Opini

Philadelphia Kota Zombi, Wajah Asli Kapitalisme

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Azimatur Rosyida (Aktivis Muslimah)

wacana-edukasi.com, OPINI– Fakta miris. Bukan terjadi di film saja, tapi nyata adanya. Philadelphia merupakan kota terbesar di Pennsylvania, Amerika Serikat. Wilayah ini memiliki suasana kehidupan yang mengerikan lantaran banyak penduduk yang bertingkah layaknya zombi. Salah satu video yang dilansir dari akun Instagram @edukata.id menayangkan penampakan penduduk kota Philadelphia yang begitu mengenaskan. Banyak warganya yang tergeletak tak sadarkan diri di pinggir jalan. Ada yang hampir tak sadarkan diri tapi masih bisa berjalan seperti zombi sembari menghisab serbuk yang mereka pegang. Banyak sampah berserakan memperlihatkan kota ini sangat tidak terurus. Suasana Philadelphia terlihat seperti adegan film horor yang menampakkan sebuah kota yang diserang oleh ratusan zombie. Hingga jarang sekali terlihat orang waras.

Julukan sebagai kota zombi ini tak terlepas dari maraknya pengedar dan pecandu narkotika. Wilayah ini termasuk dalam wilayah darurat narkoba. Pada 2019, kota ini mencatat 1.150 kematian akibat overdosis obat opioid. Angka ini terus naik menjadi 1.214 pada tahun 2020 (international.sindonews.com/25/10/22).

Demokrasi Kapitalisme Konsep Rusak

Amerika Serikat telah tampil sebagai negara champion of democracy and the guardian democracy, yakni negara yang senantiasa mensponsori penyebarluasan demokrasi di berbagai belahan bumi. Namun, out put dari negara demokrasi ini justru berada di titik tragis.

Amerika Serikat terus dibayangi masalah kemiskinan, jumlah gelandangan terus meningkat (merdeka.com/31/01/23). Kondisi ekonomi terpuruk, pemudanya telah dirusak oleh gaul bebas, obat-obatan, hingga membunuh orang akibat kecanduan game.

Akibat buruknya demokrasi, muncul gerakan Occupy Wall Street tahun 2011 di New York, AS. Slogan We are the 99% yang disuarakan para demonstran merujuk pada ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan di AS antara orang-orang kaya (1%) dan seluruh penduduk AS.

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang meletakkan kedaulatan di tangan rakyat. Segala hal yang berasal dari rakyat dianggap sebagai kebenaran mutlak. Bahkan terkenal jargon Vox Populi Vox Dei (Suara Rakyat Suara Tuhan). Sistem demokrasi buatan manusia ini lahir dari ideologi kapitalisme, yakni sebuah paham yang menjadikan kapital (uang/modal) sebagai pengatur kehidupan. Kapitalisme dilandasi oleh akidah sekularisme, yakni sebuah paham mendasar yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak boleh dicampuradukkan dengan urusan bernegara dan pemerintahan.

Padahal sekularisme sendiri lahir dari sejarah gelap bangsa-bangsa Eropa. Ketika mereka hidup dalam kekejaman raja yang berkolaborasi dengan pendeta. Ketika hegemoni dan kezaliman raja dibenarkan oleh para pendeta yang mengatakan bahwa raja adalah wakil Tuhan di muka bumi yang tidak pernah salah. Bahkan para penentang raja akan dilabeli dengan kafir dan layak dibunuh. Sebagaimana yang terjadi pada Galileo Galeli.

Ketika penindasan sampai pada titik nadir, maka timbul kesadaran para cendekiawan dan filosof Barat. Bahwa semua kejahatan kezaliman raja diakibatkan karena bersatunya kekuasaan raja dan agama/pendeta. Sehingga mereka mengambil kesimpulan bahwa kekuasaan raja harus dipisahkan dari agama/pendeta. Inilah sejarah lahirnya sekularisme di Eropa. Hingga terkenal slogan “berikan hak raja kepada raja dan berikan hak tuhan kepada tuhan”. Terbentuklah konsep/aturan kehidupan yang memisahkan antara aturan agama dengan negara. Sampai detik ini kehidupan umat manusia masih terbungkus dalam hukum sekularisme. Tak terelakkan bahwa peradaban dunia saat ini adalah peradaban kapitalisme di mana pengaturan urusan manusia dibuat berdasarkan hukum sekularisme yang melahirkan sistem pemerintahan demokrasi.

Atas nama demokrasi, manusia memegang kendali tertinggi dalam membuat peraturan. Ada 4 substansi dalam demokrasi menurut Abraham Lincoln. Pertama, kebebasan beragama. Kedua, kebebasan berperilaku. Ketiga, kebebasan berpendapat. Keempat, kebebasan berekonomi.

Tidak aneh jika pada akhirnya Amerika sebagai icon negara demokrasi justru mengalami keterpurukan di berbagai aspek. Hingga tercipta kota zombi Philadelphia sebagai dampak dari penerapan demokrasi liberal. Ketika manusia menuhankan kebebasan, sesungguhnya akal mereka telah mati. Yang tersisa hanya jasad yang bergerak.

Aneh lagi ketika ada negara dengan mayoritas umatnya adalah muslim justru berkiblat pada kebijakan-kebijakan demokrasi Amerika yang notabene sudah cacat sejak lahir. Alhasil, kerusakan tatanan kehidupannya tak jauh berbeda. Bagaimanapun demokrasi sudah cacat sejak lahir dan pasti akan berujung pada kerusakan dan kezaliman.

Manusia Butuh Aturan Pencipta

Pada dasarnya, manusia diciptakan dengan dua potensi, yaitu potensi baik dan buruk. Jika manusia hidup atas nama kebebasan, hancurlah tatanan kehidupan umat manusia. Oleh karenanya, agar kehidupan manusia bisa hidup baik dan sejahtera butuh aturan dari Sang Pencipta, Allah SWT. Meskipun manusia merupakan makhluk sempurna dibandingkan makhluk Allah yang lain, tetap ada batas yang tak akan bisa dilampaui manusia. Jika melampaui batas, rusaklah kehidupan manusia. Sebagaimana narkotika bisa digunakan sebagai obat pada batas tertentu. Namun, jika melampaui batas jadilah zombi.

Allah SWT berfirman, “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah” (TQS. An Nisa: 28). “Itu kitab tiada terdapat keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa.” (TQS. Al-Baqarah: 2).

Allah SWT telah menerangkan dalam Al-Quran bahwa manusia itu lemah dan terbatas sehingga butuh petunjuk dalam menjalani kehidupan. Karena kelak akan ada Hari Akhir di mana Allah akan menghisab seluruh amal perbuatan manusia. Apakah manusia sudah menjalankan kehidupannya sesuai aturan Allah ataukah menuhankan kebebasan.

Islam Konsep Peradaban Terbaik

Allah telah menyempurnakan aturanNya dalam Islam. Hingga Islam pernah menjadi peradaban yang mampu memimpin dunia dan menyejahterakan umat manusia selama 13 abad lamanya. Itu karena Islam bukan sekedar agama ritual belaka, melainkan Islam sebagai ideologi yang mampu memberikan aturan hidup terbaik bagi manusia. Peradaban Islam mampu membentuk masyarakat dengan pola sikap dan pola pikir islami. Nilai-nilai yang tersebar di tengah masyarakat tidak terlepas dari nilai ketakwaan.

Sistem Islam memiliki mekanisme jelas dan tegas dalam memberantas narkoba. Pakar fikih kontemporer, Ustaz Shiddiq Al Jawi menjelaskan, sanksi (uqubat) bagi mereka yang menggunakan narkoba adalah takzir, yaitu sanksi yang jenis dan kadarnya ditentukan oleh kadi, misalnya dipenjara, dicambuk, dan sebagainya.

Sanksi takzir dapat berbeda-beda sesuai tingkat kesalahannya. Pengguna narkoba yang baru beda hukumannya dengan pengguna narkoba yang sudah lama. Beda pula dengan pengedar narkoba dan pemilik pabrik narkoba. Takzir dapat sampai pada tingkatan hukuman mati.

Tidak cukup sampai pada tataran sanksi kepada pengguna dan pengedar narkoba saja. Butuh ditunjang oleh solusi sistematis (menyeluruh). Mulai dari individu, masyarakat, hingga negara harus memiliki paradigma atau standar yang sama, yakni standar halal haram dari Sang Pencipta, Allah SWT.

Sistem Islam akan membentuk ketakwaan individu, masyarakat, hingga ketakwaan negara. Butuh perjuangan untuk menegakkan kembali sistem Islam dalam bingkai Khilafah. [Wallahua’lam]

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 87

Comment here