Opini

Problem Anak Makin Komplek, Peringatan Hari Anak Hanya Selebrasi?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh: Mery Isneini,S.Pd (Komunitas Tinta Pelopor)

wacana-edukasi.com, OPINI– Peringatan hari anak yang dirayakan setiap tanggal 23 Juli di negeri ini sudah menjadi agenda tahunan. Perayaannya pun digelar dengan acara yang meriah termasuk pemberian penghargaan kepada Propinsi, Kabupaten dan Kota Layak Anak. Tahun 2023 ini puncak peringatan Hari Anak Nasional ke 39 dilaksanakan di lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang yang dihadiri oleh menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati pada tanggal 23 Juli 2023 yang mengusung tema “Anak Terlindungi Indonesia Maju”.

Pemerintah selalu memberikan apresiasi kepada pihak-pihak terkait yang ikut mensukseskan program program yang berkaitan dengan anak. Akan tetapi seremonial yang menjadi agenda tahunan tersebut tidak berkorelasi terhadap ketuntasan persoalan anak. Dimana masalah anak di negeri ini masih banyak PR besar yang perlu penanganan yang serius.

Terlebih pengaruh teknologi, gadget misalnya menjadikan banyak anak di negeri ini mengkonsumsi informasi-informasi dimana banyak informasi-informasi yang seharusnya tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak justru begitu masif menyerang pemikiran anak-anak. Alhasil banyak pengaruh buruk yang menjadikan mental illness pada anak.

Nasib Anak masih Memprihatinkan

Terobosan-terobosan yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk menuntaskan masalah anak ini memang perlu diapresiasi. Namun terobosan-terobosan itu nyatanya belum mampu menuntaskan persoalan anak ini sampai ke akar-akarnya.

Dibalik agenda seremonial peringatan hari anak nasional yang dilaksanakan setiap tahun, masih banyak menyisakan banyak problem masalah anak yang ada di negeri ini diantaranya stunting, pendidikan, kesehatan, kekerasan seksual dll. Masalah stunting misalnya yang masih menjadi problem besar dan menjadi ancaman nyata di negeri ini.Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 prevalensi balita stunting di negeri ini mencapai 21,6 persen, jumlah yang cukup tinggi.Dari data ini menandakan bahwa kualitas gizi anak-anak di negeri ini masih banyak yang memprihatinkan.Belum lagi masalah-masalah lain yang perlu penyelesaian dan penanganan yang serius.
Kejahatan seksual pun tidak kalah mengerikan menimpa anak-anak di negeri ini, seiring masifnya penggunaan gadget pada anak-anak selama pandemi covid 19.
Korban kekerasan seksual ini akan rentan mengalami penderitaan baik secara fisik, psikis, bahkan kerugian sosial dan ekonomi.

Semua ini menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi anak anak. Menteri PPPA Bintang Puspayoga berharap hari anak nasional dapat menjadi sosialisasi Undang Undang nomor 12 tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TP-KS) yang telah disahkan pada tanggal 9 Mei tahun 2022 lalu. Hal ini agar seluruh pihak dapat melaporkan setiap ada kejadian kekerasan yang menimpa pada anak. Dalam Undang Undang tersebut disebutkan bahwa Sembilan bentuk kekerasan seksual pada anak, yaitu pelecehan seksual, perkosaan, penyiksaan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual,pernikahan paksa, pemaksaan pelacuran, pemaksaan aborsi dan pemaksaan kontrasepsi.

Islam menjamin dan Melindungi Anak, Karena anak adalah Calon Generasi Masa Depan

Di dalam Islam anak adalah aset dunia akhirat yang merupakan amanah yang harus didik dengan baik terutama dalam masalah agama. Di pundak anak-anak ini nanti yang akan meneruskan estafet perjuangan negeri ini. Di dalam Islam perlindungan terhadap anak mendapat perhatian yang serius, anak harus dibekali dengan akidah yang kuat yang menjadikan mereka menjadi pribadi yang bertaqwa.

Hak-hak anak di dalam Islam terlayani dengan baik dengan memberikan pendidikan Islam yang muatan kurikulumnya mampu menjadikan anak mempunyai syakhsiyah Islam.
Sehingga dengan pendidikan yang Islami ini anak-anak bisa terhindar dari pengaruh buruk yang dapat mengancam masa depan mereka. Di dalam Islam pemenuhan kebutuhan pangan juga tercukupi dengan baik, sehingga fenomena stunting akan sangat kecil kemungkinan terjadi.

Sistem Islam Memiliki Mekanisme yang Komprehensif dalam Menyelesaikan Masalah Anak

Berbagai problematika tentang anak sudah seharusnya mendapatkan penangan yang serius. Dalam sistem sekuler kapitalis saat ini penyelesaian yang dilakukan hanya solusi tambal sulam yang tidak menyelesaikan sampai ke akar-akarnya. Alhasil, masalah anak ini seperti jalan di tempat tanpa mendapatkan penyelesaian yang berarti. Dalam sistem Islam setiap anak akan mendapatkan jaminan kesejahteraan, juga layanan pendidikan dan kesehatan serta perlindungan akan keamanan yang maksimal. Karena dalam sistem Islam seorang pemimpun akan betul-betul meriayah rakyatnya dengan baik yang akan selalu mengikatkan setiap peraturannya dengan hokum syara’ yaitu Al-Qur’an dan as Sunnah sehingga tidak akan didapati celah keburukan dalam sistem yang berasal dari sang khaliq ini.

Dengan memberikan periayahan yang maksimal sehingga akan didapatkan generasi yang unggul yang mempunyai keimanan yang kuat dan ketaqwaan yang tinggi sehingga akan menjadikan generasi ini menjadi pribadi yang Islami yang akan dapat melanjutkan perjuangan menegakkan Islam kaffah. Sudah saatnya umat sadar untuk merubah keadaan ini dengan merubah sistem saat ini menjadi sistem Islam yang akan membawa kesejahteraan umat tidak hanya di negeri ini tetapi di seluruh muka bumi ini.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 26

Comment here