Surat Pembaca

Indonesia Peringkat Dua TBC di Dunia

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Wa Ode Vivin, S.Farm (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Prestasi yang buruk. Kenyataan pahit yang disandang Indonesia di pentas dunia, kehilangan nyawa hanya dengan hitungan menit melalui penyebaran penyakit menular TBC. Mirisnya, penyakit ini malah didominasi oleh usia anak penyambung estafet peradaban. Hal ini disampaikan langsung oleh direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular dalam laman CNN Indonesia.

Kementerian kesehatan (Kemenkes) melaporkan terjadi kenaikan sangat signifikan atas temuan kasus tuberkulosis (TBC) pada anak di Indonesia. Kenaikan itu bahkan melebihi 200 persen. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menilai kenaikan ini terjadi lantaran banyak orang tua yang tidak menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobati penyakitnya sehingga berimbas penularan pada kelompok rentan seperti anak-anak.

Perlu diketahui bahwa TBC adalah Suatu penyakit bakteri menular yang berpotensi serius yang terutama mempengaruhi paru-paru. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. Bakteri penyebab TB menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Kasus TBC bukanlah kasus baru sebagaimana munculnya Covid-19 dua tahun lalu. Kasus ini sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia. Hanya saja, peningkatan kasus TBC belakangan ini sangat mencengangkan. Bayangkan saja, jumlah kematian TBC di Indonesia setara dengan tiga orang meninggal setiap menitnya.

Jika kembali pada aturan dasarnya, harusnya negara memiliki peran utama dalam pengurusan urusan rakyat, termasuk dalam keselamatan nyawa rakyat. Miskin maupun kaya, pelayanan dan jaminan kesehatan rakyat sama rata. Namun, paradigma sekuler kapitalisme neoliberal membuat penguasa sering berbuat semaunya, termasuk memaksa dan membebani rakyat melakukan perkara yang bukan kewajibannya.

Layanan kesehatan yang diberikan pun terkadang hanya berpacu pada alat seadanya. Pasien diminta untuk mencari alternatif sendiri jika tidak mau menunggu antrian dan rujukan ke luar kota. Bahkan untuk mengambil sampel pun juga butuh waktu yang lama, apalagi menunggu hasilnya keluar.

Lamanya prosedur layanan kesehatan juga membuat pasien terkatung-katung untuk mendapat kepastian diagnosa penyakitnya. Tak jarang, dalam kondisi kritis pun tindakan medis belum juga dapat dilaksanakan. Alhasil, banyak pasien yang akhirnya berujung di kamar mayat. Astaghfirullah.

Kondisi ini sejalan dengan penerapan sistem sekuler kapitalisme liberal yang kerap menimbulkan berbagai kezaliman. Posisi negara dalam sistem ini memang tidak bertindak sebagai pengurus umat, melainkan regulator saja.
Padahal negara wajib bertanggungjawab penuh atas masalah TBC di negeri ini. Negara tidak boleh mencukupkan diri hanya dengan pemberian edukasi atau sosialisasi deteksi dini pada orang tua. Karena hal tersebut tidak efektif untuk menangani masalah ini. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa sistem yang diterapkan rezim hari ini, yakni kapitalisme-sekularisme tidak mampu menyelesaikan problematika rakyat.

Sedangkan sistem Islam, sebagai agama dengan aturan paripurna, maka juga memiliki mekanisme untuk menangani masalah TBC. Dalam hal ini, Islam akan berfokus pada penyelesaian masalah pokoknya terlebih dahulu. Dalam hal ini, peran negara sangat penting selaku pe-riayah urusan rakyat.

Pertama, negara memenuhi kebutuhan dasar rakyat, yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan secara layak. Negara membuka lapangan kerja seluas-luasnya agar kepala keluarga dapat menafkahi dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Bagi pengangguran, negara akan memberi bantuan untuk membuka usaha atau pembekalan keterampilan untuk bekerja.

Negara juga akan memberi layanan pendidikan dan kesehatan secara gratis bagi seluruh warga negara. Dengan berbagai kemudahan tersebut, tidak sulit bagi warga menciptakan sanitasi dan lingkungan bersih serta gizi yang cukup untuk keluarganya.

Kedua, negara mengelola SDA dan memberikan hasil pengelolaan itu bagi masyarakat. Hasil pengelolaan SDA juga dapat digunakan untuk membangun sarana dan layanan kesehatan yang dapat diakses masyarakat dengan murah dan mudah. Jika ditemukan kasus penyakit menular, negara akan memberikan pengobatan hingga sembuh bagi pasien. Negara juga akan melakukan deteksi dini agar penyakit tersebut tidak menyebar ke daerah lainnya.

Demikianlah, dengan penerapan sistem politik dan ekonomi Islam secara kafah, negara dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan pola hidup sehat beserta nutrisi yang cukup. Wallahu a’lam.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 36

Comment here