Surat Pembaca

Kapitalisme Menyuburkan Kejahatan

blank
Bagikan di media sosialmu

Hilangnya pekerjaan, sulitnya perekonomian bahkan tingginya harga sejumlah kebutuhan pokok pun menjadi dasar untuk melakukan jalan pintas. Selain itu kacamata pandang dalam sistem yang ada saat ini membuat orang menjadi buas karna kerakusan akan harta benda yang diperoleh secara instan tanpa memikirkan kerugian yang ada.

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia setelah jantung. Dimana organ ini akan bersinergi bersama jantung guna mengalirkan darah pada tubuh manusia. Apa jadinya bila manusia hidup hanya menggunakan satu ginjal saja? Tentu ini akan membahayakan, bukan?

Namun sayangnya pada kondisi saat ini banyak jalan haram yang dilakukan guna bertahan hidup. Mirisnya di negeri yang kaya akan SDA melimpah masih ditemui adanya jual beli ginjal dimana mereka yang berani melakukan hal ini tak lain adalah rakyat sendiri yang terhimpit sulitnya perekonomian. Lebih mengejutkan lagi bahwa ada beberapa aparat yang terindikasi ikut dalam proses ini. Sungguh terbuat dari apa gerangan hati mereka. Namun transaksi ini anehnya bukan dilakukan di Indonesia, melainkan di Kamboja.

Kepolisian Negara Republik Indonesia menangkap 12 anggota sindikat tindak pidana perdagangan orang atau TPPO jaringan internasional yang menjerat 122 korban dengan modus penjualan organ ginjal di Kamboja. Dua orang, di antaranya, merupakan anggota polisi dan petugas imigrasi, mereka turut membantu merintangi penyidikan sejak markas sindikat ini terungkap di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Juni 2023. Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Haryadi mengungkapkan, sindikat ini dikoordinasi oleh tersangka berinisial H (40) yang ditangkap di Bekasi pada 27 Juni 2023. H berperan mengatur semua hal, mulai dari menjaring korban melalui media sosial Facebook hingga memberangkatkan korban untuk operasi ginjal di Kamboja.

Sindikat penjualan ginjal membeberkan alasan memilih Kamboja sebagai basis aksi mereka. Salah satunya adalah karena rumah sakit di negara itu punya sistem administrasi yang tak rumit. Hal itu diungkap salah satu sindikat, Hanim, saat memberikan kesaksian setelah ditangkap aparat kepolisian, Jumat (21/7). Tak hanya itu, ia juga mengatakan pihak rumah sakit juga dirasa peduli terhadap pendonor. Hanim menyebut rumah sakit di kamboja tersebut merupakan milik militer pemerintah. Penjaga rumah sakit hingga staf medis merupakan tentara.

Hanim yakin pemilik rumah sakit tersebut terlibat dalam transaksi jual beli ginjal. Pasalnya mereka sudah tahu terkait sindikat dan transaksi jual beli organ tersebut.
Sementara para pendonor berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Menurut Hanim, pendonor maupun penerima transplantasi ditangani oleh dokter-dokter yang mumpuni. Dokter-dokter tersebut kemungkinan berasal dari China.(cnnindonesia.com,21/7/23).

Adanya keterlibatan aparat ikut serta dalam memuluskan kejahatan ini, tentu ada banyak faktor yang menjadi penyebab penjualan organ ginjal ini terjadi, diantaranya kemiskinan, kerakusan bahkan lemahnya iman seseorang. Kemiskinan misalnya menjadi poin penting mengapa mereka nekat melakukan hal ini.

Hilangnya pekerjaan, sulitnya perekonomian bahkan tingginya harga sejumlah kebutuhan pokok pun menjadi dasar untuk melakukan jalan pintas. Selain itu kacamata pandang dalam sistem yang ada saat ini membuat orang menjadi buas karna kerakusan akan harta benda yang diperoleh secara instan tanpa memikirkan kerugian yang ada.

Semua ini tak lepas dari hasil diterapkannya sistem sekuler-kapitalisme, dimana seluruh aturan yang diterapkan berlandaskan keuntungan bahkan dari segi pendidikan misalnya hanya melahirkan generasi yang memiliki lemah keimanan. Tentu hal ini akan lebih mudah bagi mereka untuk memberikan iming iming kenikmatan dunia. Bahkan tak berorientasi lagi pada kehidupan akhirat.
Selain itu hukuman yang diberikan tak memiliki efek jera kepada para pelaku. Sebab hukum yang dibuat pun berasal dari tangan manusia sendiri, tumpul keatas namun sangat tajam melesat kebawah. Inilah potret kehidupan yang kacau balau dalam sistem saat ini.

Berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan dalam bingkai Khilafah ala Minhajin Nubuwwah, sebuah sistem yang mampu menuntaskan segala persoalan hidup. Dimana kesejahteraan dan keamanan hidup ditanggung oleh Khilafah, sebab Khalifah merupakan pelindung dan pelayan umat.

Untuk mengentaskan kemiskinan yang masih menjadi persoalan khilafah akan mengelola seluruh aset SDA dimana hasilnya nanti akan dikembalikan kepada rakyat untuk mensejahterakan dalam bentuk pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Wiji Lestari

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here