Oleh Neni Arini (Aktivis Muslimah)
wacana-edukasi.com, OPINI– Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan viral beredarnya video penganiayaan Mario Dandy kepada David, anak GP Ansor. Dalam unggahan video tersebut, Mario Dandy tampak menghajar korban dengan brutal dan tanpa ampun. Meski korban sudah dalam posisi tak berdaya, ia tampak terus menganiaya dengan emosional.
Sungguh kejadian yang sangat tidak berprikemanusiaan ini merupakan suatu bukti bahwa generasi penerus bangsa ini sedang mengalami krisis moral. Dimanakah nuranimu wahai para penerus bangsa ini, mental seperti apakah yang kalian miliki? Apakah sudah tidak ada rasa empati dan rasa kemanusiaan dimilki oleh para penerus bangsa ini? Seorang pemuda yang seharusnya di hari ini bisa menciptakan prestasi dan karya, malah menghadirkan sosok diri yang sangat jahat, bengis, tak punya hati nurani.
Publik pun geram melihat kejadian ini, dan tentunya kemarahan publik tertuju pada pelaku Mario Dandy, dan tak habis pikir apa yang memicu tindakan kebrutalan tersebut.
Dikutip dari detikNews, Mario Dandy Satriyo merupakan anak dari Pejabat Direktorat Jenderal Pajak atau Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo yang menjabat sebagai Kepala Bagian Umum DJP Kanwil Jakarta Selatan II. Saat ini Mario Dandy berusia 20 tahun. Ia adalah mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya, Tangerang Selatan. Namun, atas kasus yang penganiayaan yang dilakukan Mario, pihak kampus resmi mengeluarkan Mario terhitung sejak 23 Februari 2023.
Putra dari seorang pejabat negara, gaya hidup Mario Dandy sontak jadi sorotan publik. Anak mantan pejabat pajak ini diketahui kerap membagikan video dirinya tengah flexing alias pamer harta berupa kendaraan mewahnya, mulai dari saat mengendarai Harley Davidson hingga mobil Rubicon hitam.
Sangat miris sekali melihat kasus ini. Di saat sebagian besar masyarakat sedang mengalami kesulitan hidup, rakyat banyak yang kehilangan pekerjaan, harga pangan semakin tinggi kita disuguhkan dengan pemandangan pamer harta, sungguh sangat kontradiktif.
Pamer harta atau biasa disebut dengan istilah flexing ini merupakan sifat riya. Menurut pandangan Islam, sifat memamerkan harta kekayaan merupakan dosa besar. Tujuan manusia bersifat riya antara lain untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Dalam surat Luqman ayat 18 Allah berfirman yang artinya,
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Di ayat ini Allah menjelaskan bahwa janganlah kita bersikap sombong, memalingkan wajah dari manusia secara congkak dan berjalan di muka bumi dengan angkuh. Bersikap tawaduk dan rendah hati kepada siapa pun karena Allah tidak menyukai dan tidak pula melimpahkan kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Bagi Allah SWT semua manusia adalah sama tidak dilihat dari kaya atau miskin.
Riya juga bisa membatalkan amalan kebaikan karena hal tersebut tidak dengan niat untuk ikhlas kepada Allah tetapi ingin mendapatkan pujian. Sebaiknya hal tersebut jangan sampai terjadi, agar amalan kebaikan yang sudah dilakukan bisa membawa kepada keberkahan.
Riya juga bisa mendatangkan murka Allah SWT. Karena orang yang riya termasuk orang yang sombong. Allah tidak menyukai itu. Hindari sifat riya agar kita terus diberi nikmat oleh Allah SWT.
Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy merupakan salah satu bukti adanya persoalan psikologis pada individu.
Psikolog klinis Melissa Grace mengatakan salah satu indikasi yang terlihat pada perilaku Mario Dandy adalah keinginan untuk mendapat pengakuan dari lingkungannya.
“Flexing ini terkait kebutuhan untuk pengakuan dari lingkungan. Sebenarnya setiap dari kita adalah wajar kalau memiliki kebutuhan pengakuan, selama hal tersebut dalam taraf yang proporsional, seperti ketika orang ingin membanggakan prestasinya. Tapi, menjadi beda soal ketika yang dipamerkan bukan sesuatu yang ia capai dari keringatnya sendiri,”
Dia menambahkan upaya berlebihan untuk mendapat pengakuan dari ingkungan, mengindikasikan bentuk kompensasi yang berlebihan terhadap inferiority atau ketidakpercayaan diri yang dimiliki individu, sehingga dia merasa perlu menunjukkan secara berlebihan hal-hal yang dia miliki.
“Saya rasa bukan hanya anak pejabat atau yang memang punya harta kekayaan melimpah saja yang melakukan hal ini. Banyak juga orang yang kondisinya terbalik 180 derajat tapi memaksakan diri untuk bisa tampil seolah-olah memiliki semuanya,”
Lebih lanjut, Marissa tak sependapat bila dikatakan Mario melakukan penganiayaan demi mendapatkan teman. Berdasarkan pengamatannya, ia lebih meyakini perilaku Mario bertujuan untuk memperoleh kekaguman atau penghargaan dari orang lain.
Mungkin salah satu faktor yang melatarbelakangi kejadian ini juga adalah pola asuh yang terlalu memanjakan anak sehingga tingkat kemandirian finansial dan sosial anak sangat minimalis. Hal tersebut yang menimbulkan faktor resiko tindakan kekerasannya.
Kendaraan mewah yang difasilitasi orang tuanya di salah satu sisi bisa mendorong rasa percaya dirinya, namun jika terlalu berlebihan akan menimbulkan rasa yang menurunkan pemikiran akan konsekuensi tindakannya.
Untuk itu jauhilah selalu sikap pamer atau riya. Sebab harta yang kita miliki di dunia hanyalah titipan Allah dan tidak akan membawa kebaikan jika hanya dipertontonkan kepada orang lain. Akan lebih baik jika harta tersebut dimanfaatkan dalam kebaikan tanpa perlu diketahui oleh orang lain. Janganlah kita merasa bahwa diri kita lebih mulia dari orang lain sehingga meremehkan, menghina, serta merendahkan orang lain baik dengan perbuatan maupun perkataan.
Wahai para pemuda jagalah dirimu dengan ilmu, dengan ilmu kita akan menjadi manusia-manusia yang beriman dan taat, takut akan siksa neraka, karena sesungguhnya setiap manusia akan mempertanggungjawabkan semua amalan yang telah dilakukannya. Karena kehidupan yang sesungguhnya adalah akhirat. Bekal apakah yang sudah kita persiapkan? Belajarlah tentang islam, pahami, amalkan. Ajak semua orang untuk menerapkan islam di setiap lini kehidupan.
Views: 36
Comment here