Opini

Suhu Panas Ekstrem, Benarkah Sekadar Fenomena Alam Biasa?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Lely Novitasari

(Aktivis Generasi Peradaban Islam) 

wacana-edukasi.com, OPINI– Naiknya suhu panas ekstrem yang belakangan melanda sejumlah negara di dunia dan beberapa wilayah di Asia seperti China, Jepang, Korea, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Afghanistan, hingga Nikaragua disebabkan datangnya gelombang panas yang sangat ekstrem kini menjadi kekhawatiran dunia. Bahkan tercatat wilayah di Bangladesh memiliki suhu tertinggi mencapai 51,2 derajat celcius.

Mengutip CNN, berdasarkan hasil penelitian jurnal Nature Communication, gelombang panas berisiko tinggi terjadi di Afghanistan, Papua Nugini, Guatemala, Honduras, dan Nikaragua.

Menurut studi, gelombang panas yang berbahaya ini bisa memecahkan rekor dan berpotensi meningkat seiring meningkatnya krisis iklim. Panas ekstrem ini juga berpotensi besar membahayakan negara dan wilayah yang paling tidak siap menghadapi gelombang panas.

Para petani, petambak dan netizen di berbagai sosial media di Indonesia sudah ada yang merasakan kenaikan suhu ekstrem ini. Mengutip pernyataan Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan, kepada media BBC News Indonesia, bahwa gelombang panas tidak berpotensi terjadi di negeri ini. Hal tersebut dikarenakan wilayah geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dikelilingi laut. Ibarat radiator yang menjadi unsur pendingin. Dengan begitu masyarakat Indonesia diarahkan untuk tidak panik menanggapinya.

Namun problema gelombang panas ini nyata menjadi problema global sehingga tentu butuh solusi global juga. Tak bisa problema ini diabaikan dan tidak ditanggapi dengan serius sekalipun negeri ini belum merasakan dampak signifikan. Sebab jika tidak ikut menanggapi dan mencari akar masalahnya, besar kemungkinan di tahun-tahun mendatang bisa kembali terulang atau bahkan lebih ekstrem dari hari ini hingga Indonesia ikut merasakan dampaknya.

Persoalannya hari ini, problema pemanasan global yang tak kunjung diupayakan penyelesaian juga bisa menjadi faktor pemicunya. Hasil pemantauan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) dan lembaga ilmiah lainnya pemanasan global ini bukanlah isu semata atau hoaks. Penyebabnya tak lain tak bukan ulah manusia sendiri, diantaranya disebabkan:

1) Penggunaan Bahan Bakar Fosil untuk Energi.
Semisal penggunaan batu bara, minyak bumi, gas alam, bahan bakar diesel digunakan untuk menghasilkan energi. Penggunaannya yang dalam jangka panjang dan berlebihan bisa berakibat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

2) Banyaknya didirikan Industri.
Berdirinya banyak industri saat ini memicu polusi dari penggunaan bahan bakar, dan merusak lingkungan bila pembuangan limbah kimianya tidak diperhatikan.

3) Alih Fungsi Hutan.
Adanya berbagai faktor seperti deforestasi, degradasi hutan, dan perubahan penggunaan lahan hingga merubah alih fungsi hutan. Sebagian ada yang menjadi wilayah pemukiman, kebun kelapa sawit, penambangan dll. Tentunya hal ini berpotensi mempengaruhi iklim global, sebab fungsi hutan sebagai paru-paru dunia sudah beralih fungsi.

4) Penggunaan Moda Transportasi.
Penyumbang polusi udara dan pemanasan suhu juga bisa disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang digunakan di jalan. Kendaraan berbahan bakar fosil mengeluarkan asap knalpot yang jika diakumulasikan jumlah kendaraan tentu polusi udara dan perubahan suhu tidak bisa dihindari.

Jika problema pemanasan global ini tak kunjung diselesaikan secara tuntas, bisa jadi gelombang panas ekstrem ini merupakan alarm dari alam bahwa bumi ini semakin tidak baik-baik saja.

Buah Sistem Global yang Rusak

Kondisi hari ini tak lepas dari pengaruh sistem kehidupan yang diterapkan saat ini. Sistem ekonomi yang mempengaruhi hampir seluruh dunia menggunakan sistem kapitalisme.

Amerika Serikat sebagai dedengkot sistem kapitalisme sekaligus sebagai negara adidaya tentu menjadi pihak yang paling berperan. Sejak runtuhnya Uni Soviet di PD II, membuatnya mudah mempengaruhi negara lain dengan ideologinya melalui hubungan bilateral, penguasaan SDA, serta mata uangnya mendominasi ekonomi di hampir seluruh belahan dunia, merajai industri dunia dan menjadi kiblat ekonomi, serta mendominasi peredaran informasi dunia melalui media massa dengan jaringan internasional di seluruh dunia.

Hingga saat ini, secara umum negara-negara Barat dan sebagian besar negara maju lainnya mengikuti standar sistem kapitalisme ini. Akibat dari penerapannya, pesatnya pendirian industri-industri tanpa tata kelola pembuangan limbah yang ramah lingkungan, pengeksploitasi SDA yang berlebihan, penggunaan bahan bakar yang masif, pembuangan limbah tekstil juga kimia tanpa sterilisasi membuat efek jangka panjangnya menjadi buruk pada ekosistem bumi.

Dalam sistem kapitalisme, sudut pandangnya hanyalah cuan dan cuan. Inilah penyebab utama kehancuran lingkungan juga alam.

Mengutip dari CNN Indonesia, peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Didi Satiadi menyebutkan, cuaca ekstrem sebetulnya sebuah fenomena yang normal, tetapi kini cenderung bertambah intensitasnya karena perbuatan manusia itu sendiri. Diantaranya seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu penggunaan bahan bakar fosil, berubahnya tata guna lahan di perkotaan juga disebut mengurangi kualitas lingkungan, sehingga meningkatkan cuaca ekstrem dan potensi bencana.

Problema gelombang panas ekstrem jelas sudah menjadi bencana global, maka penyelesaiannya tak lain juga harus secara global. Belum lagi semakin lebarnya jurang kesenjangan ekonomi yang semakin lebar dan dalam Jadi apakah sistem kapitalisme global saat ini layak dipertahankan?

Islam Memberikan Solusi Tuntas

Islam bukan sekedar agama melainkan sebuah ideologi yang memiliki aturan paripurna baik dalam lingkup pribadi, bermasyarakat bahkan bernegara. Fakta kesempurnaan Islam sebagai sistem kehidulan tidak lain karena ia berasal dari sang Khaliq pencipta kehidupan itu sendiri.

Islam mengajarkan manusia untuk menjadi pelestari bumi. Bahkan Allah Swt. menciptakan manusia untuk menjadi periayah/penjaga bumi. Sebagaimana Allah Ta’ala jelaskan dalam QS.Al Baqarah ayat 30:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dalam ayat tersebut Allah mempunyai tujuan utama menciptakan manusia selain untuk beribadah pada Allah, manusia juga diberikan tugas menjaga kelestarian bumi. Sebab bumi sebagai tempat manusia melakukan aktivitasnya selama hidup. Jika bumi dirusak karena hawa nafsu manusia yang tamak, maka seluruhnya ikut merasakan dampak buruknya. Begitupun sebaliknya jika manusia menginginkan hal baik seperti hasil alam yang berlimpah tentu harus ada upaya manusia merawatnya.

Sistem buatan manusia seperti kapitalisme justru yang memanjakan hawa nafsu manusia untuk terus dieksploitasi. Hasilnya membuat perilaku masyarakat bersikap konsumtif dan hedonis layaknya hewan. Sementara dalam ajaran Islam umat manusia diajarkan untuk memenuhi hajat hidup sesuai kebutuhannya bukan hawa nafsunya.

Islam mengajarkan boleh mengambil dan memanfaatkan kekayaan alam tapi dengan cara yang baik dan memperhatikan resiko dampaknya terhadap lingkungan.

Tentunya ajaran Islam tak bisa hanya sekedar dijalankan dalam ranah individu untuk menyelesaikan problema global ini. Haruslah ada institusi yang menerapkannya secara menyeluruh hingga mampu mengkondisikan masyarakatnya memiliki aturan yang sama, perasaan yang sama dan solusi yang sama secara global.

Jika individu muslim menerapkan aturan/syariat Islam dianggap orang baik, keluarga yang taat syariat juga dianggap keluarga yang baik. Lalu, bagaimana jika masyarakatnya bahkan negara yang menerapkan syariat Islam? Tentu baik bukan?

Syariat Islam satu-satunya syariat yang tepat menyelesaikan problem global ini. Allah Swt. mengatakan di dalam surat Al-A’raf ayat 96, bahwa: “Seandainya para penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, maka akan Allah limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat itu, maka Allah pun menjatuhkan siksaan yang disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.”

Maka jelas, problem pemanasan ekstrem yang melanda berbagai belahan dunia saat ini tidak lepas dari pilihan hidup manusia modern saat ini. Esensinya, dunia sedang memetik buah hasil kesombongan mereka yang merasa cukup cerdas mampu mengatur kehidupan hanya berdasar akalnya, dengan mencampakkan aturan sang Penciptanya.

Hanya dengan memahami terlebih dahulu akar berbagai permasalahan, manusia baru dapat mengambil tindakan yang tepat, sehingga berbagai problema kehidupan yang menimpanya dapat terselesaikan secara tuntas, bukan sekedar solusi trial and error atau model tambal sulam.

Wallahu’alam bishowab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 23

Comment here