wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data Februari 2023 masih ada 7,99 juta pengangguran di Indonesia. Angka ini 5,45 persen dari total angkatan kerja pertahun sebesar 146,62 juta tenaga kerja. Meski banyak pengangguran, namun menurut BPS angka ini lebih baik dari jumlah pengangguran tahun 2022. (Republika.co.id, Jum’at 5/5/2023)
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud mengatakan tingkat pengangguran terbuka pada periode ini turun 5,68 persen dibandingkan tahun lalu. Tercatat, jumlah pengangguran terbuka pada 2022 kemarin mencapai 8,42 juta orang.
Sekalipun angka pengangguran ini turun, tetap saja adanya pengangguran yang cukup besar akan menyebabkan produktivitas dan pendapatan masyarakat berkurang. Sehingga akan menyebabkan timbulnya masalah kemiskinan dan masalah sosial yang lainnya. Tidak adanya keseimbangan antara pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang meningkat setiap tahunnya, juga adanya persaingan yang ketat antara para fresh graduate maupun yang sudah berpengalaman membuat fenomena baru ketidakseimbangan ini terjadi.
Selain itu, adanya masalah minimnya keterampilan dan kurangnya tingkat pendidikan akan menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk menjadikannya sebagai tenaga kerja. Pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran semakin juga menambah berat masalah pengangguran ini. Di perparah dengan masuknya tenaga kerja asing secara tidak proporsional semakin terlihat jelas dalamnya kesenjangan pengangguran di dalam negeri.
Hal ini memperlihatkan pada kita bahwa sistem saat ini yaitu kapitalis, adalah sebuah sistem yang gagal mensejahterakan rakyatnya. Karena sistem ini melahirkan aturan hidup yang berdasarkan akal manusia yang serba terbatas termasuk dalam menuntaskan masalah pengangguran.
Salah satu kekagagalan kapitalis terbukti bahwa sistem ini tidak pernah mampu memberikan lapangan pekerjaan yang luas dan layak bagi rakyatnya. Yang ada justru rakyat kalah saing dengan para pekerja asing. Dan bahkan untuk menutupi kebutuhan hidupnya banyak rakyat Indonesia yang mencari pekerjaan ke luar negeri. Bahkan, perempuan pun tak ketinggalan ikut bersaing mencari kerja ke luar negeri hingga terpaksa meninggalkan tanggung jawab mulianya sebagai ummu wa rabbatul bait (Ibu dan pengatur rumah tangga).
Jika kita terus mengandalkan sistem ini untuk mengatur kehidupan kita, maka akan semakin rusaklah tatanan kehidupan dan rakyat semakin sengsara. Maka solusinya kita harus mengembalikan aturan hidup kita kepada Islam. Dimana seluruh aturan Islam akan memberikan solusi yang tuntas terhadap permasalahan hidup karena lahir dari yang Maha Pencipta yaitu Allah SWT Yang Maha Sempurna.
Islam merupakan agama yang tidak hanya mengatur perkara ibadah saja, namun seluruh perkara kehidupan pun Islam punya aturannya. Seperti aturan tentang kesehatan, pendidikan, ekonomi, politik, sosial dan lainnya, termasuk menyelesaikan masalah pengangguran. Dalam Islam seorang pemimpin di berikan amanah untuk mengurusi seluruh urusan rakyat dan memastikan terpenuhinya secara perindividu.
Negara bertanggung jawab penuh dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi seluruh rakyatnya. Sehingga para kepala keluarga mempunyai penghasilan dan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya masing-masing. Selain itu sistem ekonomi Islam yang kokoh dan stabil karena bertumpu pada sistem ekonomi riil yang non ribawi mampu mencukupi kebutuhan ekonomi seluruh rakyatnya.
Pengelolaan dan pendistribusian kekayaan alam yang adil dan merata, semakin kokoh menopang kestabilan perekonomian dan kesejahteraan rakyatnya. Sehingga di dalam negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah tidak akan terjadi kasus pengangguran yang terus meningkat tanpa solusi yang tuntas seperti sekarang ini di sistem kapitalis.
Maka jika ingin menuntaskan masalah pengangguran serta masalah kehidupan lainnya, satu-satunya jalan adalah harus kembali kepada sistem negara Islam yang di dalamnya di terapkan aturan Islam secara kaffah. Agar rakyat sejahtera dan tatanan kehidupan yang proporsional dan benar serta mendapatkan keridhaan dari Allah SWT sebagai Pemilik kehidupan ini.
Wallahu a’lam bish shawwab
UPI AINUN
Views: 7
Comment here