Surat Pembaca

Si Hijau yang Menggemaskan, Mengapa Jadi Langka?

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Asniati, S.Pd.I 

(Praktisi Pendidikan)

wacana-edukask.com, SURAT PEMBACA– Di mana-mana si Melon langka, antrean untuk mendapatkannya mengular. Di Medan, Sumatra Utara (Sumut), warga kesulitan mendapatkan elpiji melon. Semua pangkalan maupun pengecer mengalami kekosongan stok. Akibatnya, sebagian warga terpaksa tidak masak dan membeli nasi bungkus untuk makan sekeluarga (CnnIndonesia, 25/7).

Sementara itu, di Lampung Utara, elpiji melon langka dan harganya melonjak. Biasanya elpiji 3 kg tersebut dijual Rp18 ribu—Rp20 ribu. Kini harganya melejit menjadi Rp26—Rp30 ribu per tabun.g (Radar Lampung, 31-7-2023). Mak-mak di Magetan, Jawa Timur, juga merasakan langkanya si Melon di pasaran. Sebagian dari mereka terpaksa menggunakan tungku kayu bakar untuk memasak. (Detik Jatim, 21-7-2023).

Mengapa Menjadi Langka?

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan penyebab langkanya elpiji 3 kg adalah peningkatan konsumsi di masyarakat. “Juli ini memang ada peningkatan konsumsi sebesar 2% sebagai dampak dari adanya libur panjang beberapa waktu lalu,” ungkapnya. (CNN Indonesia, 27-7-2023).
Nicke menyampaikan bahwa telah terjadi salah sasaran dalam penyaluran elpiji 3 kg. Menurut data pemerintah, terdapat 60 juta rumah tangga yang berhak menerima subsidi elpiji dari total 88 juta rumah tangga atau sekitar 68%. Akan tetapi, saat ini penjualan elpiji melon mencapai 96%. Nicke menyatakan bahwa hal ini mengindikasikan ada subsidi yang salah sasaran.
Disaat terjadinya kelangkaan pada elpiji melon 3 kg muncullah elpiji 3 kg nonsubsidi bermerek Bright Gas dengan tabung berwarna pink. Usut punya usut, ternyata Bright Gas kemasan 3 kg tersebut sudah dipasarkan sejak tahun 2018 oleh Pertamina Patra Niaga. Harga elpiji pink jauh di atas elpiji melon. Elpiji melon biasa dijual seharga Rp18 ribu—Rp20 ribu, sedangkan elpiji pink 3 kg seharga Rp56 rb.

Akibat Kapitalisme

Persepsi bahwa subsidi membebani negara merupakan pandangan khas ideologi kapitalisme. Di dalam kapitalisme, mekanisme pasar sangat diagungkan. Setiap orang dibiarkan bersaing untuk memperoleh sumber ekonomi tanpa ada campur tangan negara.

Lantas, apa tugas negara?

Di dalam kapitalisme, negara hanya berfungsi sebagai pengawas. Negara hanya memastikan bahwa mekanisme pasar berjalan lancar, tanpa ada pelanggaran terhadap aturan negara.
Di negara-negara Barat, perekonomian liberal ini dijalankan dan ternyata hasilnya adalah kerusakan. Yang terjadi bukan keadilan ekonomi, tetapi justru konsentrasi sumber-sumber ekonomi pada segelintir kapitalis. Sementara itu, mayoritas rakyat tidak menikmati sumber-sumber ekonomi.

Indonesia seharusnya belajar dari kegagalan kapitalisme di dunia Barat. Akan tetapi Indonesia semakin mengambil gaya perekonomian liberal. Berbagai subsidi justru makin dikurangi. Akibatnya, beban hidup rakyat makin berat. Namun, negara tidak peduli. Padahal yang benar-benar membebani APBN bukanlah subsidi, tetapi pembayaran utang berikut bunganya.

Sistem ekonomi kapitalisme yang jahat ini harus segera ditinggalkan dan digantikan dengan sistem ekonomi yang adil, yaitu sistem Islam. Politik ekonomi Islam adalah menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya, termasuk energi.

Islam menjamin ketersediaan energi di tengah masyarakat. Baik untuk memasak, transportasi, penerangan, maupun yang lainnya. Negara akan menggunakan sumber daya alam yang dimiliki untuk menyediakan bagan bakar bagi rakyat dengan harga murah atau bahkan gratis. Bisa berupa listrik, BBM, elpiji, LPG, maupun energi alternatif seperti bayu, panas bumi, nuklir, dll..

Dengan beragamnya kekayaan alam yang dimiliki oleh negeri-negeri muslim, berbagai sumber energi bisa digunakan, tidak harus tergantung pada minyak bumi jika memang jumlahnya makin menipis. Untuk keperluan memasak, negara bisa menyalurkan LPG yang jumlahnya berlimpah di Indonesia melalui pipa-pipa ke rumah warga.

Penyediaan LPG maupun jaringan dan infrastruktur pendukungnya merupakan tanggung jawab negara. Negara tidak boleh mengambil untung darinya. Negara boleh saja menjualnya ke rakyat, tetapi sebatas biaya operasional.

Wallahualam bisshawab

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 7

Comment here