Oleh Ilma Mahali Asuyuti
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Saat ini bullying atau merisak makin marak bahkan sudah sampai kalangan anak Sekolah Dasar (SD). Tidak pandang usia, bahkan masih kecil pun sudah berani melakukan tindakan kekerasan. Melansir kompas.com, MHD (19), bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023).
Kakek korban, HY mengatakan, usai kejadian yang terjadi di sekolah itu, cucunya tersebut sempat mengeluh sakit.
Keesokan harinya, Selasa (16/5/2023), korban memaksa tetap masuk sekolah meski dalam keadaan sakit, namun nahas, saat itu korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya.
“Saya bilang, kalau sakit jangan dulu sekolah, istirahat dulu aja di rumah. Namun saat itu korban memaksa ingin sekolah. Lalu ketika saat berada di sekolah, korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Selasa (16/5/2023),” kata HY, dikutip dari TribunJabar.id, Sabtu (20/5/2023).
Akibat pengeroyokan terakhir, korban harus dilarikan ke RS Primaya pada Selasa (16/5/2023) akibat mengalami kejang-kejang.
Korban sempat enggan berterus terang kepada dokter dan orangtuanya bahwa dia menjadi korban penganiayaan kakak kelas.
“Akhirnya dokter pura-pura menyuruh keluarga untuk keluar ruangan, dan pihak keluarga bersembunyi di balik tirai di ruangan periksa. Dari situ korban baru mengakui bahwa dia sudah dikeroyok oleh 3 orang kakak kelasnya,” ujar HY.
Korban pun selanjutnya dipindahkan ke RS Hermina lantaran RS Primaya tidak menerima pasien akibat tindak kekerasan.
Mengalami kritis selama tiga hari, korban pun dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (20/5/2023).
“Korban yang kritis tiga hari di rumah sakit, lalu pada pukul 08:00 WIB (Sabtu, 20/5/2023), meninggal di RS Hermina,” ucap HY.
Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka pada bagian organ dalamnya.” Hasil visum korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak, dan tulang punggung retak,” jelasnya. (Kompas.com, 20 Mei 2023).
Sistem sekularisme yang memisahkan aturan agama (Islam) dari kehidupan melahirkan generasi berakhlak rendah dan menganut paham liberalisme yang melegalkan kebebasan berperilaku, tidak peduli apakah sesuai perintah Allah atau malah bertentangan dengan aturan Allah. Bukan hanya itu, sistem liberalisme ini juga mendukung kebebasan berekspresi, kebebasan berperilaku, dan kebebasan-kebebasan lainnya yang otomatis menjauhkan aturan Islam dari kehidupan.
Akibat dari kebebasan yang berlebihan tersebut, maka anak kecil pun telah berani untuk melakukan tindakan kekerasan dan tidak wajar karena menyebabkan tewasnya seseorang.
Jika ditanya, apa hubungannya antara kekerasan dengan sekularisme? Jawabannya, jelas, itu ada hubungannya, karena sistem pendidikan yang saat ini diterapkan pemerintah telah mengalami sekularisme, yakni pemisahan antara pendidikan umum dan agama. Sehingga secara otomatis pendidikan saat ini telah menghilangkan aqidah Islam dari generasi dan umat.
Sistem pendidikan yang tidak berlandaskan aturan Islam otomatis membuat manusia tidak mengenali siapa dia sebenarnya.
Harusnya dia (manusia) tahu bahwa dia adalah makhluk ciptaan Allah yang semestinya menghamba pada Allah dengan menjalankan segala perintah-Nya, yang ia dibekali akal oleh Allah agar bisa membedakan mana yang baik mana yang bukan.
Tetapi karena sekularisme menjauhkan agama dari kehidupan membuat manusia kehilangan arah tujuan hidup. Sekularisme membuat orangtua tak tahu bagaimana mendidik anak sesuai syari’at Islam, membuat masyarakat menjadi individualis yang tidak saling beramar makruf nahi mungkar.
Sekularisme pun membuat negara abai akan tanggung jawabnya terhadap rakyat dan tidak memberlakukan sanksi yang membuat jera bagi siapa saja yang melanggar perintah-Nya.Negara yang sekuler malah terus menciptakan masalah-masalah yang tak kunjung selesai karena tidak mempunyai solusi untuk mengatasinya.
Maka jika sudah seperti itu, yang diperlukan adalah penerapan Islam secara menyeluruh, karena Islam penting bagi orangtua untuk bisa mendidik anaknya agar menjadi generasi berakhlakul karimah.
Juga penting bagi masyarakat agar senantiasa beramar makruf nahi mungkar untuk mencegah maksiat-maksiat yang ada di sekitarnya.
Tak kalah penting, Islam harus diterapkan oleh negara agar Islam diterapkan pula oleh masyarakat, dan negara harus memberlakukan sanksi bagi siapa saja yang melanggar syari’at Islam.
Pada akhirnya, jika orangtua, masyarakat dan terutama negara telah menerapkan Islam secara menyeluruh, bisa dipastikan problem-problem yang ada saat ini tidak akan dijumpai ketika Islam diterapkan.
Karena kerusakan-kerusakan, maksiat-maksiat yang dilakukan oleh manusia akan diberantas dan diberi sanksi yang berefek jera agar tak ada celah bagi siapa pun yang ingin melakukan maksiat karena mengingat bahwa segala sesuatu akan ada pertanggung jawabannya. Baik itu di dunia maupun di akhirat kelak.
Maka untuk mewujudkannya bisa dimulai dari diri sendiri yang mengkaji Islam secara menyeluruh, terapkan dalam kehidupan dan mendakwahkannya hingga Islam bisa diterapkan oleh negara.
Wallahu’alam bisshawab
Views: 17
Comment here