Opini

Pengeroyokan : Bukti Lemahnya Pendidikan

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Eti Ummu Nadia

wacana-edukasi.com, OPINI– Nasib tragis di alami MDH (9) yang meninggal dunia di rumah sakit, dengan dugaan akibat di keroyok teman dan kakak kelasnya. MDH merupakan seorang siswa (SD) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Polisi pun bergerak seusai korban di kebumikan, dengan memeriksa saksi perihal peristiwa yang di duga penganiayaan tersebut.

Beberapa fakta dugaan penganiayaan terjadi selama dua hari. Sebagaimana informasi dari himpunan beberapa sumber, di duga aksi penganiayaan kepada korban yang masih duduk di kelas 2 SD itu, terjadi pada 15 dan 16 Mei, 2023.

Pengeroyokan terhadap korban dilakukan di tempat berbeda. Pertama, korban dianiaya di sekitar lingkungan sekolah pada Senin (15/05). Kemudian pada Selasa (16/05), korban kembali mendapatkan perundungan di belakang sekolah, dekat dengan kamar mandi.

Akibat dari penganiayaan itu, korban mengeluh sakit di dada, punggungnya merasa sakit, dan sesak nafas. Korban pun tidak tertolong setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, akibat luka di dada, punggung dan rahangnya. Sebagaimana keterangan dokter YH yang menangani korban. Korban meninggal dunia di rumah sakit, dengan darah di mulut. Cnn.Indonesia.com, (22/05/2023).

Peristiwa tersebut sungguh sangat memilukan. Bagaimana tidak, anak yang seharusnya dalam masa penuh dengan keceriaan, kebahagiaan, tetapi hal tersebut tidak bisa di rasakan sepenuhnya oleh korban MHD yang masih duduk di kelas 2 SD itu. Keceriaannya telah di renggut oleh teman, juga kakak kelasnya yang bersekolah di tempat yang sama.

Penganiayaan yang di alami korban hingga meninggal dunia tentu menjadi pertanyaan besar. Bagaimana siswa yang masih duduk di sekolah SD itu dengan sadis dan kejamnya menganiaya korban hingga korban kehilangan nyawanya. Kejadian ini jelas menggambarkan bahwa penganiayaan di lakukan para pelaku sangat keras dan fatal. Mirisnya, kejadian tersebut terjadi di lingkungan sekolah tempat mereka belajar.

Banyak faktor munculnya kasus penganiayaan dan perundungan. Perspektif yang luas menjadi beberapa faktor penyebab timbulnya kekerasan tersebut. Di antaranya anak suka meniru apa yang di lihatnya, seperti dari tontonan, konten, game dengan tayangan yang merujuk kepada kekerasan. Baik itu secara pisik atau psikis. Selain itu, faktor dari lingkungan juga keluarga yang sering mempertontonkan adanya pertikaian juga kekerasan, menjadi faktor penyebab anak saat ini melakukan atau meniru apa yang ia lihat.

Maka, bisa di simpulkan selain faktor tontonan, lingkungan, faktor lemahnya pengasuhan juga pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Tayangan yang tidak pantas di lihat, lingkungan yang rusak, karena jauh dari pemahaman Islam. Tidak adanya peran keluarga memberikan pendidikan Islam. Padahal keluarga bagian terpenting dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Seharusnya keluarga memberikan pendidikan akidah kepada anak. Karena itu merupakan kewajiban orang tua. Keluarga atau Ibu adalah madrasah pertama dan utama memberikan penanaman keimanan atau akidah Islam bagi anaknya. Sayangnya, fakta saat ini justru keluarga khususnya Ibu lebih fokus untuk mencari nafkah demi membantu ekonomi suami agar bisa menyambung hidup. Sehingga seorang Ibu melupakan kewajiban utamanya menjadi pendidik pertama bagi anaknya.

Selain faktor keluarga juga lingkungan, faktor kurikulum pendidikan sekuler berpengaruh dalam penanaman karakter anak. Penanaman pendidikan sekuler saat ini, menjauhkan anak dari pendidikan Islam yang utuh. Karena kurikulum tersebut memisahkan agama dari kehidupan, dan tidak berdasar kepada akidah Islam. Akibatnya anak atau generasi tidak memiliki pondasi iman yang kuat. Padahal, keimanan adalah bagian terpenting dalam kehidupan, agar hidup tidak terbawa arus yang salah.

Itulah beberapa faktor penyebab anak cenderung melakukan tindak kekerasan. Oleh karena itu, kita butuh solusi yang efektif agar kasus serupa tidak terjadi kembali. Dalam sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan saat ini, hanya melahirkan generasi yang lemah imannya. Sehingga kerusakan akhlak kian marak, di antaranya kasus penganiayaan atau pun perundungan. Maka dengan demikian, sistem sekularisme terbukti gagal melindungi keamanan dan keselamatan terhadap anak.

Hanya sistem Islam yang mampu menjaga dan melindungi keselamatan anak. Dengan mekanisme penerapan aturan Islam secara kaffah dalam kehidupan juga bernegara. Negara dalam sistem Islam akan berperan penting dalam menjaga setiap masyarakatnya dari kerusakan. Mulai dari tayangan, negara hanya akan menayangkan konten atau tontonan yang mendidik. Begitu juga kurikulum pendidikan, negara akan menerapkan berlandaskan akidah Islam, agar anak-anak memiliki pola sikap dan pikirannya sesuai ajaran Islam. Sehingga dari penerapan itu, akan menghasilkan kepribadian Islam. Peran orang tua juga akan berfungsi sebagaimana mestinya. Apalagi seorang Ibu tidak akan terbebani untuk mencari nafkah demi membantu suami. Karena negara dalam sistem Islam akan menjamin kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dengan demikian, seorang Ibu akan fokus melaksanakan kewajibannya sebagai madrasah pertama bagi anaknya, tanpa di bebani ekonomi. Walhasil dengan penerapan sistem Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan akan tercipta lingkungan yang baik, kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. yang akan melahirkan anak-anak berakhlak mulia.

Semua itu akan tercipta kemaslahatan manakala negara menerapkan hukum atau aturan kehidupan dari yang Maha Pembuat Hukum yaitu Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya: Menetapkan hukum hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi Keputusan yang baik” (QS Al-An’am [6]: 56-57).

Wallahu’alam Bish Shawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 13

Comment here