Surat Pembaca

Hutan Menghilang, Suhu Meningkat di Berau

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA–Warga Berau, Kalimantan Timur, harus menanggung peningkatan suhu yang mencapai 0,95 derajat celsius dalam 16 tahun terakhir. Kenaikan suhu harian ini tiga kali lebih cepat dari rata-rata global. Panas yang terlalu terik membuat para petani sayur di Kampung Baru, Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur tidak sanggup lagi bekerja di siang hari. Mereka mengganti jam kerja di pagi dan sore hingga malam hari. (Kompas.id)

Penelitian Nicholas H Wolff dari The Nature Conservancy dan tim di jurnal Lancet Planetary Health (2021) menunjukkan, selama 2002 hingga 2018 seluas 4.375 kilometer persegi (km2) hutan di Berau telah dibuka. Ini setara dengan sekitar 17 persen dari luasan lahan di seluruh kabupaten ini. Menurut Wolff, kombinasi pembukaan hutan yang masif dan pemanasan global inilah yang menyebabkan suhu di Berau meningkat hingga 0,95 derajat celsius dalam 16 tahun. Menurut kajian Wolff dan tim, peningkatan suhu harian di Berau ini telah meningkatkan 7,3–8,5 persen kematian dari semua penyebab, atau sekitar 101–118 tambahan kematian per tahun pada 2018.

Suhu yang panas dan terik di atas derajat celsius tidak hanya terjadi di Berau tetapi juga daerah lainnya bahkan global. Pemanasan global akibat buah dari tata kelola alam ini dikuasai para kapital yang diakibatkan industrialisasi yang disebarkan dalam sistem kapitalisme. Industrialisasi merupakan penyebab utama deforestasi yang melakukan perusakan hutan dan mengalihkan fungsi hutan menjadi lahan tambang, perusahaan sawit, perumahan, industri, pergudangan dan lain-lain. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa lahan hutan di Indonesia terus mengalami deforestasi, pada 2018 sebanyak 493,3 ribu hektare dan 2019 sebanyak 465,5 ribu hektare.

Sejak maraknya penambangan batu bara tiga tahun terakhir, sekarang hutan kota di Berau hanya menyisakan beberapa hektar saja. Hanya 200 meter dari pintu gerbang Hutan Kota Tangap, terlihat puluhan alat berat bekerja membongkar hutan dan mengeruk batu bara. Akibat dari pembukaan hutan yang semakin meluas dan gelombang panas tengah melanda dunia yang menyebabkan suhu di Berau meningkat ekstream hingga 0,95 derajat celcius dalam 16 tahun terakhir. Fenomena pemanasan global ini bukan alamiah tetapi akibat salah tata kelola alam dunia.

Pengelolaan SDA yang bersifat kapitalistik terbukti menjadi penyebab perubahan iklim. Kerusakan lingkungan banyak terjadi akibat pengelolaan SDA yang serampangan oleh swasta. Kapitalisme membolehkan SDA diprivatisasi atau dikelola oleh pihak swasta demi meraih keuntungan sebesar-besarnya. Setiap individu dapat memiliki semua hal, tidak ada larangan dan batasan sama sekali.

Berbeda dengan Islam yang menjadikan SDA yang menentukan hajat hidup orang banyak sebagai kepemilikan milik umum, milik bersama yang tidak boleh diprivatisasi. Misalnya hutan, sumber air yang langka, tambang minyak dan gas maupun tambang lain yang kandungannya cukup banyak, serta hal lain yang sifatnya tidak dapat dimiliki individu, seperti laut, sungai, dan jalan.
SDA tersebut harus dikelola negara dan tidak boleh diserahkan kepada individu atau swasta. Negara memiliki tugas dan fungsi sebagai pelindung dan pelayan bagi rakyatnya. Oleh karena itu, SDA akan dikelola sebaik-baiknya demi kepentingan rakyat. Hutan akan dijaga karena fungsinya sebagai paru-paru bumi, sebagai daerah tangkapan dan cadangan air tanah, serta pencegah bencana banjir dan longsor. Jika ada hutan yang rusak, negara akan melakukan reforestasi dan akan menindak tegas jika ada yang melakukan deforestasi. Dengan menerapkan ini saja, perubahan iklim dan pemanasan global akan dapat dihindari. Wallahu a’lam bish-shawab

Rusmiyati, S.Pd.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 40

Comment here