Oleh : Ummu Syakir
wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Beberapa bulan terakhir, Indonesia mengalami musim kemarau yang cukup panjang. Hal ini, diakibatkan karena fenomena El Nino, di mana terjadi pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya, yang bisa terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Alhasil negara kita menjadi salah satu negara yang terkena fenomena ini.
Akibat fenomeni ini, negara kita mengalami musim kemarau dari bulan Maret hingga puncak-Nya di prediksi dari mulai Agustus hingga Desember 2023. Hal ini, menjadi masa-masa sulit untuk masyarakat karena harus mengalami kekeringan dan krisis air bersih.
Seperti yang terjadi di daerah pangasinan RT 01 RW 13, Dusun Girimulya, Desa Binangun, Kota Banjar, Jawa Barat yang mengalami krisis air bersih yang sudah terjadi kurang lebih selama 20 tahun. Warga mengungkapkan bahwa air sumur-Nya tidak dapat dikonsumsi karena kotor dan terasa asin(tvOnenews.com, 6/8).
Walaupun sebelumnya warga sudah berupaya membuat sumur bor sedalam 100 meter namun tetap saja air kotor dan terasa asin. Dan pada akhirnya warga hanya mengandalkan air bersih bantuan dari BPBD (Badan Penangulangan Bencana Daerah) Kota Banjar itupun tidaklah dapat mencukupi kebutuhan warga. Tidak hanya itu warga terpaksa harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli air bersih. Sama hal dengan warga di Kota Bogor yang mengalami krisis air bersih sampai terserang diare yang terus meningkat.
Masih banyak sekali wilayah lain yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih untuk kehidupan rumah tangga sehari-hari. Sungguh sangat disayangkan sekali, negara dengan sumber daya alam yang begitu melimpah ruah tetapi belum dapat memberikan pasokan air bersih yang cukup bagi warganya. Apalagi berakibat pada kesehatan rakyat-Nya.
Walaupun berbagai upaya telah di lakukan oleh negara dalam menyelesaikan persoalan krisis air bersih ini. Namun tetap saja upaya tersebut hanya untuk jangan waktu yang pendek saja dan belum maksimal, karena krisis air bersih masih terjadi sampai saat ini. Sampai lahan pertanian milik warga sudah banyak yang mengalami kekeringan.
Jelas persoalan ini tidak boleh berlarut-larut terus terjadi di negara kita, negara berkewajiban menjamin kebutuhan warga dalam segala aspek kehidupan.
Jelas memang dengan sistem Kapitalisme yang diadopsi oleh negara ini, penguasa mengurus rakyatnya tidak dengan sungguh-sungguh, penguasa hanya fokus pada pemilik modal yang bisa memberikan keuntungan.
Padahal banyak sekali teknologi contohnya dengan mengolah air laut menjadi air bersih.
Namun negara sama sekali tidak memanfaatkan teknologi tersebut.
Sangat jauh berbeda dengan penanganan krisis air bersih dalam Islam, khilafah dapat meriayah (mengurusi) rakyatnya dengan sangat baik. Memastikan kebutuhan rakyat terjamin tanpa ada kekurangan sedikitpun.
Apalagi sumber air merupakan kepemilikan umum (milkiyah ammah) sebagaimana yang di jelaskan dalam hadist Rasulullah Saw :
“Muslim berserikat dalam tiga hal: dalam Padang gembala air dan api.” (HR. Abu Dawud)
Khilafah akan memberikan keleluasaan kepada rakyat-Nya untuk mengambil manfaat air dari sumber- sumber air manapun untuk minum keperluan rumah tangga, dan pakan ternak hingga irigasi untuk pertanian (asy-syirb) dan kepentingan rakyat lainnya.
Bahkan khilafah akan melakukan pemeliharaan sumber air agar tetap terjaga kelestariannya. Seperti membersihkan sungai dan menata tepian sungai dengan menggunakan dana publik Baitul mal. Namun tetap tidak akan mengabaikan bencana akibat hidrometeorologi. Khilafah akan mengarahkan semua ahli di bidangnya seperti BMKG, Geologi dan lainnya.
Begitulah ketika Islam di terapkan di muka bumi ini, khilafah akan memberikan jaminan kesejahteraan untuk semua rakyat-Nya. Sudah saatnya kita kembali kepada Islam, karena Islam solusi atas segala permasalahan rakyat sampai keakar-akar nya.
Wallohu a’lam biashowab
Views: 67
Comment here