Opini

Sekularisme Merubah Juara Menjadi Pelaku Bullying

blank
Bagikan di media sosialmu

Oleh : Raihun Anhar, S.Pd.
(Pemerhati Umat)

wacana-edukasi.com, OPINI–Bullying atau perundungan kembali terjadi. Kali ini viral video anak SMPN 2 Cimanggu kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dimana korban berinisial FF di pukul hingga tulang rusuk bagian kirinya patah. Ia dipukul oleh teman-teman sekolahnya. Mereka memukul korban karena korban mengaku sebagai anggota geng mereka. Ketua gengnya (MK) tidak terima dan dipukul hingga cidera. Sudah begitu bangga saat melihat korban kesakitan. Sungguh bejat sekali. Ini pelajar atau preman?

Saat ini korban masih di rawat di RS Margono, Purwokerto. Selain itu FF juga merasa sakit dibagian belakang telinga dan leher. Ia masih menjalankan pengobatan fisik dan juga mentalnya. Begitulah berita yang dilansir oleh (Serambinews.com 2/10/2023).

Hal ini membuat kepala SMPN 2 Cimanggu tidak percaya mengingat pelaku berinisial MK merupakan juara silat dan tilawah tingkat daerah. Itu artinya ia anak yang dibanggakan sekolah. Akan tetapi ia bisa melakukan aksi bejat hingga hampir menewaskan temannya sendiri.

Inilah potret generasi yang dididik dalam pendidikan sekuler. Mereka bisa juara dalam banyak hal namun buruk akhlaknya. Pencak silat yang mestinya di pakai bela diri malah dipakai hantam temannya.

Sungguh gambaran generasi yang buruk. Hal ini tentu ada sebabnya mengapa bullying bisa dilakukan oleh pelajar? Jawabannya karena mereka tidak dididik dengan pendidikan Islam melainkan sekuler. Satu sisi ia seorang qori namun ia bisa melakukan tindakan kriminal. Inilah sekuler, ia tidak menjadikan ayat Qur’an sebagai pedoman hidup. Jika yang dekat dengan Alquran saja bisa begitu bagaimana dengan yang tidak?

Pendidikan hari ini juga tidak mampu melahirkan generasi yang cerdas dan beradab. Dikarenakan penerapan sistem sekuler dalam kehidupan termasuk pendidikan. Lewat media anak-anak bisa melihat segala keburukan dan menirunya. Walaupun di sekolah dan keluarga dididik dengan baik sedangkan dunia sosial (media) berbeda. Ditambah negara yang tidak mengontrol makin memperparah kondisi generasi. Walhasil mereka rusak oleh tontonan yang dijadikan sebagai tuntunan.

Itulah dampak dari penerapan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Agama dan kehidupan seperti air dan minyak yang tak bisa menyatu. Sehingga kita temukan anak yang cerdas namun tidak beradab. Bisa lisannya kasar dan buruk, cara berpakaiannya yang tidak mencerminkan agama padahal ia beragama Islam yang mewajibkan menutup aurat, dan cerdas tapi pelaku bullying. Tidak ditemukan keselarasan pemahaman dan tindakan.

Berbeda dengan kehidupan dimasa kejayaan Islam. Generasi tumbuh menjadi cerdas dan berakhlak mulia. Mereka cerdas namun tidak meninggalkan agama mereka dalam setiap tindakan. Ilmu mereka selaras dengan pemahaman agama mereka. Mereka memahami agama bukan hanya sebatas ritual namun juga aturan hidup (ideologi).

Terlihat dari para ilmuwan muslim terdahulu seperti Al-Khawarizmi sang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang hingga kini masih kita pelajari. Beliau juga seorang yang taat beragama sehingga sering dimintai nasehat kepadanya.

Berikutnya Ibnu Sina atau Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Ia seorang ahli kedokteran hingga dijuluki Pangeran Para Dokter. Adapula Ibnu Khaldun yang menekuni ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Al Jazari sang ahli mekanik yang telah menciptakan banyak robot.

Perawi hadis terkenal, Imam Bukhari di usia belum genap sepuluh tahun telah menghafal Alquran dan banyak hadis. Hingga kini menjadi pedoman kaum muslim dalam berbuat. Imam Syafi’i juga dikenal akan kecerdasannya dan akhlak yang baik dimana ia saat belajar selalu berada paling depan, rapi, dan wangi. Selain itu Syafi’i juga saat membuka lembaran buku tidak ada bunyinya untuk menjaga kenyamanan gurunya.

Jauh dari jaman para cendikia muslim, terdapat para sahabat Rasulullah Saw yang telah dulu menggoreskan tinta peradaban manusia terbaik di bumi dengan ilmu dan agama. Mereka diantaranya ada Zaid bin Tsabit sang translator Rasulullah Saw sejak usia 12 tahun. Usamah bin Zaid pernah menjadi pemimpin perang saat ia usia 18 tahun yang didalam pasukannya terdapat para Khulafaur Rasyidin.

Oleh sebab itu dalam melahirkan generasi yang cemerlang tentu dibutuhkan sistem hidup yang terbaik yakni Islam. Dengan Islam mampu mewujudkan kehidupan yang diberkahi Allah dan tentunya mampu melahirkan generasi seperti para sahabat Nabi dan ilmuwan muslim.

Maka dari itu kita perlu bersatu sebagaimana rakyat Madinah yang bersatu menerima Islam untuk di jadikan aturan hidup. Mereka menerima Islam dan buang sistem jahiliyyah. Menerima Rasulullah Saw hingga Beliau Saw bersedia hidup sampai wafat di Madinah. Dengan demikian persatuan harus segera kita wujudkan agar mendapatkan kehidupan yang diberkahi Allah SWT. Seperti ayat berikut ini:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Araf [7] : 96)

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 23

Comment here