Surat Pembaca

Ramai Perundungan Anak, Butuh Perhatian Ekstra

blank
Bagikan di media sosialmu

wacana-edukasi.com, SURAT PEMBACA– Perundungan atau bullying yang melibatkan anak belakangan ini, sangat meresahkan. Lantaran, terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Sebagaimana kasus-kasus viral di Cilacap, Gresik, Kuningan, Balikpapan, sampai Buton. Salah satu video perundungan terjadi di sebuah Masjid Balikpapan Utara, pada Sabtu 23 September 2023. Video memperlihatkan para pelaku bergantian untuk merundung satu korban yang terlihat merintih dan menangis kesakitan. Rekaman video viral lainnya terjadi antara dua anak dibawah umur di Kuningan pada Minggu, 1 Oktober 2023. Pelaku berumur 17 tahun, dan korban berumur 12 tahun.

Federasi Serikat Guru Indonesia mencatat adanya 23 kasus perundungan di satuan pendidikan dari Januari hingga September 2023. Baru-baru ini, siswa di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, ditemukan tewas dengan gantung diri di rumahnya. Polisi menyebut motif bunuh diri adalah korban mengalami depresi karena perundungan atau bullying. Tak henti-hentinya setiap tahun berita mengenai peristiwa perundungan yang mengakibatkan korbannya mengalami trauma psikis, luka fisik atau bahkan kehilangan nyawa.

Penyebabnya tentu ada banyak faktor. Namun, yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial. Selain itu, adanya penyalahgunaan ketidakseimbangan kekuatan untuk kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban.

Perundungan atau bullying seakan sulit sekali hilang dari bangsa ini. Hal tersebut dikarenakan unsur-unsur kekerasan senantiasa dipertontonkan dan diperdengarkan melalui media-media yang ada. Siapa yang bisa menjamin anak tidak menyaksikan tayangan yang penuh kekerasan? Saat ini, tayangan tersebut mudah diakses melalui smartphones.

Menghadapi fenomena bullying yang sudah semakin marak, perlu upaya yang serius dan konsisten untuk mengurangi perilaku tersebut. Dalam hal ini, kita tidak boleh membiarkan kasus bullying terus mengalir tanpa ada solusi yang komprehensif, khususnya untuk perundungan yang melibatkan anak sebagai korban dan pelaku. Sehingga butuh perhatian ekstra, baik dari orang tua maupun pihak sekolah.

Generasai anti bullying dapat dimulai dari pemahaman yang benar dari orangtua bagaimana mereka mengasuh anaknya. Pola asuh mempertontonkan kekerasan, memanjakan serta pengabaian di rumah tentunya akan berimbas kepada psikologi anak. Sehingga perlu diperhatikan bagaimana komunikasi antara orang tua dan anak di rumah. Pola asuh yang baik adalah yang bisa memberikan kesempatan kepada anak, mengungkapkan apa yang ada di pikiran dan hatinya serta orang tua juga harus bisa menjadi role model yang saleh untuk anak-anak mereka.

Suasana iklim di sekolahpun harus diperhatikan. Sekolah harus punya program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif. Sekolah dan orangtua harus saling bersinergi. Orang tua perlu mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak-anak mereka.

Yang paling urgent adalah pentingnya menanamkan dan memupuk iman kepada Allah, serta ketundukan kepada ajaran Islam sejak anak kecil. Namun sayangnya, pendidikan agama yang sangat penting ini justru sering dicurigai sebagai sumber munculnya perilaku radikal. Akhirnya, kegiatan keagamaan menjadi sepi. Padahal dengan pengkajian ini, akan tertanam nilai-nilai agama berupa akidah dan ketaatan kepada syariat, sehingga suasana lingkungan kondusif untuk mencetak generasi anti bullying.

Yasyirah, S.P

Disclaimer

Wacana Edukasi adalah sarana edukasi masyarakat. Silakan kirimkan tulisan anda ke media kami. Wacana Edukasi akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari Anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa Opini, SP, Puisi, Cerpen, Sejarah Islam, Tsaqofah Islam, Fiqih, Story Telling, Olah raga, Kesehatan, Makanan, ataupun tulisan lainnya. Tulisan tidak boleh berisi hoaks, mengandung SARA, ujaran kebencian, dan bertentangan dengan syariat Islam. Tulisan yang dikirim sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.

Views: 35

Comment here