Surat Pembaca

Munculnya Ancaman Jagad Siber

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Yeni A., M.Sos

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Proyek Strategis Nasional (PSN) base transceiver station (BTS) direncanakan punya ground segment di 11 lokasi, yakni di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. Sementara, proyek jaringan BTS di BAKTI Kominfo terdeteksi banyak yang tak berfungsi. Kasus itu sendiri tengah tersandung kasus korupsi dengan kerugian negara sekitar Rp8 triliun. Menkominfo Johnny G Plate dan Dirut BAKTI Anang Achmad Latief pun jadi tersangka.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mahfud MD mengungkap pengelola proyek mengaku sudah mendirikan 1.100 dari target 4.200 menara BTS, per Maret 2022. Setelah dicek langsung, hanya ada 958 menara BTS. Penegak hukum lantas memeriksa kelayakan 958 menara tersebut dengan mengecek delapan sebagai sampel. Menara-menara itu pun tidak ada yang berfungsi baik.

Mahfud MD membantah tudingan Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) tak ada gunanya karena dikaitkan dengan kasus base transceiver station (BTS) Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). Menurutnya, dua infrastruktur ini adalah dua entitas yang berbeda. Hal itu dikatakan terkait operasional Satelit Satria yang membutuhkan dukungan jaringan di daratan atau Stasiun Bumi.

Mahfud menyatakan SATRIA-1 tidak berhubungan dengan BTS 4G BAKTI karena masing-masing proyek berdiri sendiri. Satelit ini sendiri fokus untuk layanan internet di kantor-kantor pemerintah. Ini merupakan proyek tersendiri untuk memberikan layanan publik di daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil.

Jokowi menjelaskan satelit ini akan bergerak ke orbitnya yang terletak di atas langit Papua. Nantinya, satelit ini akan membantu pemerataan infrastruktur digital untuk layanan publik. Satelit SATRIA-1 sukses meluncur ke antariksa pada Minggu (18/6) sore waktu Amerika Serikat (AS) atau Senin (19/6) pagi waktu Indonesia, dengan roket Falcon 9 milik SpaceX.

Satelit Satria-1 adalah satelit internet pertama milik Indonesia. Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps yang menyediakan layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik. Kecepatan internet di setiap titik layanan publik itu diproyeksikan mencapai 4 Mbps.

Menyimak pendapat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang mengatakan bahwa peluncuran Satria-1 ini penting untuk masa depan Indonesia yang memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi digital. Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Demikian pula Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin optimistis peluncuran Satelit Republik Indonesia-1 (SATRIA-1) akan mempermudah konektivitas digital di seluruh tanah air sekaligus mendukung kedaulatan bangsa.

Namun rasanya memang agak rancu, mengingat ketergantungan Indonesia yang masih sangat tinggi dengan teknologi yang ada di Amerika Serikat.

Satria-1 jika sudah terintegrasi dengan Palapa Ring yang telah dibangun sebelumnya, maka ambisi membuat ‘Tol Langit’ memang nampak makin terlihat nyata. Dan ini juga makin menjadi peluang AS untuk memata-matai Indonesia hingga disegala aspek. Ditengah kekhawatiran kita terhadap ancaman cyber security berupa pencurian akun, pencurian data, atau hacking serta perusakan data secara ilegal.

AS sendiri telah menyiapkan diri menghadapi “WAR in the fifth domain” atau perang di jagad ke-5 sebagaimana yang diungkap pada judul artikel The Economist edisi Juli 2010. The Economist mengutip arah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama saat itu, bahwa infrastruktur digital adalah aset stategis nasional dan pembentukan Cybercom, divisi khusus Pentagon (Department of Defense/DoD), operasi tempur siber.

Maka umat Islam khususnya di di Indonesia semestinya waspada. Kini pertahanan dan keamanan (hankam) negara tidak hanya jagad laut, udara, darat, dan antariksa, tetapi juga jagad siber. Benturan peradaban di era pengintaian digital telah di depan mata.

Seharusnya umat bersiap berdikari, bukan malah meletakkan bahaya baru di tangan negara penjajah. Ini benar-benar strategi politik luar negeri yang akan mengancam rakyat keseluruhan. Abainya fokus utama membangun SDM yang unggul tidak lepas dari adopsi negara ini terhadap sistem kapitalisme. Sudah saatnya kita tinggalkan.

Link berita: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230619133109-213-963734/mahfud-bantah-satelit-satria-1-tak-ada-gunanya-tak-terkait-bakti.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 6

Comment here