Oleh Mahrita Julia Hapsari
(Pegiat Literasi)
wacana-edukasi.com, OPINI– Praktik-praktik moderasi beragama di Indonesia menjadi contoh dan bahasan di Forum Lintas Agama G20 tahun 2023, New Delhi. Ahli Utama Kantor Staf Presiden Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin menyampaikan bahwa ketangguhan sosial di Indonesia terbentuk dari moderasi beragama (kompas.id, 11/05/2023).
Indonesia dinilai lebih cepat pulih dan bangkit saat menghadapi pandemi covid. Hal tersebut sebagai modalitas resiliensi kolaboratif untuk mendesak pesan-pesan kemanusiaan dan moral tak ditinggalkan dalam kemajuan ekonomi. Tokoh agama dan lembaga agama yang notabene penggaung moderasi beragama, perlu mendesakkan pesan-pesan kemanusiaan dan pelestarian lingkungan tak ditinggalkan dalam kemajuan ekonomi.
Pangkal Problematika Umat
Sesungguhnya, permasalahan kemanusiaan dan lingkungan saat ini adalah buah peradaban kapitalisme. Asas sekularisme mendaulat manusia membuat aturan hidup bermodal akalnya yang terbatas. Lahirlah kehidupan yang liberal. Manusia dibebaskan berbuat apapun yang dia kehendaki untuk mencapai tujuannya. Tak peduli halal haram. Sayangnya, tujuannya pun hanya sebatas kesenangan jasadiyah dan duniawi.
Walhasil, kerusakan alam yang kita rasakan saat ini adalah akibat kerakusan sistem kapitalisme. Sebab melayani hawa nafsu laksana mereguk air laut, semakin diminum semakin haus. Tak cukup satu gunung diruntuhkan untuk mendapatkan emas. Tak puas satu hutan dibabat untuk menggali batubara. Pasti akan terus meruntuhkan gunung, menggunduli hutan, merusak laut demi mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya.
Pada kasus perdagangan manusia. Demi mendapatkan kekayaan, rela menzalimi orang lain. Di sisi lain, kemiskinan terstruktur dan sistematis membuat banyak yang tergiur untuk bekerja di luar negeri. Sumber daya alam yang memiliki potensi besar, tak bisa dirasakan oleh seluruh rakyat, namun hanya dinikmati oleh segelintir orang yaitu pemilik modal.
Adapun negara, kapitalisme telah memandulkan perannya hanya sebatas regulator dan fasilitator. Menerbitkan peraturan yang mengakomodir kepentingan pemilik modal. Termasuk keinginan para kapital menguasai SDA dan pelayanan publik. Ketika pelayanan publik diserahkan pada swasta, mindset mencari keuntungan mengiringi pelayanannya. Akhirnya, beban rakyat semakin bertambah.
Negara membuka investasi dan berharap bisa menampung pekerja pribumi. Faktanya, sektor tambang diisi oleh TKA, para CEO dan petinggi perusahaan adalah orang-orang dari negara asal investor. Pribumi hanya jadi buruh yang dalam sistem ekonomi kapitalisme dianggap sebagai faktor produksi. Dan ketika terjadi krisis ekonomi yang menggoyang stabilitas perusahaan, opsi yang dipilih adalah mem-PHK buruh atau menambah beban kerjanya dengan upah yang minim.
Islam sebagai Solusi
Hadirnya Islam adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini telah dijamin oleh Allah SWT. Sang Maha Pencipta dan Pengatur. “Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Penerapan syariat Islam yang bersumber dari Allah SWT. pada setiap sendi kehidupan mewajibkan negara untuk mengurus rakyatnya. Rasulullah Saw. bersabda: “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Pemimpin yang mengurus rakyatnya dengan syariat Islam kaffah akan mampu menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Islam memiliki solusi komprehensif untuk masalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme. Sistem ekonomi Islam membagi kepemilikan menjadi tiga yaitu kepemilikan individu, negara dan umum. Gunung, hutan, laut dan SDA yang berlimpah adalah milik umum. Haram bagi negara untuk menyerahkan pengelolaannya kepada individu ataupun korporasi.
Negara wajib mengelolanya dengan prinsip kemaslahatan umat. Dan mengembalikan segala keuntungannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Termasuk pelayanan publik dan kebutuhan dasar manusia seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan. Negara wajib menyediakan secara gratis, profesional, berkualitas dan mudah diakses oleh rakyat.
Adapun untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, Islam mewajibkan kepala rumah tangga untuk mencari nafkah. Untuk itu, negara akan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas dan menciptakan iklim ekonomi yang kondusif. Jika ia tak mampu bekerja, maka kewajiban itu beralih pada keluarganya. Jika keluarganya tak mampu, negara akan menjamin semua kebutuhan hidupnya sekeluarga.
Sungguh sangat paripurna pengaturan Islam pada kehidupan manusia. Suatu pengaturan yang melahirkan rasa tenang dan damai. Yang tak pernah didapati di sistem manapun, termasuk di sistem kapitalisme.
Moderasi Beragama Proyek Barat
Kebobrokan dan kerusakan sistem kapitalisme semakin terungkap. Kapitalisme diambang kehancuran. Dan untuk memperlambat kejatuhannya, Barat membuat proyek moderasi beragama.
Barat paham betul bahwa satu-satunya ideologi yang menjadi musuh abadinya hanyalah ideologi Islam. Untuk itu, Barat takkan rela jika Islam difahami secara kaffah oleh individu muslim terutama generasi muda. Istilah radikal atau ekstrem pun disematkan oleh Barat kepada mereka yang mempelajari dan mendakwahkan Islam ideologis. Dan memberikan wacana moderasi beragama sebagai antitesa dari istilah radikal dan ekstrem.
Tak banyak yang memahami konspirasi Barat dalam menjegal kebangkitan Islam. Yang ada justru merasa terpojok dengan tuduhan radikal dan buru-buru mengadopsi moderasi beragama agar tak lagi merasa tertuduh. Termasuk kaum intelektual dan pemuka agama. Mereka memahami Islam sesuai dengan yang diinginkan Barat. Islam yang toleran dengan nilai-nilai Barat.
Padahal Allah SWT. sudah mengangkat derajat kita sebagai khoiru ummah, umat yang terbaik. Jadi, sudah semestinya kita raih gelar umat terbaik itu dengan mengajak kembali kepada kehidupan Islam, mempelajari dan mendakwahkan Islam kaffah. Mengajak kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran, termasuk membongkar konspirasi Barat. Wallahu a’lam []
Views: 21
Comment here