Surat Pembaca

Sport Tourism, Penyelamat Ekonomi Indonesia?

blank
Bagikan di media sosialmu

Bagaimana dengan ekonomi masyarakat menengah ke bawah? Nyatanya masyarakat tetap sulit memenuhi kebutuhan pokok, bahkan kehidupan semakin sempit. Belum lagi biaya kesehatan dan pendidikan yang mahal, justru semakin membuat kondisi masyarakat terpuruk.

Oleh Moni Mutia Liza, S.Pd (Pegiat Literasi Aceh)

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Iklim sports tourism atau wisata olahraga bukanlah opini baru yang diluapkan ke publik. Opini ini sudah ada sejak 10 tahun silam dengan tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, wisata olahraga berdampak pada tumbuhnya sektor ekonomi kreatif masyarakat, (kompas.com/21/12/2012).

Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno bahwa sports tourism memiliki pasar yang sangat besar, di Indonesia pertumbuhan ekonominya bisa mencapai Rp 19 triliun di tahun 2024 mendatang. Selain membangkitkan ekonomi, sports tourism juga berpeluang terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, (cnnindonesia.com/08/07/2021).

Sekilas program sports tourism ini bisa meningkatkan “cuan” di tengah-tengah masyarakat. Apalagi olahraga menjadi trend belakangan ini di kalangan anak muda di Indonesia bahkan dunia.

Namun jika kita meneliti lebih mendalam, keuntungan terbesar tidak berpihak kepada rakyat golongan menengah ke bawah melainkan kepada perusahaan besar. Seperti pengusaha bangunan hotel, kafe, dan lapangan olahraga, gedung olahraga dan sebagainya.

Karena sports tourism ini ditujukan untuk mengundang parawisata lokal dan asing, tentu standar hotel, kafe, tempat olahraga dan yang sejenisnya di desain dengan standar nasional bahkan internasional. Yang menjadi pertanyaannya, mungkinkah masyarakat kelas menengah ke bawah mampu memberikan fasilitas mewah ini kepada parawisata lokal, mancanegara bahkan internasional?.

Terlebih lagi apa yang digadang-gadangkan sebagai pertumbuhan ekonomi masyarakat nyatanya hanya ilusi semata. Justru yang terjadi adanya pergeseran budaya ketimuran menjadi budaya barat yang serba bebas dan liar. Tentu ini akan menghilangkan ciri khas masyarakat kita yang dikenal dengan keluhuran budinya, kebaikan akhlaknya dan hidup dengan norma-norma agama.

Bagaimana dengan ekonomi masyarakat menengah ke bawah? Nyatanya masyarakat tetap sulit memenuhi kebutuhan pokok, bahkan kehidupan semakin sempit. Belum lagi biaya kesehatan dan pendidikan yang mahal, justru semakin membuat kondisi masyarakat terpuruk

Seharusnya yang perlu dibenahi pemerintah agar masyarakat sejahtera adalah sebagai berikut :

1. Mengembalikan pengelolaan sumber daya alam kepada negara. Pasalnya kekayaan alam di Indonesia begitu melimpah. Selama ini pengelolaannya diserahkan kepada swasta asing dan aseng, wajar akhirnya kekayaan yang melimpah tersebut tidak bisa dinikmati oleh rakyat, karena keuntungan dari eksploitasi SDA tersebut masuk ke dalam saku-saku kaum pemilik modal.

2. Membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya kepada rakyat khususnya laki-laki, sebab merekalah pencari nafkah, tentunya dengan upah yang mencukupi keperluan mereka. Bukan upah yang minim seperti saat ini. untuk makan saja susah apalagi untuk membeli keperluan lainnya. Wajar akhirnya banyak anak yang putus sekolah dan memilih bekerja, hal ini disebabkan karena ekonomi dalam keluarga tidak mencukupi kebutuhan mereka.

3. Memberikan sanksi yang tegas bagi koruptor di berbagai profesi tanpa terkecuali. Pasalnya praktik korupsi adalah “virus” yang merugikan masyarakat dan negara. Seharusnya tidak ada kelonggaran bagi pelaku korupsi atau suap seperti yang terjadi saat ini, penuh dengan drama dan trik politik kotor agar pelaku bebas. Bahkan yang lebih menggelikan adalah masih diberikannya panggung politik bagi kaum koruptor. Miris.

4. Mengganti sistem perekonomian Kapitalisme (ribawi) menjadi sistem ekonomi berbasis Islam. Pasalnya sistem ekonomi kapitalisme akan melahirkan berbagai kebijakan dalam bidang ekonomi yang justru menguntungkan kaum kapital bukan rakyat.

Bukan tidak mungkin rakyat hidup sejahtera di negeri yang kaya ini, hanya saja rantai Kapitalisme telah membelenggu berbagai kebijakan yang berpihak pada kaum pemilik modal.

Satu-satunya jalan untuk melepaskan rantai Kapitalisme adalah dengan mengembalikan sistem Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat, sebab Islam telah terbukti mampu melahirkan kebijakan yang adil dan sanksi yang tegas tanpa pandang bulu.

Sejarah tentang peradaban Islam adalah bukti akan gemilangnya peraturan Islam, bahkan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, rakyat yang miskin menolak diberikan zakat karena merasa kebutuhannya selama ini tidak kurang bahkan cukup.

Hal ini tentu berbanding terbalik di sistem Kapitalisme, justru orang kaya rela mengemis agar dapat diberikan bantuan. Begitu sengsaranya hidup dalam sistem kapitalisme.

Jika kita bisa hidup sejahtera dan aman dengan sistem Islam, lantas mengapa masih mau bertahan dalam sistem Kapitalisme?. Wallahu’alam

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 8

Comment here