Opini

Kisruh Dunia Pendidikan Akibat Nihilnya Peran Negara

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Riannisa Riu

wacana-edukasi.com, OPINI– emakin hari kisah di dunia pendidikan semakin pilu. Seorang siswa berusia 17 tahun berinisial MAR nekat membacok gurunya (AFR) dengan celurit di MA Yayasan Islam Suhada (YASUA) Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Demak.

Berdasarkan informasi dari Kompas.com, Selasa 26/09/2023, peristiwa tersebut berawal saat AFR mengawasi ujian Penilaian Tengah Semester (PTS) dan membagikan soal ulangan di kelas XII IPS. Lalu tiba-tiba MAR masuk ke ruangan kelas XII IPS pada pukul 09.30 WIB atau saat jam pelajaran ke-3. Setelah mengucapkan salam, pelaku mengeluarkan sabit dari belakang pinggangnya dan mengarahkannya ke arah korban.

“Sabit mengenai bagian leher korban sebelah kanan dan lengan sebelah kiri,” ungkap Kapolres Demak AKBP Muhammad Purbaya, Senin.

Usai melukai sang guru, pelaku MAR berlari keluar kelas dan melempar sabit ke arah lapangan. Lalu ia kabur meninggalkan sekolah dengan motor.

Namun, melansir pernyataan TribunJateng.com, Rabu 27 September 2023, setelah berhasil ditangkap oleh Unit Resmob Satreskrim Polres Demak, MAR mengungkapkan bahwa dirinya sakit hati lantaran tidak diizinkan mengikuti PTS. Dia dilarang ikut karena belum mengumpulkan tugas sebagai syarat mengikuti PTS.

Ternyata, dia adalah sosok tulang punggung keluarga. Di balik kesibukannya bersekolah, ia setiap malam berjualan nasi goreng. Diduga kegiatan berjualan nasi goreng itulah yang membuatnya kemudian sering bolos di pagi harinya.

Informasi ini disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Demak, AKP Winardi, dalam konferensi pers di Pendopo Polres Demak pada Selasa (26/9/2023).

Sementara itu, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Tengah menyayangkan peristiwa seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) di Demak membacok gurunya. Mereka juga mengharapkan para guru lebih memantau tumbuh kembang anak didik dan juga tidak menegur dengan cara yang keliru.

“Kami meminta kepada seluruh civitas akademika, terutama di MA untuk memantau seluruh tumbuh kembang anak. Karena anak tersebut mestinya sudah bisa dipetakan oleh madrasah. Maka peran guru BP sangat vital ketika ada anak yang bermasalah. Misal ada masalah dengan kekerasan, anak itu pendiam, kurang PD dan sebagainya, peran guru BP sangat penting,” kata Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jateng, Ahmad Faridi di kantornya, Jumat (29/9/2023).

Ketika muncul kasus pembacokan dari murid kepada guru, siapa yang harus disalahkan? Muridnya ataukah gurunya? Atau pihak ketiga?

Jika ingin menyalahkan murid, menurut hukum yang berlaku saat ini, si murid masih berada di bawah umur. Jika ingin menyalahkan guru, bukankah sang guru korbannya? Lantas apakah ini salah orang tua, yang bahkan tidak mengetahui duduk perkaranya sama sekali? Sungguh membingungkan.

Inilah dahsyatnya Sistem Kapitalisme sekuler yang mampu merusak seluruh generasi. Baik generasi muda maupun generasi pendidiknya.

Masalah pertama, si Murid merasa sakit hati karena tidak diizinkan mengikuti PTS oleh sang Guru. Masalah ini berujung pada pembacokan.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa ia merasa PTS itu begitu penting karena bisa berakibat ketidaklulusan bagi dirinya. Namun di sisi lain, murid ini sering sekali bolos. Logikanya, bagaimana bisa orang yang menganggap PTS itu penting malah sering bolos? Bagaimana ia bisa mendapatkan ilmu untuk mengerjakan PTS?

Sistem kapitalis sekuler telah menekankan pentingnya ijazah melebihi dari pentingnya ilmu itu sendiri. Sehingga inilah yang terjadi pada generasi muda kita zaman sekarang. Selembar kertas ijazah bernilai segalanya. Bahkan melebihi ilmu. Ada ijazah bisa kerja. Ada ilmu tapi tak punya ijazah, belum tentu.

Rasa takut akan ketidaklulusan dan tidak punya ijazah ini telah membuat si Murid berani membacok gurunya. Padahal, sesungguhnya dalam islam, adab seorang murid kepada gurunya lebih penting daripada ilmu itu sendiri.

Para ulama telah menekankan berkali-kali betapa pentingnya adab. Ketika seorang murid bahkan tidak memiliki adab yang baik kepada gurunya, maka di manakah keberkahan ilmunya? Apalagi berani membacok guru dengan senjata tajam. Astaghfirullah.

Masalah kedua, sang Guru tidak mengizinkan si Murid untuk mengikuti PTS dan tidak menerima tugasnya dengan alasan sudah terlambat. Hal ini berakibat si Murid merasa sakit hati.

Guru adalah orang kedua setelah orang tua murid yang seharusnya memiliki hubungan terdekat dengan murid tersebut. Sudah sewajarnya bagi seorang guru untuk mengetahui riwayat keluarga ataupun permasalahan murid, sebab seorang Guru pun wajib memiliki adab-adab terhadap muridnya.

Sistem Kapitalisme sekuler tidak menganggap penting adab Guru terhadap murid. Sebab yang terpenting adalah nilai keberadaan seorang guru sebagai karakter yang mampu mengajarkan nilai-nilai sekuler demokrasi kepada murid. Nilai bayaran yang diperoleh guru pun sangat kecil di sistem ini. Sehingga tidak jarang ada guru yang bersikap seenaknya terhadap murid.

Menurut Imam al-Ghazali, paling tidak seorang Guru harus memiliki beberapa sifat. Yaitu zuhud, ikhlas, suka memaafkan, memahami tabiat murid, berkepribadian yang bersih, bersikap sebagaimana bapak terhadap anaknya, dan menguasai ilmu pengetahuan yang menjadi bidangnya yang diberikan kepada murid.

Dengan demikian, maka sebenarnya tidak masalah jika seorang guru ingin menghukum atau menegur muridnya. Namun, ia harus mampu menempatkan hukuman atau teguran tersebut dengan baik, dan tidak sampai menzalimi muridnya. Tentu tidaklah patut jika seorang guru menghukum muridnya dengan sengaja, membuatnya tidak ikut PTS tanpa mengetahui alasan si murid terlambat mengumpulkan tugas. Astaghfirullah.

Masalah ketiga, ternyata si murid adalah tulang punggung keluarga yang berjualan nasi goreng setiap malam. Hal inilah yang menyebabkannya sering tidak masuk sekolah.

Permasalahan ketiga inilah yang paling erat kaitannya dengan sistem kapitalisme. Sistem kapitalis sekuler demokrasi yang zalim ini telah membuat masyarakat mengalami kesulitan ekonomi yang begitu berat, sehingga kadang menghabiskan waktu 24 jam hanya untuk bekerja demi sesuap nasi.

Penguasa negara di sistem saat ini tidak peduli dengan rakyat dan hanya berperan sebagai regulator semata. Sedikit pun tidak memandang sebelah mata pada rakyat yang kelaparan dan miskin. Rakyat diminta berjuang sendiri untuk menghidupi diri masing-masing.

Padahal sistem Islam memandang penguasa sebagai periayah umat. Pelindung dan pengurus masyarakat baik muslim maupun kafir yang telah menjadi warga Daulah.

Dalam sistem Islam, penguasa wajib memberikan pekerjaan kepada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan. Jika kasusnya seperti pelajar MAR yang merupakan tulang punggung keluarga, dan tidak ada orang tua ataupun kerabat yang mampu menanggung ekonomi keluarganya, maka Penguasa Negara wajib memberikan nafkah kepada MAR dan keluarganya sesuai kebutuhan mereka yang layak.

Sehingga MAR sebagai pelajar bisa menuntut ilmu dengan tenang dan fokus tanpa merasa khawatir pada beban ekonomi keluarga. Ia pun tidak akan berfokus kepada ijazah semata dan akan lebih memahami pentingnya keberkahan ilmu dan adab terhadap guru.

Maka tidak semata-mata seluruh tanggung jawab murid dibebankan kepada guru atau BP. Namun ada peran serta orang tua dan terutama Negara di dalamnya. Peran Negara dalam mendidik dan mengurus generasi muda merupakan suatu hal yang sangat penting.

Jika negara berlepas tangan dari pendidikan generasi muda, seperti yang dilakukan oleh negara kita yang menggunakan sistem kapitalisme saat ini, maka bisa dipastikan moral dan adab generasi bangsa ini akan hancur.

Contoh yang paling nyata bahkan sudah terjadi di depan mata, ketika murid sudah berani melakukan bullying, pembacokan pada guru, pelecehan seksual, dan sejumlah kasus kriminal lain yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Ini adalah bukti nyata betapa urgensinya sistem Islam di negara ini. Ketika sistem Islam diterapkan, maka tidak akan ada lagi remaja yang terancam tidak lulus sekolah karena ia miskin atau sibuk bekerja membiayai keluarga. Karena Sistem Islam menjamin setiap penduduknya dengan kesejahteraan yang layak. Wallahu’alam bisshawwab.

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 11

Comment here