanan kesehatan adalah kewajiban negara untuk memberikan secara gratis kepada rakyat termasuk salah satunya pada ibu hamil apalagi terkait membangun generasi peradaban yang mulia. Sistem Islam melarang adanya bentuk komersialisasi dalam pelayanan kesehatan sehingga warga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus membayar dengan demikian AKI dapat dicegah dengan kebutuhan dan penanganan yang tepat.
Jaminan kesejahteraan tersebut dengan penerapan sistem ekonomi Islam. Adapun biaya yang dikeluarkan Khalifah diambil dari Baitul mal yaitu diperoleh dari sumber daya alam yang dikelola oleh negara sehingga keuntungannya dapat diambil untuk kepentingan rakyat termasuk jasa kesehatan. Maka di sini SDA tidak boleh dikuasai oleh pihak asing atau swasta karena kepemilikan tersebut hak rakyat yang berhak mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan yang layak dan cuma-cuma tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial, bahkan agama nonmuslim pun mendapatkan hak yang sama hingga pasien sehat.
Dalam sejarah penerapan Islam di bawah naungan negara Khilafah Will Durrant dalam The Story of Civilization menceritakan dengan menyatakan Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. Contohnya Bimaristan yang dibangun oleh Nuruddin di Damaskus pada tahun 1160 telah bertahan selama tiga abad dalam merawat orang-orang sakit tanpa bayaran dan menyediakan obat-obatan gratis dan para sejarawan berkata bahwa cahayanya tetap bersinar tidak pernah padam selama 267 tahun.
Sangat menakjubkan ketika Islam berjaya sebelumnya karena perempuan tidak diberikan beban untuk mencari nafkah yang tidak akan pernah menerapkan kesetaraan gender karena negaralah (Khilafah) yang akan bertanggung jawab ketika nafkah tidak tercukupi karena sistem Islam (Khilafah) yang hanya mampu menjamin kesehatan perempuan, ibu hamil dan melahirkan.
“Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala, dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (h.r. Bukhari).
Wallahualam bissawab.
Views: 10
Comment here