Opini

Konser Band : Industri Kreatif dan Geliat Sejahtera Ekonomi Masyarakat

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh Evasatriyani, S.Pd. (Pegiat Literasi)

wacana-edukasi.com, OPINI– Sejumlah harapan telah diaminkan atas terselenggaranya sebuah event konser di kota Kendari. Pasalnya, konser tersebut diyakini mampu memperlihatkan geliat ekonomi masyarakat setempat meningkat. Padahal, dinyatakan meningkat rasanya masih terlalu dini. Sebab, persoalan yang sedang melingkupi masyarakat tidak akan selesai dengan sekadar memperoleh pendapatan musiman.

Sektor kesenian atau industri kreatif menjadi perhatian yang sangat potensial. Dengan adanya Konser Band Slank di pelataran eks MTQ Kendari menjadi harapan baru membangun perekonomian masyarakat dan daerah. Sehingga, perekonomian tidak hanya bertumpu pada sektor pertambangan, perikanan, dan pertanian lagi. (kendaripos.fajar.co.id, 21/03/2023).

Hanya Geliat Sesaat

Masyarakat yang menjadi pelaku UMKM disebut meningkat pendapatannya di malam konser. Hanya saja, akan bertahan seberapa lama? Tidak ada yang bisa menjamin. Sungguh terlalu dangkal menilai geliat ekonomi rakyat hanya sekadar tingginya penjualan barang dan jasa selama konser. Lalu, bagaimana dengan siklus hidup masyarakat selanjutnya? Kesejahteraan masyarakat Sultra masih menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah.

Di tengah kompleksnya kesulitan hidup, masyarakat tidak sekadar membutuhkan peningkatan pendapatan yang sesaat. Akan tetapi, masyarakat membutuhkan kesejahteraan dalam segala lini kehidupan sepanjang hayat. Terpenuhi segala kebutuhan hidup berupa sandang, pangan, dan papan bagi setiap individu masyarakat. Sehingga, akan mengentaskan persoalan kemiskinan yang memicu banyak persolan hidup lainnya.

Sesungguhnya, pendapatan masyarakat masih sangat pas-pasan. Bahkan, jauh dari kata tercukupi apalagi sejahtera. Bantuan sosial dan insentif pemerintah pada masyarakat terus dikurangi. Ditambah lagi pemerintah menaikkan tarif PPN menjadi 11%. Akibatnya, daya beli masyarakat makin lemah.

Kehidupan masyarakat makin sulit setelah lonjakan berbagai harga pangan. Belum lagi lapangan pekerjaan sulit tercipta dan angka kemiskinan kian bertambah. Inikah yang disebut ekonomi masyarakat meningkat?

Harapan Semu Ekonomi Kapitalisme

Tanpa berpikir cemerlang, analisis dan kebijakan yang dibuat seperti ayam disembelih. Bergerak ke sana kemari tanpa akar pemikiran yang kokoh. Bagaimana bisa mengabaikan sektor pertambangan, perikanan, dan pertanian yang begitu melimpah di bumi Anoa. Kemudian menggarap dan menaruh harapan pada sektor kesenian dan industri kreatif yang sifatnya sesaat dan musiman.

Ini menunjukkan betapa pemerintah daerah perlahan mengalihkan sumber pendapatan daerah kepada sektor kreatif yang hasilnya fluktuatif. Ditambah lagi mendorong masyarakat untuk memberdayakan dirinya dalam UMKM, dan lain-lain. Pemerintah semakin nyata berlepas tangan atas tanggung jawabnya kepada masyarakat.

Sementara itu, sektor tambang, perikanan dan pertanian yang melimpah di Sultra mulai dikesampingkan pengelolaannya. Padahal, potensi yang melimpah itu bisa dikelola oleh pemerintah menjadi sumber pendapatan daerah dan menyejahterakan masyarakat seluruhnya.

Hanya saja, potensi itu kini diberikan pengelolaannya kepada pihak swasta, baik asing apalagi aseng. Atas nama investasi mereka dibiarkan dengan segala regulasi yang memudahkan. Sehingga, eksploitasi besar-besaran dilakukan secara massif. Terutama di sektor pertambangan. Selanjutnya, yang memeperoleh pendapatan dan keuntungan terbesar dari kekayaan alam bumi Anoa ini dinikmati oleh pengusaha dan segelintir elit penguasa daerah.

Pemerintah pun seolah tak mau tahu kesulitan masyarakat dalam mencari pekerjaan di tengah sistem kapitalisme. Pemerintah justru mendorong masyarakat untuk menjadi pelopor yang menyediakan lapangan kerja untuk dirinya dan orang lain. Hal ini dilakukan melalui program ekonomi kreatif, UMKM, dan wirausaha.

Padahal, seharusnya tugas pemerintah dan negaralah yang menyediakan lapangan kerja bagi masyarakatnya. Namun, pemerintah hari ini hanya hadir sebagai regulator dan fasilitator. Lalai dan abai terhadap tugas mereka sebagai aktor dan pelopor utama yang menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Jelas tidak memberikan kesejahteraan bagi setiap individu masyarakat.

Alhasil, aset potensial alam bumi Anoa dijarah penuh oleh perusahaan swasta. Daerah hanya mendapatkan royalti pajak belasan persen. Masyarakat harus pontang-panting menghidupi diri dan keluarganya. Kerusakan alam di depan mata menjadi ancaman nyata. Demikianlah yang terjadi dalam paradigma kapitalisme. Menjadikan segala unsur sebagai penggerak ekonomi. Mengkapitalisasi potensi unsur-unsur selain negara, berupa akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakata atau komunitas, hingga media.

Di sisi lain, pemerintah secara sadar tidak mengoptimalkan peran, perangkat, dan potensi kekayaan daerah atau negara. Seperti pengelolaan sumber daya alam untuk dijadikan sumber pendapatan dan pemasukan utama negara. Sebaliknya, justru menjadikan pajak dan pemberdayaan masyarakat pada sektor industri kreatif sebagai penggerak ekonomi daerah dan negara. Oleh karena itu, masihkah setengah hati dalam memelihara urusan rakyat dan berharap terhadap kapitalisme?

Masyarakat Sejahtera Hanya dengan Islam

Sejatinya, masyarakat pasti menginginkan kesejahteraan. Maksudnya, terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat dengan baik. Tidak sekadar diukur dari pendapatan materi berupa uang dengan waktu yang singkat. Mendapatkan pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan yang memadai, dan rasa aman yang jauh dari kriminalitas. Tentu semua itu tidak akan didapatkan dalam konsep ekonomi kapitalisme.

Berbeda dengan pandangan Islam, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan hanya bisa dilakukan oleh pemerintah. Melalui perbaikan kondisi ekonomi secara makro dan mikro. Pemerintah harus memastikan kebutuhan pokok individu per individu terpenuhi secara optimal. Kemudian ada peluang untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier masyarakat.

Hal tersebut hanya dapat diwujudkan melalui kebijakan politik ekonomi Islam. Selanjutnya, menjalankan syariat ekonomi Islam dalam kehidupan bernegara. Islam memiliki konsep pengaturan kepemilikan yang paripurna, meliputi kepemilikan umum, individu, dan negara. Tatkala pengelolaan kepemilikan ini didasarkan pada Islam, maka terbukti dapat menyejahterakan dan memajukan negara dalam sejarah peradaban Islam.

Memang benar bahwa sektor kesenian atau industri kreatif dapat menjadi salah satu sumber devisa. Akan tetapi, tidak akan dikapitalisasi untuk kepentingan ekonomi dan bisnis semata. Sebab, sumber perekonomian Islam bersifat tetap. Berdasarkan prinsip kepemilikan dalam Islam, sejumlah SDA tidak bisa dimiliki secara privat, baik individu maupun asing. Kepemilikannya adalah milik seluruh masyarakat. Negara sebagai pengelolanya agar SDA tersenut bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Sebagaimana disampaikan Ibnu Abbas ra. bahwa sesungguhnya Nabi saw. bersabda, “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu air, rumput (pohon), api (bahan bakar), dan harganya haram.” Abu Said berkata, “Maksudnya air yang mengalir.” (HR. Ibnu Majah)

Di samping itu, sektor kesenian dan industri kreatif dapat dijadikan sebagai sarana dakwah. Didesain untuk membuat manusia mudah mengemban Islam dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Juga menumbuhkan kedekatan kepada Allah Swt. dan mengokohkan keimanan bagi seluruh umat Islam. Oleh karena itu, sektor industri kreatif dikembangkan bukan semata untuk meraup keuntungan seperti pada ekonomi kapitalisme.

Dengan demikian, hanya dalam daulah Islam (Khilafah), taraf hidup setiap individu masyarakat akan sejahtera. Dibangun dalam suasana keimanan dan corak hidup masyarakat yang islami. Pertumbuhan ekonomi stabil dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud nyata. Oleh karena itu, segera sambutlah seruan wajib memperjuangkan tegaknya Khilafah di muka bumi, jangan jemu mendakwahkannya, dan berharap rida Allah agar segera memberikan pertolongan-Nya. Wallahualam bissawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 15

Comment here