Surat Pembaca

Kekerasan pada Generasi Buah Sekularisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Febriani Safitri, S.T.P.
(Pemerhati Sosial)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Generasi muda merupakan para pemimpin perubahan dalam ssuatu negera, namun harapan itu sangat jauh dari realitas, bagaimana beberapa tahun belakangan kembali terjadi gejolak yang sangat memprihatinkan yaitu maraknya budaya kekerasan pada generasi.

Kepala Kepolisian Resor Kota (Kapolresta) kendari Kombes Muh Eka Fathurrahman membeberkan fakta tawuran antar siswa yang terjadi di Jl Budi Utomo, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Tawuran ini diduga melibatkan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 dengan Sekolah Mengengah Kejuruan Negeri (SMKN) 3 Kendari. (25/02/2023).

Kasus kekerasan lain juga terjadi, Penyidik Kepolisian Sektor Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih mendalami kasus siswa berinisial RJD (17), yang menganiaya gurunya Theresia Afrinsia Darna (53). Kepala Kepolisian Resor Kupang Kota Komisaris Besar Rishian Krisna mengatakan, pihaknya telah meminta keterangan dari sejumlah saksi mata, termasuk pelapor dan terlapor. Hal tersebut terjadi karena saat guru itu sedang mengajar, siswa itu asyik bercerita dengan temannya yang duduk sebangku. Setelah ditegur, ternyata pelaku masih berbicara, akhirnya guru memukul dengan spidol (Kompas.com).

Kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David, memasuki babak baru. Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Menurut polisi, Shane menjadi pihak yang memprovokasi Mario untuk menganiaya David. Selain itu, ia dianggap telah melakukan pembiaran saat aksi penganiayaan dilakukan. (25/02/2023).

Maraknya tingkat kekerasan pada generasi muda menggambarkan gagalnya sistem kehidupan, mulai dari gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk anak didik beriman, bertakwa dan berakhlak mulia (berkepribadian islam)serta lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat, semua itu adalah buah dari kehidupan yang berasas sekulerisme. Sekulerisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan, aturan agama hanya dikerdilkan untuk urusan personal sedangkan untuk kehidupan umum berasal dari akal manusia yang terbatas.

Alhasil ketika akal dijadikan penentu hukum tentu aturan yang terbentuk saratkan kepentingan manusia. Seperti sistem pendidikan berbasis sekulerisme menjadi orientasi sekolah bukan lagi menimba ilmu namun bagaimana mencetak buruh terdidik. Kebijakan ini akibat penerapan sistem kapitalisme. Maka tak heran anak-anak minus pemahaman agama sehingga sering bertindak amoral untuk menyelesaikan masalah, tak hanya itu kesibukan orang tua yang bekerja termasuk kaum ibu dan abainya negara dalam membekali ilmu pengasuhan pada calon orang tua semakin memperparah kenakalan remaja, remaja yang jauh dari orang tua atau terlalu dimanja cenderung mengedepankan ego hingga mereka akan mudah berbuat anarkis untuk memuaskan rasa ego tersebut. Negara juga hanya menindak para pelaku kriminalitas tanpa ada upaya pencegahan bahkan negara sekuler kapitalisme memberikan peluang paham liberalisme maupun permisif yang dapat menggerogoti jiwa pemuda, maka tah heran semakin hari kasus kekerasan pada generasi muda semakin marak.

Kasus kekerasan yang dilakukan oleh generasi akan terus terjadi jika paradigma dalam membangun sebuah negara termasuk mendidik para generasi masih menggunakan hukum yang lahir dari akal pikiran manusia. Hal ini sangat berbeda dengan islam, Islam adalah agama yang sempurna yang diturunkan oleh Allah Swt untuk hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan sendirinya dan hubungan sesamanya, sebagaimana firman Allah Swt yang artinya : “pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu” [Al-Maa-idah/5: 3].

Islam hadir sebagai solusi atas semua problematika umat termasuk mencetak para generasi yang beriman dan bertaqwa. Dengan konsep pendidikan yang diterapkan dengan menjadikan aqidah islam, sebagai landasan dalam merancang sebuah kurikulum, maka output yang akan dihasilkan pun akan melahirkan generasi calon pemimpin umat bukan generasi yang mengikuti gaya hidup orang barat dan minus akhlak. Negara islam juga akan menutup celah terjadinya kejahatan dengan menerapkan hukum Allah, sebut saja hukuman para pezina dengan cambuk bagi yang belum menikah dan rajam bagi yang sudah menikah, membunuh, mencuri, dan lain -lain. Bukan hanya itu negara juga mengatur pergaulan serta interaksi manusia, sehingga sangat minim akan terjadinya tindakan kekerasan ataupun sejenisnya.

Wallahu A’lam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 24

Comment here