Opini

Bunuh Diri Bukan Solusi

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Mita Octaviani S.Pd

Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Maraknya kasus bunuh diri di tanah air semakin meningkat. Masih banyak orang awam yang beranggapan bahwa bunuh diri itu jalan untuk mengakhiri kehidupan yang sakit dan melelahkan. Orang yang memilih untuk bunuh diri berharap agar tidak merasakan sakit, kesedihan dan lelah berkepanjangan. Apakah hal ini solusi yang tepat?

Mengutip melalui READ.ID, sebanyak 17 kasus bunuh diri terjadi di Gorontalo selang bulan Januari hingga Juni 2023, satu kasus di antaranya berhasil diselamatkan.

Kabar baru ini viral di sosial media, bunuh diri sebab faktor ekonomi yakni terlilit hutang pinjaman online. Melansir detiknews- seorang karyawati swasta berinisial NLA (23) di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo ditemukan tewas tergantung di dalam kamarnya. Polisi mengungkap karyawati tersebut nekat mengakhiri hidupnya setelah menjadi korban penipuan pinjaman online (pinjol). “Kami dapatkan informasi dari saksi dan handphone korban kami cek yang mana korban kena tipu pinjaman online dan (korban) stres karena korban sudah mengirim uang,” kata Kapolsek Kota Barat Iptu Eldo Rawung, dilansir detikSulsel, Selasa (13/6/2023).

Belum sampai seminggu kasus karyawati Indomaret di Kota Gorontalo yang akhiri hidupnya dengan gantung diri, kini kasus bunuh diri kembali terjadi di Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Dikutip dari media Read.id, kali ini kasus bunuh diri di Gorontalo dengan cara gantung diri dilakukan oleh seorang siswa remaja yang masih berusia 13 tahun, di Desa Poowo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, Kamis (15/6).

Putri cantik yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri ini ditemukan langsung oleh ayah kandungnya di kamar dengan menggunakan tali bekas ayunan bayi. Anggota Polsek Kabila Kabupaten Bone Bolango ketika mendapat informasi tersebut langsung menuju lokasi kejadian.

Perlu dicermati banyak faktor bunuh diri bisa terjadi. Yakni di antaranya sebagai berikut:

Pertama, Karena faktor ekonomi, terlilit hutang, dsb.

Kedua, Tidak adanya teman/partner yang mau menolong dan membantu.

Ketiga, Tidak adanya tujuan hidup yang bermakna.

Keempat, Memiliki kesehatan mental yang buruk.

Kelima, Tidak mampu menghadapi situasi dan kondisi yang sulit/survive(bertahan hidup).

Keenam, Menghadapi tekanan yang tidak kunjung usai.

Ketujuh, Tidak menerapkan aturan syariat Islam dalam kehidupan.

Kedelapan, Kurang adanya perlindungan dan jaminan dalam kebutuhan dasar seperti sandang pangan papan yang layak.

Bagaimana Islam memandang maraknya fenomena bunuh diri?

Sebagai seorang muslim sepatutnya bersabar dan banyak beribadah apabila dilanda masalah serta cobaan, bukan malah memilih untuk mengakhiri hidup. Allah memberikan petunjuk hidup pada QS. Al Baqarah ayat 286 sebagai berikut:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(QS Al-Baqarah:286).

Begitu juga dengan kalam Allah Swt. dalam surah An Nisa ayat 29 yang melarang manusia untuk membunuh diri sendiri, hal itu dikarenakan Allah Swt. menyayangi para hamba-Nya.

…وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا – 29

Artinya: “… Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa:29).

Solusi individu muslim

Betapa hidup di zaman ini semakin karut marut problema hidup yang dihadapi. Sebagai penguat seorang muslim perlu;

Pertama, Memahami makna kehidupan dalam Islam. Yakni belajar dan memahami makna Qadha dan Qadar. Qadha itu ketentuan atau ketetapan Allah Swt. atas segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya. Qadha ketetapan Allah/Sunnatullah dimana manusia tidak bisa mengendalikan/memilih.

Contohnya, mtahari terbit di pagi hari, bulan dan bintang bersinar di malam hari. Manusia terlahir sebagai laki-laki atau perempuan, memiliki warna mata, kulit dan bentuk rambut yang tidak bisa manusia pilih.

Sedangkan Qadar itu khasiyat benda/materi perwujudan ketetapan (Qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya). Qadar disebut juga takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun yang akan terjadi.

Contohnya, api khasiyatnya panas dan membakar. Tentu khasiyat api tidak bisa diubah kecuali Allah Swt. menghendaki seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim as. Pisau khasiyatnya tajam bisa untuk memotong.

Lalu apa hubungannya pemahaman Qadha Qadhar dengan fenomena bunuh diri?

Perlunya manusia memahami bahwa setiap manusia dilahirkan dimana, kapan, dan dari keluarga yang seperti apa memang tidak bisa memilih, sebab itu merupakan bagian dari Qadha/ketetapan dari Allah yang tidak bisa dipilih. Di sisi lain Allah menciptakan manusia dilengkapi dengan akal, hawa nafsu, dan gharizah/naluri serta kebutuhan jasmani merupakan ketetapan dari Allah yang punya khasiyat, inilah qadhar.

Manusia diberikan akal khasiyat/ fungsinya untuk berfikir. Selayaknya dipakai untuk berpikir bunuh diri apakah betul bisa menyelesaikan masalah atau menambah masalah baru?

Kedua, Memahami Uqdatul Qubra (tiga simpul besar). Adanya kelahiran pasti ada asal muasal, dari mana asal manusia padahal sebelumnya tidak ada. Pertanyaan ini yang meliputi manusia, alam semesta, dan kehidupan harusnya dicari tahu dan dipahami. Allah Swt. menjelaskan sebelum adanya manusia (proses penciptaan) dalam QS. At-Tin ayat 4:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS At-Tin: 4)

Lalu, setelah manusia diciptakan apakah Allah membiarkannya begitu saja? Selayaknya benda dibuat pasti ada tujuannya, apalagi manusia yang begitu kompleks pasti punya tujuan diciptakan.

Allah Swt. pun memberikan jawabannya di Qs. Adz Zariyat ayat 56, yaitu adanya manusia untuk beribadah kepada Allah Swt. Kemudian setelah lahir, lalu menjalani hidup niscaya bertemu dengan kematian. Setelah kematian manusia pergi kemana? Di dalam rukun iman yang pertama yakin adanya Allah termasuk juga harus yakin adanya hari akhir. Di hari akhirlah manusia akan ditanya dan dihisab tentang amal perbuatannya selama di dunia. Akan berujung ke syurga yang penuh kenikmatan abadi atau neraka yang penuh siksaan abadi tergantung dari berat amal perbuatannya.

Dari sini manusia khususnya umat Islam bisa menemukan jawaban bahwa setiap amal perbuatan akan ditanya termasuk bunuh diri, apakah itu kebaikan atau keburukan? Perlu diketahui di dalam ajaran Islam bunuh diri tidak dianjurkan, justru ketika menemui masalah manusia selayaknya meminta petunjuk hanya pada Penciptanya dan mencari solusi sesuai aturan-Nya.

Sepatutnya umat Islam mencontoh perilaku yang baik dari Rasulullah Saw. sebagai suri tauladan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan lika liku cobaan. Perlunya berprasangka baik sebab bisa jadi ini cara Allah Swt untuk mengangkat derajat manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan berlipatnya pahala.

Tak hanya dari segi individu yang memperbaiki mindset hidup. Diperlukan peran sentral negara yang memiliki wewenang lebih luas sebagai bentuk pencegahan. Semisal dengan mencukupi kebutuhan dasar rakyatnya, hingga rakyatnya tak perlu sampai terjerat utang. Meciptakan suasana rakyatnya yang senantiasa memiliki keimanan agar rakyat tak mudah putus asa. Tentu harapannya dengan peran negara yang maksimal niscaya angka kematian sebab bunuh diri bisa ditekan.

Hanya saja melihat kondisi sistem hari ini yang sekular sulit nampaknya terealisasi, sebab umat justru dijauhkan dari agama. Maka hukum/sistem mana yang lebih baik dari hukum/sistem Islam? Sistem Islam yang berasal dari Pencipta manusia niscaya lebih mengetahui dan paham mana yang baik, mana yang buruk untuk makhluk ciptaan-Nya yang bernama manusia.

Wallahu A’lam Bishawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 55

Comment here