Oleh: Karisah
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
wacana-edukasi.com, OPINI– Baru ini ramai kasus tentang permasalahan rumah tangga dan kekerasan pada anak. Nampak sistem yang diterapkan saat ini belum mampu menyelesaikan problematika masyarakat secara tuntas.
Menyoal generasi sebagai penerus peradaban bangsa, mereka adalah amanah dan anugerah dari Allah SWT, yang harus dijaga, diasuh dengan baik, dididik agar menjadi generasi pemimpin yang memiliki adab budi pekerti luhur.
Di Jakarta (2/4), Asisten Deputi bidang pemenuhan hak anak atas pengasuhan dan lingkungan, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Rohika Kurniadi Sari, mengatakan saat ini masih banyak anak Indonesia yang mendapatkan pengasuhan tidak layak. Padahal, Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 telah mengatur kebijakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pengasuhan yang layak dari orang tuanya.
“Berdasarkan data SUSENAS 2002, masih terdapat 3,73 persen balita yang tidak mendapatkan pola pengasuhan tidak layak. Selain itu, ada 15 provinsi dari 24 provinsi yang memiliki pola pengasuhan di bawah rata-rata Indonesia. Padahal pengasuhan anak merupakan salah satu agenda nasional dalam memberikan yang terbaik bagi anak. Hal ini mengakibatkan berbagai dampak negatif bagi perkembangan anak karena pemenuhan hak hak anak tidak terpenuhi dengan baik. Seperti hak kesehatan dan hak perlindungan.” Ujar Rohika diTemanggung.
Dari situ, akhirnya pemerintah membentuk solusi dengan adanya Kemen PPPA telah melakukan kegiatan sosialisasi kamping anak sejahtera dalam pencegahan stunting dan fasilitas keluarga 2P (pelopor dan pelapor). Sebagai langkah untuk penurunan stunting dan pencegahan perkawinan pada usia anak.
Berdasarkan solusi yang diambil, mampukah menyelesaikan problematika tersebut sampai ke akarnya?
Masih hangat berita tentang kasus penganiyaan yang dilakukan Mario Dandy, dirinya merupakan anak pejabat DJP Kementerian Keuangan. Sementara David yang menjadi korban merupakan seorang anak petinggi GP Ansor. Dari hasil penyelidikan diduga dilatar belakangi hubungan asmara.
Bukan hanya penganiyaan yang menjadi sorotan, sosok pelaku penganiayaan yang kerap mengunggah konten kendaraan mahal pun menuai banyak prasangka. Berbuntut panjang tatkala diketahui latar belakang orangtuanya yang merupakan seorang pejabat.
Timbul kegaduhan di media sosial yang mempertanyakan dari mana asal kekayaan orangtuanya. Termasuk perilaku sang anak yang menganiaya korban dengan sadis. Kenapa sampai bisa melakukan tindak kekejiaan padahal anak pejabat?
Realitanya di sistem sekarang siapapun rentan melakukan tindakan tercela. Sekalipun anak dari seorang pejabat, yang seharusnya bisa menjadi panutan dan memberi pelajaran yang baik.
Dalam kondisi carut marut problematika hidup, negara tetap harus bertanggung jawab penuh memelihara rakyatnya dengan baik. Seperti halnya memberikan jaminan yang layak agar rakyatnya hidup sejahtera, minim kriminalitas, menurunkan angka tindak kekerasan, mengatasi kemiskinan dan yang terpenting lagi menyiapkan generasi muda agar memiliki akhlak mulia.
Tentu generasi yang berakhlakul karimah dapat dibentuk dari peran para orang tua yang bijak, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Pertanyaannya mampukah sistem saat ini yang sekular-kapitalis bisa mewujudkannya? Sistem yang justru menjauhkan masyarakat dari keimanan dan ketakwaan dalam berperilaku sosial, sistem yang membolehkan agama dilakukan hanya dalam ranah privasi.
Sistem sekular-kapitalis yang lahir dari ide manusia tak dimungkiri justru menjadi peluang terbukanya berbagai problematika baru dan berefek domino, sebab tidak dibarengi dengan pemberian solusi yang mendasar dari akarnya.
Misalnya dari segi pendidikan, harusnya menyiapkan kurikulum yang terbaik dalam setiap jenjang pendidikan, dalam ilmu teknologi dan informasi selayaknya memiliki filter yang memberikan keamanan dengan membatasi apa saja tontonan yang baik untuk anak-anak, agar dapat memberi pendidikan dan teladan untuk kehidupannya.
Sebagai negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, negara selayaknya menjamin agar para pemeluk agama Islam bisa melaksanakan aturan agamanya. Namun realitanya aturan agama justru dikompromikan dengan maslahat.
Dalam agama Islam, umat haruslah yakin bahwa Allah lah yang menciptakan manusia, langit, bumi berserta seisinya dengan segala aturanNya. Sebagai Pencipta Alam Semesta, Allah Maha Tahu bagaimana cara mengatur yang diciptakanNya. Ibarat adanya benda pasti ada yang membuat sekalipun tak nampak depan mata.
Kehidupan yang baik dan sejahtera hanya dengan menerapkan sistem Islam yang berasal dari Pencipta kehidupan itu sendiri. Negara yang menerapkan sistem Islam disebut Khilafah. Sistem Islam yang diterapkan membuktikan pada masa Kekhalifahan Ustmani hanya sedikit sekali terjadi tindak kriminalitas.
Sistem Islam mengkondisikan generasi muda agar berakhlak mulia, menjadi pemuda beriman dan bertakwa yang memahami hakikat kehidupan, menjadi penerus generasi yang membangun peradaban. Mendorong peran para orang tua menjadi pendidik pertama yang berkualitas. Dengan sistem Islam semua dapat diwujudkan, dengan memberikan akses pendidikan dan kurikulum yang membangun kesadaran iman dan takwa, membekali keahlian yang mumpuni, maka akan terlahir generasi insan yang tak hanya memiliki keahlian namun juga berakhlak mulia.
Generasi dengan usia yang matang, cukup ilmu dan siap mengarungi biduk rumah tangga, baik menjadi suami maupun istri dapat memiliki kesadaran untuk saling memahami akan hak dan kewajibannya masing-masing. Maka tidak mustahil akan terlahir anak-anak yang berkualitas. Anak-anak yang sudah dididik sejak kecil akhlaknya mulai dari pendidikan di rumah. Didukung hidup dalam keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan pengasuhan yang Islami. Maka terlahir generasi yang memahami bahwa apapun yang diperbuat di dunia akan ada balasannya di akhirat kelak.
Sistem Islam yang mencakup segala pilar, mulai dari peran lingkup keluarga, masyarakat hingga negara saling berkontribusi maksimal membangun peradaban manusia. Menjaga keluarga dengan baik merupakan perintah Allah SWT dalam Al Qur’an Surat At Tahrim: 6
Yang artinya: “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjagaannya malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Sebagai umat Islam sebaik-baiknya teladan adalah meneladani sikap dan kehidupan Rosulullah Saw. sebagai pembawa risalah yang terpercaya dan terjamin akhlaknya. Walaupun di tengah kesibukan aktivitas dakwahnya beliau, seperti sosial, politik kenegaraan dan agama, bukan berarti Rasulullah Saw. abai terhadap keluarganya. Rasulullah Saw. justru merupakan sosok panutan terbaik sebagai seorang suami dan ayah dalam kepemimpinan dilingkup keluarga.
Rasulullah Saw. merupakan pribadi yang penyayang kepada semua makhluk. Beliau juga dikenal sebagai sosok pelindung serta mencintai keluarganya. Dalam hadist yang diriwayatkan imam At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu hibban, Rasulullah Saw. berkata:
“Khairukum khairukum Li- ahlihi wa ana khoirukum Li- ahlikum.” Yang artinya:” yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga, dan aku adalah yang terbaik kepada keluarga.”
Telah banyak fakta dan bukti nyata, bahwa kehidupan di dalam naugan sistem Islam mampu mensejahterahkan serta membangun peradaban manusia yang gemilang, nampak dalam jejak kejayaannya selama 13 abad lamanya. Bahkan Allah SWT sebagai Pencipta menjanjikan akan memberi keberkahan dari langit maupun bumi apabila mau mengikuti segala aturan dan syariatNya.
Wallahua’lam bissowab
Views: 25
Comment here