Penulis: Eki Efrilia
“..Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa.. Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang..”
Penggalan lirik lagu dari penyanyi balada Ebiet G. Ade di atas serasa begitu pas dengan kondisi bangsa ini. Bagaimana tidak? Bencana demi bencana begitu sering terjadi. Baru saja reda covid-19, bencana lain datang menyusul. Diunduh dari Katadata.co.id jumlah kejadian bencana di Indonesia per 1 Januari – 2 Agustus 2023 ada 2.216 kejadian berupa banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan (karhutla), gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi dan erupsi gunung berapi dan kekeringan. Kekeringan sendiri, ada 31 kejadian dan tentu saja hal ini sangat memprihatinkan.
BNPB (Badan Nasional Penangulangan Bencana) mencatat untuk seluruh kejadian bencana alam tersebut membuat 3,03 juta orang menderita dan mengungsi, 5.537 orang luka-luka, 179 orang meninggal dunia dan 11 orang dinyatakan hilang. [Katadata.co.id, 2 Agustus 2023]
Dilansir dari detik.com, kekeringan terjadi di sejumlah daerah yaitu Papua Tengah, Kabupaten Bogor, Mojokerto dan Pacitan. Bahkan ada isu bahwa warga Papua Tengah ada yang meninggal akibat kelaparan (dampak dari kekeringan yang mengakibatkan gagal panen). Isu ini segera ditepis Wakil Presiden RI yang menerangkan bahwa warga yang meninggal itu akibat diare dan cuaca di sana. [detikNews, 5 Agustus 2023]
Untuk kabupaten Bogor yang paling merasakan dampak dari musim kemarau adalah warga kampung Rawa Bogo Kaler, Weninggalih, akibat mengeringnya aliran sungai dan sumber air di wilayah tempat tinggal mereka, sudah lebih dari dua bulan ini. Saking tidak adanya air di sekitar tempat tinggalnya, mereka harus mengambil air di satu-satunya sumber air yang mirip kubangan di persawahan, agar mereka tidak kehausan. Bahkan air di kubangan sawah itupun mereka pakai untuk mencuci. Bisa dibayangkan bahwa air tersebut jauh dari kata sehat. Sebetulnya pihak terkait sudah memberikan bantuan air bersih, tapi karena jumlahnya terbatas dan hanya datang sepekan sekali, dalam sehari air tersebutpun habis. [Merdeka.com, 21 Agustus 2023]
Kondisi memprihatinkan juga dialami warga Kabupaten Bekasi yang 3 desanya mengalami kekeringan yaitu desa Karang Mulya, Karang Indah dan Medalkrisna, di mana air sumur mereka mengering dan membutuhkan bantuan pasokan air bersih dari dinas terkait. [metrotvnews.com, 4 Agustus 2023]
Diambil dari laman BPBD Kabupaten Bogor, penyebab terjadinya kekeringan di Indonesia adalah letak geografis, minimnya daerah resapan, pemborosan air, curah hujan yang rendah dan kerusakan hidrologis.
Untuk hal-hal yang memang tidak mampu diubah seperti letak geografis dan masalah curah hujan yang rendah saat ini, tentu saja hal tersebut tidak bisa diubah oleh manusia karena itu adalah Qadha (Ketetapan) Allah. Tapi yang merupakan hasil campur tangan manusia seperti minimnya daerah resapan air, pemborosan air dan kerusakan hidrologis (rusaknya hulu sungai akibat endapan sedimen dalam jumlah besar sehingga daya tampung air menjadi berkurang), sudah seharusnya ketiga hal tersebut harus sangat diperhatikan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an Surat Ar-Rum: 41 sebagai berikut:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Mentalitas manusia dalam sistem Kapitalis saat ini sangat rendah, di mana mereka hanya mementingkan keuntungan materi semata tanpa mengindahkan dampaknya di kemudian hari. Pembangunan gedung-gedung tinggi seperti mall dan apartemen, juga tergantikannya lahan persawahan dan perkebunan menjadi lahan properti baik untuk perumahan maupun kawasan industri, itu semua sangat berpengaruh terhadap hilangnya wilayah resapan air yang sebetulnya sangat mereka butuhkan. Pembuangan sampah dan limbah pabrik ke sungai yang mengakibatkan rendahnya mutu air dan semakin tingginya sedimen di dasar sungai sehingga debit sungai jauh berkurang, hal itu juga menjadi penyumbang masalah kekeringan atau kekurangan air bersih saat ini.
Benar-benar kondisi yang terjadi saat ini hanya menguntungkan segelintir orang yaitu kaum oligark, tapi sangat merugikan sebagian besar umat.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Al Qur’an Surat An Nahl: 10-11 sebagai berikut:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ .يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
“Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa air merupakan Rahmat Allah untuk kesejahteraan manusia dan manusia wajib menjaga ketersediaan air dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اَلْمُسْلِمُوْنَ شُرَكَاءُ في ثلَاَثٍ فِي الْكَلَإِ وَالْماَءِ وَالنَّار
“Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api”.
(HR Abu Dawud dan Ahmad)
Hadis di atas menunjukkan bahwa air termasuk salah satu dari 3 Kepemilikan Umum dan dalam aturan Islam kepemilikan umum ini pengelolaannya langsung dilakukan oleh negara baik proses produksi maupun distribusinya dan ditujukan untuk kemaslahatan umat.
Tentu saja hal ini sangat jauh berbeda dengan kondisi sekarang, di mana banyak sektor penting diserahkan kepada pihak swasta, termasuk dengan pengelolaan air, yang sudah pasti mereka hanya bertujuan untuk mencari keuntungan saja dengan mengeksploitasi air secara besar-besaran tanpa mengindahkan dampak buruknya, akhirnya terjadilah bencana kekeringan ini.
Karena itulah, tidak ada jalan lain, untuk mengatasi seluruh problematika yang terjadi di masyarakat termasuk bagaimana mengatasi kekeringan saat ini adalah dengan mengembalikan kehidupan Islam, yang melaksanakan Islam secara kaffah dari hal kecil sampai dengan bagaimana seorang Kepala Negara Islam (Khalifah) itu memimpin negaranya.
Seperti Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berikut:
“«الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ».
“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Views: 45
Comment here