Opini

Menyoal Maraknya Tawuran Remaja di Bulan Suci

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Tri Wahyuni, SE. Ak
(Aktivis Pemerhati Keluarga dan Generasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Bulan suci Ramadan yang begitu di nanti-nanti umat muslim karena begitu banyak kebaikan di dalamnya ‘dinodai’ oleh maraknya aksi tawuran yang dilakukan sekelompok remaja/pelajar di berbagai wilayah di negeri ini. Bukannya melakukan aktifitas yang positif dan memperbanyak ibadah, para pelajar/pemuda remaja malah tawuran di jam-jam saat kaum muslim sedang beribadah sholat tarawih dan menjelang sahur. Beberapa kasus tawuran yang terjadi sejak awal Ramadhan 2023 terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dilansir dari Kompas.com, 24/3/2023, Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Bekasi menangkap sembilan remaja yang diduga akan melakukan aksi tawuran. Mereka ditangkap beserta barang bukti beberapa helai sarung mistar dan ikat pinggang.

Dari Jakarta Timur, viral video remaja terlibat tawuran senjata tajam yang terekam CCTV Dalam video tampak puluhan remaja saling serang, bahkan ada yang menenteng celurit. Tawuran ini terjadi pada Jumat 24/3/2023 saat warga sedang melaksanakan sholat tarawih. Sementara itu 5 pelajar SMK ditangkap polisi di depan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta Timur karena ketahuan bergabung dengan dengan beberapa grup tawuran di media sosial. Di Cilincing, Jakarta Utara, janjian lewat media sosial, dua kelompok remaja terlibat tawuran, 1 orang mengalami luka bacok (kompas.tv, 23/03/2023).

Sementara itu, Polsek Denpasar Barat Bali mengamankan 16 remaja yang akan perang sarung . Mereka diamankan di depan Yayasan Al Falah Jalan Gunung Talang, kota Denpasar, Ahad 26/3/2023 (detikBali.com, 27/03/2023).

Di Tangerang, sebanyak 28 remaja yang diduga hendak tawuran di depan Masjid Al Islah, Pasar Kemis ditangkap polisi (detiknews.com, 27-03-2023). Aksi ‘perang sarung’ juga terjadi di wilayah Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja Bogor. Tiga remaja yang terlibat tawuran tersebut diamankan polisi (detiknews, 25-03-2023), miris.

Dari sekian banyak tawuran yang terjadi tersebut, bahkan sudah menelan korban jiwa. Pria berinisial MJ (29) tewas menjadi korban tawuran di kawasan Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat pada kamis 23 Maret 2023 dinihari jelang sahur pertama di bulan suci ini (Liputan6.com, 23/03/2023).

Apa Yang Salah? Siapa Yang Salah?

Sungguh miris melihat kondisi para pemuda pelajar yang notabene adalah generasi penerus. Pergaulan bebas, tawuran, miras, narkoba bahkan perbuatan kriminal, seperti pencurian, perampokan, pembegalan adalah wajah generasi pemuda saat ini. Semakin hari prilaku mereka makin memprihatinkan dan membuat cemas dan menimbulkan rasa tidak aman di tengah-tengah masyarakat, terlebih lagi di bulan Ramadan ini.

Tentu sangat disayangkan, potensi pemuda yang demikian besar teralihkan oleh hal-hal yang jauh dari manfaat bahkan sebaliknya justru menjerumuskan. Energi mereka, masa depan bahkan nyawa, rela dikorbankan demi apa yang mereka sebut harga diri dan kebahagiaan.

Ada banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan aksi tawuran, antara lain sebagai bentuk eksistensi diri mereka, loyalitas terhadap teman, ada kebanggaan terhadap kelompok lain yang menjadi lawannya dan juga pengaruh media sosial yang memuat conten kekerasan/tawuran. Faktor lain yang menjadi penyebab prilaku negatif remaja adalah kurangnya pengawasan dari oang tua, lingkungan, termasuk juga sekolah dan negara.

Sesungguhnya faktor yang banyak tersebut di atas disebabkan generasi saat ini tumbuh dan berkembang dalam asuhan sistem sekuler kapitalisme yang tidak menjadikan agama sebagai aturan dasar dalam kehidupan. Mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah iman dan mudah terpengaruh pada perilaku, lingkungan, tontonan dan konten negatif. Mereka tidak memiliki kepribadian yang kuat dan berakhlak mulia (kepribadian islam).

Solusi Mendasar Hanya Sistem Islam

Islam sebagai agama sempurna yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. memberikan solusi permasalahan generasi dengan solusi yang mendasar dan meyeluruh yaitu adanya peran tiga pilar. Tiga pilar tersebut yaitu: pertama adalah ketakwaan individu dalam pendidikan keluarga. Sekolah pertama dan utama bagi anak adalah pola asuh dan pendidikan kedua orang tuanya di rumah. Maka wajib bagi setiap keluarga muslim untuk menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam mendidik anak. Sehingga akan terbentuk generasi yang berkepribadian Islam yang bisa mencegahnya dari perbuatan yang merusak dirinya dan orang lain seperti tawuran. Remaja/pemuda yang memiliki keimanan dan ketaatan yang kuat tentu tidak akan mudah terpengaruh ajakan untuk tawuran dan perbuatan negatif lainnya.

Pilar yang kedua adalah kontrol lingkungan/masyarakat. Masyarakat Islam akan aktif melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan peduli terhadap lingkungannya. Mereka tidak akan berdiam diri melihat kemungkaran yang terjadi di hadapannya dan mencegah seseorang untuk melakukan kerusakan. Terakhir yang menjadi ujung tombak adalah negara. Negara mempunyai peran sentral untuk menghilangkan segala hal yang merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim, termasuk para remaja, negara memiliki kekuasaan untuk melakukan pemblokiran situs-situs yang memuat konten tawuran dan kekerasan remaja, menutup industri minuman keras dan juga memberantas narkoba, menerapkan sanksi yang tegas terhadap setiap kejahatan dan pelanggaran hukum syariat termasuk perbuatan yang merusak dan meresahkan warga masyarakat seperti tawuran.

Ketiga pilar tersebut tidak akan mungkin diterapkan dalam sistem kehidupan yang sekuler kapitalis seperti saat ini. Individu yang bertakwa, kontrol masyarakat dan negara yang menerapkan sistem/aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, seperti sistem pendidikan ekonomi, termasuk sistem sanksi yang tegas bagi para pelaku kejahatan hanya ada dalam sistem pemerintahan Islam yaitu Khilafah. Pada masanya Khilafah terbukti telah melahirkan generasi cemerlang baik dalam ilmu saintek juga agama karena begitu besar perhatian Islam terhadap para pemuda.

Dengan penerapan Islam secara kaffah maka tidak heran para pemuda di masa itu menjadi generasi terbaik, seperti Muhammad AL Fatih (22 tahun) menaklukkan Konstantinopel yang merupakanibukota Byzantium. Juga Muhammad Al Qasim (17 tahun) sebagai seorang jenderal agung pada masanya berhasil menaklukkan India.

Pada masa Rasulullah saw. ada Sa’ad bin Abi Waqqash yang masuk Islam pada usia 17 tahun dan menjadi panglima kaum muslimin di Irak. Pemuda lainnya adalah Usamah bin Zaid yang pada usia 18 tahun di percaya oleh Rasulullah Sawuntuk memimpin pasukan (islamdigest.republika.co.id, 10/4/2020). Sungguh kontradiktif dengan profil pemuda remaja dalam sistem sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini .

Ketika Islam menjadi asas dan sistem yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara maka para remaja akan terjaga dari setiap tindakan/perbuatan yang merusak dan meresahkan masyarakat. Itulah buah dari keimanan dan ketaatannya Kepada Allah Swt, Zat yang Menciptakan Seluruh Alam semesta beserta isinya dan Pengatur/ Pembuat Hukum. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, maka pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi (QS. Al A’raf: 96).

Wallahu’alam bishawab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 17

Comment here